Analisis Determinan Pendapatan Petani Jagung Di Kecamatan Tigabinanga

(1)

ANALISIS DETERMINAN PENDAPATAN

PETANI JAGUNG

DI KECAMATAN TIGABINANGA

TESIS

Oleh

INGANTA TARIGAN

087018029/EP

S

E K O L AH

P A

S C

A S A R JA

NA

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011


(2)

ANALISIS DETERMINAN PENDAPATAN

PETANI JAGUNG

DI KECAMATAN TIGABINANGA

TESIS

Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains

dalam Program Studi Magister Ilmu Ekonomi Pembangunan pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

INGANTA TARIGAN

087018029/EP

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(3)

Judul Tesis : ANALISIS DETERMINAN PENDAPATAN PETANI JAGUNG DI KECAMATAN TIGABINANGA

Nama Mahasiswa : INGANTA TARIGAN Nomor Pokok : 087018029

Program Studi : Ekonomi Pembangunan

Menyetujui, Komisi Pembimbing

(Dr. Rahmanta, M.Si) (Drs. Rahmat Sumanjaya, MSi) Ketua Anggota

Ketua Program Studi Direktur

(Prof. Dr. Sya’ad Afifuddin, M.Ec.) (Prof.Dr.Ir.A.Rahim Matondang,MSIE)


(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 11 Agustus 2011

PANITIA PENGUJI TESIS: Ketua : Dr. Rahmanta, M.Si

Anggota : 1. Drs. Rahmat Sumanjaya, MSi 2. Prof. Dr. Sya’ad Afifuddin, M.Ec


(5)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul :

“ANALISIS DETERMINAN PENDAPATAN PETANI JAGUNG DI KECAMATAN TIGABINANGA “

Adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan oleh siapapun sebelumnya. Sumber – sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara benar dan jelas.

Medan, September 2011 Yang membuat pernyataan

Inganta Tarigan 087018029/EP


(6)

ABSTRAK

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh luas lahan,benih,pupuk dan tenaga kerja terhadap pendapatan petani jagung di Kecamatan Tigabinanga Kabupaten Karo.

Data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang dikumpulkan dari lapangan. Teknik sampling yang digunakan adalah Simple Random Sampling dengan mengambil 100 responden dari total populasi petani jagung yang tersebar di kecamatan Tigabinanga. Model yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah model ekonometrika dan menggunakan metoda Ordinary Least Square (OLS).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai koefisien determinasi (R²) untuk semua variabel seperti luas lahan, jumlah benih,jumlah pupuk dan jumlah tenaga kerja dapat menjelaskan semua variasi dalam pendapatan yang diterima oleh petani sebesar 77.1% sementara 22.9% tidak dijelaskan didalam model. Kemudian uji serempak (F Test) menunjukkan bahwa semua variabel independent dapat mempengaruhi Variabel terikat

(Dependent Variable) secara signifikan. Hasil secara parsial menunjukkan bahwa

variabel luas lahan dan jumlah tenaga kerja secara signifikan berpengaruh terhadap pendapatan yang diterima oleh petani pada α= 5% sementara jumlah benih dan jumlah pupuk tidak signifikan.

Kata Kunci : Luas lahan, jumlah benih, jumlah pupuk, jumlah tenaga kerja dan pendapatan petani jagung


(7)

ABSTRACT

The main objective of this study is to the analyze influence of land acreage,seed of corn,fertilizer,employer on income of farmers in the village of Tigabinanga in Karo Regency.

Data used in this research is primary data which collected from the field. Sampling thecnique used is simple random sampling by taking 100 respondents from total population of small farmers which spread all over district of Tigabinanga. The model used in this research is econometric model and the method applied is Ordinary Least Square (OLS).

The result shows that coefficient determination (R2) indicates that all variables

such as land acreage,seed of corn, fertilizer and employer can describe all variation in income received by small scale farmers as amount of 77.1 percent, meanwhile 22.9 percent which are determined by other variables that are not include in this model/research. Therefore, the F-test (all over test) indicates that all independent variables can influence on the dependent variable significantly.The partial result shows

that land acreage and employe significantly influence on total income of farmer at α =

5 % level. Meanwhile the seed of corn, fertilizer are not significant.

Key word : variables land acreage,seed of corn, fertilizer,employer and income of farmer


(8)

Haleluya…….! Segala puji,hormat dan juga syukur disampaikan kepada Bapa di dalam nama Yesus Kristus. Pencipta langit dan bumi serta isinya, baik yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan, dan semua yang diciptakanNya baik, Allah yang berkuasa di surga dan di bumi dan Dia Allah yang sangat baik, masa depan dan damai sejahtera ada di tanganNya, terima kasih Tuhan Yesus, Allah yang kepadaNya penulis percaya, aku mengasihiMu sampai selama-lamanya, Heleluya…………Amin.

Dalam mengikuti pendidikan Program Pascasarjana, banyak pihak yang telah memberikan motivasi, bimbingan dan bantuan oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof.Dr.dr.Syahril Pasaribu.DTM&H,MSc(CTM),Sp.A(K)selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof.Dr.Ir.A.Rahim Matondang,MSIE selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. Sya’ad Afifuddin, M.Ec selaku Ketua Program Pascasarjana Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Dr.Rahmanta,M.Si sebagai Pembimbing I, Bapak Drs. Rahmat Sumanjaya, MSi sebagai Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan diskusi dari proposal sampai penyempurnaan tesis ini.

5. Ibu Dr. Murni Daulay, SE, MSi yang sangat membantu , memberikan masukan yang berarti, memberikan illustrasi yang bermanfaat dalam membuka wacana cara berpikir dan bertindak seperti “ Modal Pengusaha Tahu “ dan “Penelitian Kotoran Kucing “sehingga penelitian ini lebih terarah


(9)

7. Para dosen penanggungjawab mata kuliah program Pascasarjana Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara

8. Ibu Ir. Nomi Sinuhaji selaku Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Pemerintah Kabupaten Karo yang sangat koorperatif dalam penelitian ini guna membangun Kabupaten Karo.

9. Kedua Orang tua yang mendukung pendidikan ini. 10.Abangda Ir.J.I Tarigan sekeluarga.

11.Liasta Rasmenda Sebayang, istri tercinta yang banyak memberikan semangat dalam menyelesaikan pendidikan Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. 12.Debora Gloria br Tarigan, Esther Gloria ananda tersayang yang turut

membantu dalam penyelesaian tesis ini.

13.Dwisan Riyando Purba, SE, sekeluarga yang memberikan semangat dari wilayah barat Papua.

14.Kristen Vernandos Bukit, ST sekeluarga yang tetap memberikan semangat. 15.Rekan mahasiswa

Tesis ini jauh dari sempurna, saran dalam penyempurnaan diterima dengan rendah hati dan semoga bermanfaat.

Medan, September 2011 Inganta Tarigan


(10)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

1. Nama : Inganta Tarigan 2. Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 28 Juli 1967 3. Pekerjaan : Petani

4. Alamat : Desa Keriahen Kecamatan Juhar Kabupaten Karo.

5. Nama Orang Tua

Ayah : May.Purn H.Tarigan Ibu : T.br Sembiring

6. Istri : Liasta Rasmenda br. Sebayang 7. Anak : Debora Gloria br Tarigan

Esther Gloria br Tarigan 8. Pendidikan

a. SD Riama Medan : Lulus Tahun 1980 b. SMP N 13 Medan : Lulus Tahun 1983 c. SMA N 2 Medan : Lulus Tahun 1986 d. UPN ‘Veteran Yogyakarta : Lulus Tahun 1993 e. Sekolah Pascasarjana USU : Lulus Tahun 2011


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... ... i

ABSTRACT ... ... ii

KATA PENGANTAR ... ... iii

RIWAYAT HIDUP ... ... iv

DAFTAR ISI ... ... v

DAFTAR TABEL ... ... ix

DAFTAR GAMBAR ... ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... ... 1

1.1 Latar Belakang ... ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... ... 7

2.1.1. Faktor-faktor Produksi Usahatani Jagung... ... 7

2.1.2. Fungsi Produksi ... ... 7

2.1.3. Produksi Mencerminkan Tingkat Pendapatan ... ... 9

2.1.4. Pendapatan ... ... 9

2.1.4.1. Luas Lahan... ... 10

2.1.4.2. Benih... ... 10

2.1.4.3. Pupuk ... ... 11

2.1.4.4. Tenaga Kerja... ... 11

2.1.5. Pengaruh penggunaan Faktor Produksi terhadap Produksi ... 12

2.1.6. Pengaruh penggunaan Faktor Produksi terhadap Pendapatan 13

2.1.6. Penelitian Terdahulu ... ... 14

2.1.7. Kerangka Pemikiran ... ... 15

2.1.8 Hipotesis ... ... 16

BAB III METODE PENELITIAN ... ... 17

3.1. Ruang Lingkup ... ... 17

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... ... 17

3.3. Jenis dan Sumber Data... ... 17

3.4. Populasi dan Sampel ... ... 18

3.5. Metode Analisis ... ... 20

3.6. Model Analisis Data ... ... 21

3.7. Uji Kesesuaian Model (Test of Goodness of Fit) ... ... 20

3.8. Uji Asumsi Klasik... ... 23

3.9. Definisi Operasional Variabel ... ... 26

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... ... 27

4.1. Deskripsi Daerah Penelitian... ... 27

4.1.1. Gambaran umum Wilayah Kecamatan Tigabinanga . ... 27


(12)

b. Jumlah Penduduk... ... 27

c. Mata Pencarian... ... 27

4.1.2. Pendapatan ... ... 28

4.1.3. Luas Lahan... ... 29

4.1.4. Benih... ... 29

4.1.5. Pupuk ... ... 30

4.1.6. Hasil Estimasi Model pendapatan petani jagung………… 31

4.1.7. Test Of Goodness of fit ( uji Kesesuaian)... ...… 32

a. Analisis Koefisien Determinasi (R )... ...… 32 2 b. Hasil Keseluruhan (Uji-F) ... ... 33

c. Hasil Uji Parsial (Uji-t) ... ... 34

1. Pengaruh Luas Lahan terhadap Pendapatan Petani Jagung ... 34

2. Pengaruh Jumlah Benih terhadap Pendapatan Petani Jagung... 36

3. Pengaruh Jumlah Pupuk terhadap Pendapatan Petani Jagung ... 38

4. Pengaruh Jumlah Tenaga Kerja terhadap Pendapatan Petani Jagung ... 40

4.1.8. Uji Asumsi Klasik ... ... 42

a. Uji Normalitas... ... 42

b. Uji Linearitas... ... 43

c. Multikolinearitas ... ... 43

d. Heterokedastisitas ... ... 43

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... ... 45

5.1 Kesimpulan ... ... 45

5.2 Saran-Saran ... ... 45


(13)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman 1.1 Luas Lahan dan Produktivitas Tanaman Jagung

di Kecamatan Tigabinanga... ... 2 3.1 Populasi petani jagung di kecamatan Tigabinanga... 18 3.2 Karangka sampling petani jagung di Kecamatan Tigabinanga... 19 3.3 Teknik pengambilan sample petani jagung di Kecamatan

Tigabinanga... ... 20 4.1 Uji t Statistik ... 34 4.2 Pengujian Asumsi Klasik... 43


(14)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1.1 Luas Lahan Pertanian dan luas lahan Tanaman Jagung

di Kecamatan Tigabinanga... 3 1.2 Produksi Tanaman Jagung di Kecamatan Tigabinanga ... 3

2.1 Kerangka Konseptual Analisis Pendapatan Petani Jagung


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

1. Ijin Penelitian dari Pascasarjana USU ... 50

2. Surat Keterangan telah melakukan penelitian dari Dinas Pertanian dan Perkebunan Pemerintah Kabupaten Karo... 51

3. Daftar Pertanyaan ... 52

4. Data Luas Lahan dan Benih ... 53

5. Data Pupuk ... 56

6. Data Hari Kerja Orang ... 61

7. Data Regresi ... 66

8. Hasil Regresi... 69

9 Uji Normalitas ... 70

10. Uji linieritas ... 71


(16)

ABSTRAK

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh luas lahan,benih,pupuk dan tenaga kerja terhadap pendapatan petani jagung di Kecamatan Tigabinanga Kabupaten Karo.

Data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang dikumpulkan dari lapangan. Teknik sampling yang digunakan adalah Simple Random Sampling dengan mengambil 100 responden dari total populasi petani jagung yang tersebar di kecamatan Tigabinanga. Model yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah model ekonometrika dan menggunakan metoda Ordinary Least Square (OLS).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai koefisien determinasi (R²) untuk semua variabel seperti luas lahan, jumlah benih,jumlah pupuk dan jumlah tenaga kerja dapat menjelaskan semua variasi dalam pendapatan yang diterima oleh petani sebesar 77.1% sementara 22.9% tidak dijelaskan didalam model. Kemudian uji serempak (F Test) menunjukkan bahwa semua variabel independent dapat mempengaruhi Variabel terikat

(Dependent Variable) secara signifikan. Hasil secara parsial menunjukkan bahwa

variabel luas lahan dan jumlah tenaga kerja secara signifikan berpengaruh terhadap pendapatan yang diterima oleh petani pada α= 5% sementara jumlah benih dan jumlah pupuk tidak signifikan.

Kata Kunci : Luas lahan, jumlah benih, jumlah pupuk, jumlah tenaga kerja dan pendapatan petani jagung


(17)

ABSTRACT

The main objective of this study is to the analyze influence of land acreage,seed of corn,fertilizer,employer on income of farmers in the village of Tigabinanga in Karo Regency.

Data used in this research is primary data which collected from the field. Sampling thecnique used is simple random sampling by taking 100 respondents from total population of small farmers which spread all over district of Tigabinanga. The model used in this research is econometric model and the method applied is Ordinary Least Square (OLS).

The result shows that coefficient determination (R2) indicates that all variables

such as land acreage,seed of corn, fertilizer and employer can describe all variation in income received by small scale farmers as amount of 77.1 percent, meanwhile 22.9 percent which are determined by other variables that are not include in this model/research. Therefore, the F-test (all over test) indicates that all independent variables can influence on the dependent variable significantly.The partial result shows

that land acreage and employe significantly influence on total income of farmer at α =

5 % level. Meanwhile the seed of corn, fertilizer are not significant.

Key word : variables land acreage,seed of corn, fertilizer,employer and income of farmer


(18)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indikator kemiskinan adalah pendapatan perkapita perbulan yang disetarakan dengan konsumsi kalori sebesar 2100/kapita atau Rp 114.619/kapita/bulan demikian menurut Persatuan Bangsa Bangsa.

Kemiskinan adalah masalah paling serius yang dihadapi dunia, demikian hasil jajak pendapat international BBC yang diumumkan 17/1/2010. Kemiskinan berada di urutan pertama diatas perubahan iklim, terorisme dan perang.

Menurut Badan Pusat Statistik kemiskinan di Indonesia tahun 2008 sebesar 15 %, dari jumlah tersebut 50 % - nya merupakan petani yang berada di desa, dari jumlah petani tersebut 20 % tidak memiliki lahan pertanian sendiri. Kelemahan sektor pertanian lainnya adalah produktivitas yang rendah, mutu produksi yang beragam, mutu bibit rendah, produksi pengolahan terbatas, nilai tukar petani (NTP atau inflasi pertanian) masih rendah sehingga berdampak pada posisi tawar petani rendah atau menjadikan petani miskin.

Kemiskinan tidak hanya ditemui di perkotaan, tetapi juga di desa. Keduanya terkait erat bila dihubungkan dengan proses urbanisasi. Jika ditelusuri akar permasalahannya, kemiskinan di desa menjadi penyebabnya sedangkan kemiskinan di perkotaan sebagai akibat. Jika kemiskinan di desa bisa diatasi, kemiskinan di kota dengan sendirinya bisa diperkecil. Jika akar kemiskinan akan dibongkar, harus bertolak dari desa.


(19)

Indikator kemiskinan adalah pendapatan perkapita maka untuk mengurangi angka kemiskinan hanya dapat dilakukan dengan meningkatkan pendapatan perkapita. Bila pendapatan perkapita masyarakat terus bergerak naik dan dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari maka dapat dipastikan perlahan-lahan angka kemiskinan dapat ditekan. Peningkatan pendapatan perkapita adalah pintu masuk mengurangi kemiskinan.

Oleh karena tingkat kemiskinan 50 %- nya adalah petani yang di desa maka perlu dilakukan penelitian terhadap petani jagung di Kabupaten Karo yang terdapat di Kecamatan Tigabinanga. Kecamatan Tigabinanga di pilih sebagai daerah penelitian karena memiliki luas tanaman jagung yang paling luas di Kabupaten Karo. Dibawah ini diuraikan dalam Tabel 1.1. luas lahan dan produktivitas tanaman jagung di kecamatan Tigabinanga.

Tabel 1.1. : Luas Lahan dan Produktivitas Tanaman Jagung di Kecamatan Tigabinanga

Tahun

Total Luas Lahan

Total

Luas Lahan Produksi Produktivitas

Pertanian ( Ha ) Jagung( Ha ) Jagung ( Ton ) Jagung ( Ton ) 1998 15.939 15.077 116.843 7.75 1999 15.939 11.031 76.445 6.93 2000 15.939 10.032 60.092 5.99

2001 15.939 8.959 53.933 6.02

2002 15.939 8.229 48.798 5.93

2003 15.939 9.179 55.992 6.10

2004 15.939 10.199 63.533 6.22 2005 15.939 12.984 79.722 6.14 2006 15.939 14.898 94.602 6.35 2007 15.939 14.907 103.555 6.95 2008 15.939 14.705 94.533 6.43 2009 15.939 14.505 98.200 6.77 Sumber : Data di olah dari BPS Karo Dalam Angka


(20)

Kemudian diuraikan dalam Gambar 1.1 dan Gambar 1.2 dibawah ini : Ha 0 5 10 15 20

1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

Luas Lahan Jagung Total Lahan pertanian

Tahun

Gambar 1.1 : Luas Lahan Pertanian dan luas lahan Tanaman Jagung di Kecamatan

Tigabinanga

Keterangan : Terjadi peningkatan luas tanaman jagung di Kecamatan Tigabinanga di sebabkan mulai meningkatnya harga jagung.

Ton 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Produktivitas Jagung

Tahun Gambar 1.2 : Produktivitas Tanaman Jagung di Kecamatan Tigabinanga

Keterangan : Terjadi peningkatan luas tanaman jagung di Kecamatan Tigabinanga di ikuti dengan meningkatnya produktivitas.


(21)

Dilihat dari bentang lahan dan topograpinya Kecamatan Tigabinanga berada 625 meter dpl, dataran berombak 15 %, berombak berbukit 35 %, berbukit bergunung 50 % dan suhu udara antara 18 C – 30 C, kelembaban udara harian rata-rata 72 %.

Kondisi luas lahan pertanian, lebih dari 80 % penggunaannya adalah untuk kebun jagung, lahan yang dulunya dimanfaatkan untuk tanaman kemiri, tanaman kopi, dan hutan desa sekarang habis digarap. Tidak ketinggalan lereng gugusan hutan negara ( Bukit Barisan ) yang dulunya tanah kosong , gersang juga di garap jadi ladang jagung. Kenaikan harga jagung hingga mencapai Rp. 2500 per kg sebagai pemicu terjadinya ekspansi lahan dan alih tanaman, hal ini terjadi sekitar tahun 2005.

Belum ada penataan pembangunan lahan berbasis jagung sehingga harga jagung berfluktuatif merupakan suatu masalah yang belum dipikirkan dan jumlah benih yang di gunakan, penggunaan jumlah pupuk sebagai penyedia unsur hara,belum sesuai dengan paket teknologi hasil penelitian para pakar dibidangnya, yang mengakibatkan rendahnya hasil rata-rata jagung sehingga meningkatkan biaya produksi, jumlah tenaga kerja yang tersedia belum termanfaatkan secara maksimal sehingga pendapatan petani tidak dapat ditingkatkan.

Apakah dengan semakin bertambahnya luas lahan, jumlah benih, jumlah pupuk dan jumlah tenaga kerja di Kecamatan Tigabinanga berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan masyarakat petani jagung ?, Apakah peningkatan pendapatan petani jagung telah mengurangi kemiskinan di Kecamatan Tigabinanga…..?

Berdasarkan variabel luas lahan, jumlah benih, jumlah pupuk, dan jumlah tenaga kerja tersebut di atas maka perlu dilakukan penelitian Analisis Determinan Pendapatan Petani Jagung di Kecamatan Tigabinanga.


(22)

1.2 Perumusan Masalah

Permasalahan yang akan dianalisis dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana pengaruh luas lahan terhadap pendapatan petani jagung di kecamatan Tigabinanga.

2. Bagaimana pengaruh jumlah benih terhadap pendapatan petani jagung di kecamatan Tigabinanga.

3. Bagaimana pengaruh jumlah pupuk terhadap pendapatan petani jagung di kecamatan Tigabinanga.

4. Bagaimana pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap pendapatan petani jagung di kecamatan Tigabinanga.

1.3 Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan penelitian ini adalah ;

1. Menganalisis pengaruh luas lahan terhadap pendapatan petani jagung di kecamatan Tigabinanga.

2. Menganalisis pengaruh jumlah benih terhadap pendapatan petani jagung di kecamatan Tigabinanga.

3. Menganalisis pengaruh jumlah pupuk terhadap pendapatan petani jagung di kecamatan Tigabinanga.

4. Menganalisis pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap pendapatan petani jagung di kecamatan Tigabinanga.


(23)

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat ;

1. Memberikan beberapa pertimbangan dan masukan dalam menentukan kebijakan peningkatan pendapatan petani jagung kepada pemerintah daerah sebagai pembuat kebijakan di daerah.

2. Menambah kasanah ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan masalah produksi pertanian dan pendapatan petani khususnya petani jagung.

Sebagai bahan acuan untuk pembahasan atau mungkin penelitian yang ingin meneliti lebih jauh tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan.


(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

Teori yang digunakan untuk mengurai perumusan masalah pendapatan petani jagung di kecamatan Tigabinanga, penulis menggunakan teori yang sederhana sebagai berikut :

2.1.1 Faktor-Faktor Produksi Usahatani

Usahatani merupakan cara-cara petani menentukan, mengorganisasikan dan mengkoordinasikan, penggunaan faktor-faktor produksi berupa luas lahan, tenaga kerja dan modal seefektif dan seefisien mungkin sehingga usaha tersebut memberikan pendapatan semaksimal mungkin.

Soekartawi (2002), mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan faktor produksi adalah semua korbanan yang diberikan pada tanaman agar tanaman tersebut mampu tumbuh dan menghasilkan dengan baik. Untuk menghitung besarnya koefisien faktor produksi maka digunakan fungsi produksi sebagai berikut :

2.1.2. Fungsi Produksi

Fungsi produksi adalah hubungan antara input dan output. atau aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan atau input.

Fungsi produksi Cobb-Douglas dapat juga dipakai untuk menganalisis pendapatan. Fungsi produksi dapat ditunjukkan pada persamaan berikut :


(25)

Q = f(K, L)……….……….(2.1) Q = A K L ...(2.2) dimana : Q = output K = input kapital

A = konstanta L = input tenaga kerja

 = koefisien kapital atau elastisitas output berkaitan dengan K

 = koefisien tenaga kerja Elastisitas output berkaitan dengan L Parameter ( satuan alat ukur ) variabel independen dan variabel dependen yang digunakan bervariasi maka untuk menyederhanakan varian tersebut lebih dahulu dilogaritmakan kemudian ditransformasikan ke dalam bentuk ekonometrika :

Log Q = Log A + Log K + Log L + …...…………..( 2.3 ) Dimana Q ( Quantity ) adalah output dan L dan K masing-masing adalah tenaga kerja dan barang modal. A, α ( alfa ) dan β ( beta ) adalah parameter-parameter positif yang dalam setiap kasus ditentukan oleh data. Semakin besar nilai A, barang teknologi semakin maju. Parameter α ( alfa ) mengukur persentase kenaikan Q akibat adanya kenaikan satu persen K sementara L dipertahankan konstan. Demikian pula parameter β( beta ), mengukur persentase kenaikan Q akibat adanya kenaikan satu persen L sementara K dipertahankan konstan. Jadi, α dan β masing-masing merupakan elastisitas output dari modal dan tenaga kerja.

Jika α + β = 1, maka terdapat tambahan hasil yang konstan Jika α + β > 1 terdapat tambahan hasil yang meningkat

Jika α + β < 1 maka artinya terdapat tambahan hasil yang menurun atas skala produksi. Pada fungsi produksi Cobb-Douglas ( Dominic Salvatore, 2008 ).


(26)

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat dirumuskan bahwa faktor-faktor penentu seperti tenaga kerja dan modal merupakan hal yang sangat penting diperhatikan terutama dalam upaya mendapatkan cerminan tingkat pendapatan.

2.1.3. Produksi Mencerminkan Pendapatan

Hubungan antara masukan pada proses produksi dan hasil keluaran dapat digambarkan melalui fungsi produksi. Fungsi ini menunjukkan keluaran Q ( Quantity ) yang dihasilkan suatu unit usaha untuk setiap kombinasi masukan tertentu. Untuk menyederhanakan fungsi tersebut dapat dituliskan dalam persamaan ( 2.2 ). Persamaan ini menghubungkan jumlah keluaran dari jumlah kedua masukan yakni modal dan tenaga kerja. Hubungan ini kemudian disebut dengan pendapatan.

2.1.4. Pendapatan

Pendapatan dapat dihitung dengan cara produksi,cara pengeluaran dan dengan cara nilai tambah ( added value ) Dalam penelitian ini pendapatan dihitung dengan cara produksi

Pendapatan adalah sama dengan jumlah unit output ( Q ) yang dihasilkan dikalikan dengan harga output per unit ( P ). maka pendapatan total :

TR ( Total Reveneu ) = P x Q

Pendapatan usahatani akan terkait dengan jumlah produk yang dihasilkan dan harga produk. Faktor produksi berpengaruh pada biaya produksi kemudian keduanya akan mempengaruhi pendapatan.


(27)

2.1.4.1. Luas Lahan

Faktor-faktor produksi lahan terdiri dari beberapa faktor alam lainnya seperti air, udara, temperatur, sinar matahari yang secara bersama-sama menentukan jenis tanaman yang dapat di usahakan, macam penggunaan lahan dan topografinya.

Faktor produksi tanah mempunyai kedudukan paling penting. Hal ini terbukti dari besarnya balas jasa yang diterima oleh tanah dibandingkan faktor-faktor produksi lainnya.

Dalam perhitungan ekonomi, sewa lahan / tanah tidak dapat dihitung sebagai pendapatan karena tanah tidak ada nilai penyusutannya dan sumber untuk memproduksi barang ekonomi, sewa tanah dapat dihitung jika ingin mencari keuntungan dalam usaha tani bukan pendapatan.

Bila luas lahan telah mencapai seluruh luas pertanian maka peningkatan pendapatan dilakukan dengan cara intensifikasi penggunahan lahan seperti tumpangsari tanaman, untuk kasus jagung antara jagung dengan kedele, jagung dengan ubi jalar. Jika dengan intensifikasi penggunaan luas lahan tidak tercapai maka alih tanaman yang dilakukan. Penambahan luas lahan dilakukan bila luas lahan meningkatkan pendapatan dan sebaliknya pengurangan luas lahan dilakukan apabila luas lahan mengurangi pendapatan petani.

2.1.4.2. Benih

Benih jagung merupakan salah satu komponen dalam sistem produksi jagung. Benih jagung bermutu tinggi berasal dari varietas unggul merupakan salah satu faktor


(28)

penentu untuk memperoleh kepastian hasil usahatani jagung sebab mutu benih jagung yang bersifat kualitatif memegang peranan penting dalam meningkatkan produksi, dengan meningkatnya produksi akan meningkatkan pendapatan petani jagung.

Selain mutu benih secara kualitatif, populasi tanaman meningkatkan produksi persatuan luas sampai dengan batas maksimum luas tanam yang ditentukan oleh kapasitas produksi benih, namun semakin meningkat kebutuhan akan benih yang pada akhirnya akan meningkatkan biaya produksi atau modal.

2.1.4.3. Pupuk

Pemupukan dilakukan sebagai penambah unsur hara yang ada di dalam tanah guna memenuhi kebutuhan nutrisi tanaman untuk meningkatkan produktivitas tanaman. Dosis anjuran pemupukan rata-rata perhektar yaitu untuk varietas hibrida sebesar 300 kg Urea, 150 kg SP- 36 dan 100 kg KCL untuk varietas bersari bebas sebesar 250 kg Urea, 100 kg SP-36 dan 50 kg KCL. Pemberian pupuk organik, terutama dapat memperbaiki struktur tanah dengan menyediakan ruang pada tanah untuk udara dan air.

2.1.4.4. Tenaga Kerja

Tenaga kerja musiman pertanian ditentukan oleh musim, maka terjadilah penyediaan tenaga kerja musiman dan pengangguran tenaga kerja musiman. Bila terjadi pengangguran semacam ini, maka konsekuensinya juga terjadi migrasi atau urbanisasi musiman (Soekartawi, 2002).


(29)

Penggunaan tenaga kerja sebagai variabel dalam proses produksi lebih ditentukan oleh pasar tenaga kerja, dalam hal ini dipengaruhi oleh upah tenaga kerja serta harga outputnya (Nopirin, 2000).

2.1.5 Pengaruh Penggunaan Faktor Produksi terhadap Produksi

Analisis fungsi Cobb Douglas digunakan untuk mengetahui pengaruh penggunaan faktor produksi terhadap hasil produksi. Analisis fungsi Cobb Douglass:

Q = aX1β1 X2β2 X3β3 …Xnβn …eu ...( 2.4 ) Untuk memudahkan pendugaan dinyatakan dengan mengubah bentuk kuadrat terkecil disederhanakan menjadi :

Q = α + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 + β4 X4 + µ ………..( 2.5 ) Karena parameter ( satuan alat ukur ) variabel independen dan variabel dependen bervariasi, maka untuk menyederhanakan varian tersebut digunakan fungsi logaritma sehingga persamaanya menjadi ;

Log Q = a + b1 log X1 + b2 log X2 + b3 log X3 + b4log X4 + u ..( 2.6 ) Keterangan :

Q (Quantity) = Produk jagung (Ton) a = Konstanta atau intercept

X1 = Luas Lahan ( ha )

X2 = Jumlah Benih Jagung ( kilogram )

X3 = Jumlah Pupuk (kilogram) X4 = Jumlah Tenaga Kerja ( HKO )


(30)

Selanjutnya persamaan ini digunakan untuk mengurai masalah pendapatan petani jagung sebagai berikut :

2.1.6 Pengaruh Penggunaan Faktor Produksi terhadap Pendapatan

Analisis persamaan (2.5) diatas digunakan untuk mengetahui pengaruh penggunaan faktor produksi terhadap pendapatanpetani jagung ( jumlah unit output yang dihasilkan dikalikan dengan harga output per unit) dengan persamaan :

Log YP = α + β1 log X1 + β2 log X2 + β3 log X3 + β4 log X4 + µ ...( 2.7 )

Dimana:

YP = Total Pendapatan Kotor Petani Jagung (jutaan rupiah ). α = Konstanta atau Intercept

X1 = Luas Lahan ( ha )

X2 = Jumlah Benih Jagung (kilogram )

X3 = Jumlah Pupuk Kimia maupun Organik (kilogram ) X4 = Jumlah Tenaga Kerja (Hari Kerja Orang = HKO ) µ = Faktor pengganggu atau residual / Term of error

β 1,β 2, β3, , β 4, = Koeffisien regresi (variabel/ yang akan diduga )


(31)

2.1.7 Penelitian Terdahulu

Padabagianini dijelaskan secara deskriptif tentang beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian yang dilakukan, beberapa ringkasan penting disajikan melalui paparan theoritical mapping yang mencakup, Nama Peneliti,Tahun Penelitian,Judul Penelitian,Variabel yang digunakan serta hasil penelitian, seperti :

Riyadi, (2007). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produksi jagung secara signifikan adalah luas lahan, tenaga kerja, bibit, pupuk, dan pestisida.

Sawa Suryana, (2007) hasil penelitiannya menyebutkan faktor yang mempengaruhi produksi jagung secara signifikan adalah jumlah tanaman,tenaga kerja sementara jumlah pupuk tidak signifikan.

Surviani, (2007) hasil penelitiannya menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan petani jagung secara signifikan adalah bibit,tenaga kerja,produksi jagung dan pola tanam.


(32)

2.1.8 Kerangka Pemikiran

Berdasarkan pemikiran di atas, digambarkan kerangka konseptual seperti ditunjukkan pada Gambar 2.1.

Luas Lahan

(ha )

Jumlah Tenaga Kerja

( HKO)

Jumlah Benih

( kilogram )

Pendapatan Petani Jagung

(jutaan rupiah )

Jumlah Pupuk

( kilogram )

Gambar 2.1. Kerangka Konseptual Analisis Pendapatan Petani Jagung Di Kecamatan Tigabinanga.


(33)

2.1.9 Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah maka hipotesis dalam penelitian ini adalah : 1. Luas lahan berpengaruh secara positif terhadap total pendapatan petani di

Kecamatan Tigabinanga, Ceteris Paribus.

2. Jumlah benih berpengaruh secara positif terhadap total pendapatan petani di Kecamatan Tigabinanga, Ceteris Paribus

3. Jumlah pupuk berpengaruh secara positif terhadap total pendapatan petani di Kecamatan Tigabinanga, Ceteris Paribus

Jumlah tenaga kerja berpengaruh secara positif terhadap total pendapatan petani di Kecamatan Tigabinanga, Ceteris Paribus


(34)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Ruang Lingkup

Penelitian ini hanya menganalisis hal-hal yang berkenaan dengan variabel luas lahan, jumlah benih, jumlah pupuk dan jumlah tenaga kerja yang mempengaruhi pendapatan petani jagung. Lingkupan penelitian ini dilakukan agar tujuan yang ingin dicapai dari hasil penelitian tidak menyimpang dari yang telah ditetapkan sebelumnya.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi yang dipilih untuk memperoleh data penelitian lapangan ini adalah beberapa desa yang berada di kecamatan yang memiliki tanaman jagung di wilayah kecamatan Tigabinanga. Waktunya dimulai dari 20 Maret 2010 ( Surat ijin penelitian di Lampiran 1.)

3.3 Jenis dan Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, yaitu data yang dikumpulkan dari petani jagung dengan melakukan wawancara langsung dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner) dan melakukan observasi, meliputi batasan variabel dan data yang diperlukan dalam mendukung penelitian ini.

3.4 Populasi dan Sampel 3.4.1 Populasi


(35)

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petani jagung yang terdapat di desa – desa yang berada di wilayah Kecamatan Tigabinanga yang berjumlah 8047 jiwa petani dari 19 desa, jenis dari populasi adalah homogen.

Tabel 3.1 : Populasi petani jagung di Kecamatan Tigabinanga No. Desa/Kelurahan Jiwa

1 Lau Kapur 194

2 Kem Kem 280

3 Gunung 314

4 Simpang Pergendangan 132

5 Pergendangen 574

6 Tigabinanga 1612

7 Kuta Galoh 197

8 Kuta Raja 249

9 Bunga Baru 322

10 Pertumbuken 221

11 Kuala 502

12 Kuta Buara 162

13 Simolap 87

14 Kuta Bangun 551

15 Sukajulu 283

16 Kuta Mbaru Punti 373

17 Kuta Gerat 272

18 Limang 387

19 Perbesi 1335

J u m l a h 8 047

Sumber : Tigabinanga Dalam Angka 2010


(36)

Sampel adalah kumpulan elemen yang sifatnya tidak menyeluruh melainkan hanya sebagian dari populasi saja,untuk memodifikasi sampel dibuat kerangka sampling berdasarkan urutan populasi tertinggi.

Tabel 3.2 : Karangka sampling petani jagung di Kecamatan Tigabinanga

No. Desa/Kelurahan Jiwa

1 Tigabinanga 1612

2 Perbesi 1335

3 Pergendangen 574

4 Kuta Bangun 551

5 Kuala 502

6 Limang 387

J u m l a h 4961

Sumber : Tigabinanga Dalam Angka 2010

Setelah kerangka sampling terbentuk maka ditentukan teknik sampling. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini ditetapkan metode Simple Random

Sampling yaitu setiap elemen populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih

sebagai sampel dimana populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petani jagung yang terdapat di desa–desa yang berada di wilayah kecamatan Tigabinanga yang jenis dari populasinya homogen.

Karena jenis populasi homogen maka peneliti mengambil 2% sampel dari masing-masing desa yang ada dalam kerangka sampling sehingga di dapati 99 sampel dibulatkan menjadi 100 sampel. Seperti di dalam Tabel dibawah ini :


(37)

Sampel No. Desa/Kelurahan Jiwa 2 % dari

Populasi

1 Tigabinanga 1612 32

2 Perbesi 1335 27

3 Pergendangen 574 11

4 Kuta Bangun 551 11

5 Kuala 502 10

6 Limang 387 9

J u m l a h 4961 100

Sumber : diolah dari Tigabinanga Dalam Angka 2010

3.5 Metode Analisis

Metode Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuadrat terkecil biasa atau Ordinary Least Square (OLS) karena hanya menggunakan satu persamaan dengan alat bantu (software) SPSS 17

3.6 Model Analisis Data

Model dasar untuk fungsi pendapatan petani jagung di kecamatan Tigabinanga merupakan pengembangan teori produksi Cobb-Dauglas, yaitu persamaan:

Y=A Kα Lβ …... (3.1) Dengan memecah variabel K dan L dalam bentuk yang lebih spesifik, yaitu variabel-variabel eksplanatori yang digunakan dalam penelitian ini, maka fungsi pendapatan menjadi:


(38)

Selanjutnya untuk mendapatkan model penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan petani jagung ini dilakukan dengan log terhadap variabel-variabel yang digunakan. Adapun spesifikasi model penelitian ini adalah sebagai berikut: Log YP = α + β1 log X1 + β2 log X2 + β3 log X3 + β4 log X4 + µ

Dimana:

YP = Total Pendapatan kotor petani jagung (jutaan rupiah) X1 = Luas lahan ( ha )

X2 = Jumlah Benih Jagung ( kilogram )

X3 = Jumlah Pupuk Kimia dan Organik ( kilogram ) X4 = Jumlah Tenaga kerja (Hari Kerja Orang = HKO ) α = Konstanta atau Intercept

µ = Faktor pengganggu atau residual / Term of error

β 1,β 2, β3, , β 4, = Koeffisien regresi (variabel/ yang akan diduga

3.7 Uji Kesesuaian Model (Test of Goodness of Fit)

Karena analisis dalam model estimasi maka perlu lakukan uji kesesuaian yang terdiri dari uji koefisien R2,,uji F (F -statistik) dan uji (t - statistik).

a. Koeffisien Determinasi R2 ( R Square )

Penilaian terhadap kofesien determinasi atau R Square (R2 ) bertujuan untuk melihat variasi kemampuan variabel independen ( luas lahan, jumlah benih, jumlah pupuk dan jumlah tenaga kerja) dalam menjelaskan pengaruhnya terhadap variabel dependen (pendapatan kotor petani jagung).


(39)

Koeffisien Determinasi (R2) sangat dipengaruhi oleh banyaknya observasi yang dilakukan. Semakin tinggi nilai kofesien determinasi (R2) , berarti model semakin dapat diandalkan. Jika nilai kofesien determinasi (R2) terletak diantara 0.70 – 1.00 dapat dikatakan memiliki nilai kofesien determinasi yang tinggi. Nilai R2 berada diantara 0 sampai 1 (0R2 1).

b. Uji F- Statistik atau Uji Serempak ( F- test/ simultan test )

Uji simultan dilakukan untuk mengetahui hubungan antara masing-masing variabel independen (X1),(X2), (X3) dan (X4) terhadap variabel dependen (Y).

Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan nilai hitung dengan F-tabel atau membandingkan nilai sig. regresi dengan sig. ( 0.05 ). Jika F-hitung > F-tabel atau sig. > 0.05 maka H0 ditolak, yang berarti variabel

independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen.

c. Uji t-Statistik ( Uji Parsial )

Uji t-statistik merupakan suatu pengujian secara parsial yang bertujuan untuk mengetahui :


(40)

2. Tanda pengaruh baik positif (menambah) maupun negatif (mengurangi)

3. Nilai koefisien regresi ( >1 atau < 1) 4. Nilai koefisien elastisitas ( >1 atau < 1)

secara individu (masing-masing) terhadap variabel dependen dengan menganggap variabel lainnya konstan. Tanda pengaruh dalam uji t-statistik ini kemudian dibandingkan hasil penelitihan apakah sama dengan hipotesis penelitian ?.

Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan nilai hitung dengan t-tabel atau membandingkan nilai sig. regresi dengan sig. ( 0.05 ). Jika t-hitung > t-tabel atau sig. > 0.05 maka H0 ditolak, yang berarti variabel independen

secara individu mempengaruhi variabel dependen.

3.8 Uji Asumsi Klasik

Uji penyimpangan asumsi klasik adalah pengujian terhadap beberapa asumsi klasik yang dilakukan untuk melihat apakah suatu model dikatakan baik dan efisien. Uji

penyimpangan asumsi klasik dimulai dengan menguji :

a. Normalitas

Menurut Ghozali ( 2005 ) uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah populasi data berdistribusi normal atau tidak. Dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Uji Lilliefors ( One sampel kolmogrov smirnov ).


(41)

Data dinyatakan berdistribusi normal jika nilai signifikansi > 0.05. Jika nilai signifikan < 0.05, maka distibusi data tidak normal.

b. Uji Linieritas

Uji linieritas bertujuan untuk mengetahui apakah dua variabel mempunyai hubungan yang linier( nilai harapan dalam parameter berpangkat satu ) atau nonliner secara signifikan. Hubungan yang linear bila signifikansi ( linearity ) kurang dari 0,05. Selanjutnya dideteksi dengan menguji asumsi klasik multikolinearitas dan heteroskedastisitas.

c. Uji Multikolinearitas

Multikoniaritas adalah alat untuk mengetahui suatu kondisi, apakah terdapat korelasi variabel independen di antara satu sama lainnya. Untuk melihat ada tidaknya multikolinieritas dalam suatu model pengamatan, dapat dilakukan dengan regresi antar variabel independen, sehingga dapat diperoleh nilai koefisien determinan (R2) masing-masing atau parsial. Selanjutnya R2 hasil regresi ( parsial ) antar variabel independen tersebut dibandingkan dengan R2 hasil regresi model, sehingga diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

- Jika nilai R2 hasil regresi ( parsial ) antar variabel bebas > R2 model penelitian, berarti terjadi multikolinieritas dalam model empiris yang digunakan.


(42)

- Jika nilai R2 hasil regresi ( parsial ) antar variabel bebas < R2 model penelitian, berarti tidak terjadi multikolinieritas model empiris yang digunakan.

d. Uji Heterokedastisitas

Untuk menguji heterokedastisitas digunakan uji Spearman rho yaitu uji yang mengkorelasikan nilai residual (unstandardized residual) dengan masing-masing variabel independen. Jika signifikansi korelasi kurang dari 0.05 maka model regresi terjadi masalah heterokedastisitas.

3.9. Definisi Operasional Variabel

Untuk memudahkan pengambilan data, diwujudkan dalam konsep operasional sebagai berikut :


(43)

1. Total Pendapatan (YP) adalah total pendapatan petani ( TR = P . Q ) dimana P

( Price ) adalah harga jagung dan Q ( Quantity ) dari hasil produksi jagung

selama kurun waktu sekali musim tanam dihitung dalam ( jutaan rupiah ). 2. Luas Lahan (X1) adalah lahan yang digunakan untuk menghasilkan produksi

jagung sekali musim tanam dihitung dengan ( ha ).

3. Jumlah benih (X2) adalah jumlah benih jagung yang digunakan untuk menghasilkan produksi jagung dalam satu musim tanam. ( kilogram ).

4. Jumlah pupuk ( X3 ) adalah jumlah pupuk yang digunakan baik pupuk kimia maupun organik untuk menghasilkan produksi jagung sekali musim tanam dihitung dengan ( kilogram )

Jumlah tenaga kerja ( X4 ) adalah penggunaan jumlah hari kerja orang ( HKO ) untuk menghasilkan produksi jagung yang dipekerjakan dalam satu kali musim tanam.


(44)

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

4.1.1. Gambaran Umum Wilayah Kecamatan Tigabinanga a. Kondisi Geografis

Kecamatan Tigabinga adalah salah satu kecamatan di Kabupaten Karo Propinsi Sumatera Utara. Dengan luas wilayah 160,38 Km2. Kecamatan Tigabinanga berjarak kira-kira 37 Km dari pusat pemerintahan Kabupaten.

b. Jumlah Penduduk

Kecamatan Tigabinanga didiami suku bangsa yang terdiri dari Karo, Jawa, Aceh Alas, Minang dan Batak dengan jumlah penduduknya sebesar 18.894 jiwa dengan 5.789 KK, yang terdiri dari 9.558 laki-laki dan 9.336 jiwa perempuan.

c. Mata Pencaharian

Sesuai dengan kondisi sumber daya alam pada umumnya sumber mata pencaharian masyarakat adalah sebagai petani. Penduduk yang memenuhi kebutuhan hidupnya sebagai petani yaitu mencapai 84,92% atau sebanyak 8.047 jiwa dengan usia antara 23 tahun sampai dengan 57 tahun. Perilaku petani karo lebih mudah mencontoh petani yang berhasil dari pada menerima saran dari petugas penyuluh pertanian, selain itu petani karo beranggapan bahwa bertani adalah memberi pupuk, tanpa pupuk tidak ada hasil. Belum ada penataan


(45)

pembangunan lahan berbasis jagung sehingga tidak ada perencanaan untuk mensejahterakan petani. Pembiayaan petani dalam mananam jagung didanai kredit bank jika para petani memiliki sertifikat lahan sebagai jaminan dan kredit di penggilingan jika petani tidak memiliki sertifikat lahan, yang menjadikan petani terjerat rentenir,terperangkap pengijon dan tidak berdaya menghadapi tengkulak saat panen merupakan fakta nyata petani belum sejahtera hal ini terjadi di Kecamatan Tigabinanga

4.1.2. Pendapatan

Jumlah pendapatan yang dimaksudkan adalah pendapatan kotor petani jagung dari hasil perkalian jumlah produksi jagung ( Q = Quantity ) dengan harga jual jagung (

P = Price ) dalam satu kali musim panen. Hasil rata-rata produksi jagung sebesar 5742

kg/ 9620 M2, rata-rata harga produksi jagung sebesar Rp 2.186 / kg dengan rata-rata pendapatan yang diterima para petani jagung di Kecamatan Tigabinanga sebesar Rp 12.285.429 / 9620 M2 luas lahan dalam satu kali musim panen ( selama 5 bulan ) dengan rata-rata modal sebesar Rp 9.000.000. Total pendapatan petani jagung yang masuk dalam penelitian ini sebesar Rp 1.228.542.850,- dengan responden sebanyak 100 petani jagung. Rasio modal terhadap pendapatan rata-rata 3,57% dengan rasio terendah sebesar 1,10 % dan rasio tertinggi sebesar 6,27 %.

Kebijakan harga jagung walaupun ada namun tidak banyak berpengaruh terhadap stabilitas harga di Kecamatan Tigabinanga. Hal ini dapat dilihat ketika panen jagung melimpah harga jagung bergerak lambat di antara Rp 1600/ Kg sampai dengan Rp 2000/ Kg dan pada saat panen jagung mengecil harga jagung bergerak naik dari Rp 2000/Kg


(46)

sampai Rp 2550/kg dalam masa 2 minggu. Perubahan harga seperti ini tidak dapat diketahui oleh petani. Pengamatan penulis ke PT. Pokphan Jl. Sisingamangaraja Km 9 Medan, terjadinya perubahan harga demikian disebabkan stok jagung pada masa-masa tertentu menipis sehingga untuk merangsang ketersediaan jagung harga dinaikan sampai batas harga impor jagung di pabrik.

4.1.3. Luas Lahan

Luas lahan tanam jagung yang diusahakan petani untuk menanam jagung rata rata 0.962 ha atau 9620 M2. Total luas lahan yang masuk dalam data penelitian seluas 2407 rante atau 96,28 ha yang berarti sebesar 0,06 dari luas 14.705 ha lahan tanaman jagung yang ada di kecamatan Tigabinanga.

4.1.4. Benih

Penggunaan benih jagung yang dibutuhkan petani dipengaruhi dengan luas dan jarak tanam. Petani Jagung di Kecamatan Tigabinanga menggunakan benih jagung NK 22 dan DK 979 dengan jarak tanam 40 – 50 cm, 40 – 60 cm dan 25 – 70 cm, sehingga rata-rata jumlah benih yang digunakan oleh petani sebesar 23.02 kg ( lampiran 4 ) per 0.962 ha dalam satu kali musim tanam, semakin tinggi benih yang digunakan akan meningkatkan harga pokok produksi.

Masa tanam jagung oleh petani di Kecamatan Tigabinanga dimulai dari bulan Juli sampai dengan bulan Agustus, sekitar 45 % dari sampel penelitian memulai bertanam di awal bulan Juli diikuti dengan 30 % di akhir bulan Juli dan 25% di awal Agustus. Hal ini dilakukan oleh petani karena ketersediaan tenaga kerja ( aro ) menunggu giliran dan


(47)

berharap di pertengahan bulan Agustus curah hujan tinggi sehingga kebutuhan akan air dalam pembentukan buah jagung tidak terganggu,sebab kekurangan air pada masa percambahan ( mulai benih di tanam sampai dua minggu setelah ditanam) akan mengakibatkan matinya tanaman, bila tanaman jagung tidak tumbuh maka petani melakukan penyisipan tanaman. Kekurangan air pada saat 3 ( tiga ) minggu setelah keluar rambut tongkol akan menurunkan produksi hingga 30 %, sementara kekurangan air selama pembungaan akan mengurangi jumlah biji yang terbentuk yang akan menurunkan produksi hingga 40 %. Ternyata curah hujan terjadi diawal bulan September.

Jarak tanam tanaman jagung tergantung dengan kreatifitas para petani jagung itu sendiri, ada yang menanam dengan jarak tanam 40 – 50 cm 2 butir dalam satu lobang tanam, 40 – 60 cm dengan 3 butir dalam satu lobang tanam dan ada yang menanam dengan jarak tanam 25 – 70 cm dengn 4 butir benih dalam satu lobang tanam, hal ini mereka lakukan dengan harapan semakin banyak batang akan semakin tinggi produksinya.

4.1.5 Pupuk

Petani jagung di kecamatan Tigabinanga melakukan kombinasi pupuk antara lain : Urea, SP 36, Phonska, organik untuk menghasilkan unsur arah bagi tanaman jagung, kombinasi pupuk tersebut dilakukan kerena NPK lengkap harganya mahal demikian juga dengan pupuk cair. Prilaku petani lebih merasa puas dengan pupuk kristal daripada menggunakan pupuk cair. Rata-rata penggunaan pupuk oleh petani sebesar 701.7 kg per 0.962 ha.


(48)

Tidak adanya pengukuran unsur hara di lahan jagung sehingga pemberian dosis pupuk dan waktu pemberian pupuk pada tanaman jagung di lahan petani dilakukan berdasarkan kebiasaan yaitu satu bulan sejak benih di tanam. Penggunaan dosis pupuk sebagai penyedia unsur hara yang dibutuhkan untuk memproduksi jagung belum sesuai dengan paket teknologi hasil penelitian para pakar dibidangnya. Para petani berpendapat bahwa tanpa dipupuk, jagung tidak akan berbuah yang menjadikan posisi petani sebagai target produksi ( target omzet ) dari pabrik pupuk nonorganik. Ketersediaan pupuk subsidi pada bulan Juli dan Agustus terganggu sehingga mempengaruhi harga pupuk menjadi mahal, karena harga pupuk mahal maka petani mulai beralih dari pupuk nonorganik menjadi pupuk organik karena harganya lebih murah. Pada masa panen, sering sekali dijumpai butiran pupuk nonorganik yang tidak larut dengan tanah di bawah batang jagung, hal ini disebabkan oleh kekurangan air dan curah hujan tidak dapat menembus daun jagung karena sudah terlalu rimbun.

4.1.6. Hasil Estimasi Model Pendapatan Petani Jagung

Analisis fungsi Cobb Douglas digunakan untuk mengetahui pengaruh penggunaan faktor produksi ( unit variabel/variabel independen) terhadap hasil produksi ( unit produksi/variabel dependen ) adalah sebagai berikut :

Q = aX1β1 X2β2 X3β3 …...Xnβn …eu

Untuk memudahkan pendugaan dinyatakan dengan mengubah bentuk kuadrat terkecil yang disederhanakan menjadi


(49)

Selanjutnya fungsi tersebut,digunakan untuk mengestimasikan faktor-faktor produksi ( variabel independen ) yang mempengaruhi Pendapatan Petani Jagung ( rupiah ) di Kecamatan Tigabinanga, Q ( produksi ) menjadi YP ( pendaptan ) secara matematis model persamaanya dirumuskan sebagai berikut :

YP = α + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 + β4 X4 + µ

Karena parameter ( satuan alat ukur ) variabel independen dan variabel dependen bervariasi, maka untuk menyederhanakan varian tersebut digunakan fungsi logaritma sehingga persamaanya menjadi ;

Log YP = α + β1 log X1 + β2 log X2 + β3 log X3 + β4 log X4 + µ

Berdasarkan data yang telah diperoleh dari hasil penelitian dan telah diolah dalam persamaan maka hasil setelah dilogaritmakan diperoleh persaman model estimasi sebagai berikut :

Log YP = -3.139 + 8,085 log X1 – 0,016 log X2 + 0,001 log X3 + 0,244 log X4

SE = (1.047) (1.989) (0.044) (0.002) (0.053) t-stat = (4.065) *** (-.365) (.537) (4.406)*** R2 = 0.771

F- Stat = 80.145 *** Signifikan pada α = 5%

4.1.7. Test of goodness of fit (uji kesesuaian)

a. Analisis Koefisien Determinasi (R-square)

Dari uraian persamaan model estimasi diatas diperoleh Koefisien Determinasi (R , R-square) yang tinggi karena terletak diantara 0.7 – 1.00 yaitu sebesar 0.771 % ( Lampiran 8.) hal ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan variasi yang terjadi pada variabel independen (luas lahan,jumlah benih,jumlah


(50)

pupuk dan jumlah tenaga kerja) dapat menjelaskan variabel dependen (pendapatan petani jagung) sebesar 77.10 % sedangkan sisanya sebesar 22.90 % dijelaskan oleh variabel lain yang tidak disertakan dalam model estimasi seperti ; perubahan iklim dalam hal ketersediaan air, ketersediaan unsur hara bagi tanaman jagung, jarak tanam, pengendalian hama penyakit jagung, perbedaan lahan datar dan perbukitan, pengolahan produksi dan harga jual.

b. Uji F-statistik (Uji Over all, uji serempak atau uji ANOVA )

Uji F-statistik ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel independen

mampu secara bersama-sama mempengaruhi peningkatan variabel dependen 1. Hipotesis : H0 : b1 = b2 = b3 = b4 = 0……….Tidak Signifikan

Ha : b1b2  b3b4 0……....Signifikan

2. Kriteria pengujian : H0 diterima apabila nilai sig > 0,05 ( 5%)

Ha diterima apabila F-hitung < 0,05 ( 5%)

3. F-hitung = 80.145 dan F0,05( tabel ) = 2,32 (80.145 > 2.32 )

4. Nilai Sig 0.000α < 0,05

Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa F-hitung > F-tabel artinya Ha diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel luas lahan (X1)

,jumlah benih (X2) , jumlah pupuk (X3) ,dan jumlah tenaga kerja (X4) secara

keseluruhan signifikan mempengaruhi pendapatan petani jagung dengan tingkat kepercayaan ( confidence interval ) sebesar 95 % atau ( alpha ) α = 5%. c. Uji t-statistik (Uji Parsial)


(51)

Uji t-statistik dilakukan untuk menguji apakah variabel independen diatas secara parsial berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.

1. Hipotesis : H0 : bi = 0…………Tidak Signifikan

Ha : bi0…....….…Signifikan

2. Kriteria pengambilan keputusan: a. H0 diterima apabila nilai sig > 0,05

b. Ha diterima apabila nilai sig < 0,05 Tabel 4.1 : Uji t Statistik

Variabel t hitung Sig. X1 ( Luas lahan ) 4.065 .000

X2 ( Benih ) - 0.365 .716

X3( Pupuk ) 0.537 .593

X4 Tenaga kerja ) 4.641 .000

Sumber : Hasil penelitian,2011 ( data diolah, lampiran 8.)

Dengan jumlah sampel (n) = 100, variabel bebas (k) = 4 maka derajat bebas untuk nilai statistik (n-k-1) atau sama dengan 95 maka didapati t-tabel dengan tingkat kepercayaan ( confidence interval ) sebesar 95 % atau ( alpha ) α = 5 % sebesar 1.985 dan α = 0,025 sebesar 2.277.

Hasil uji t- statistik diuraikan dalam pembahasan sebagai berikut :

1. Pengaruh Luas Lahan (X1) terhadap Pendapatan Petani Jagung.


(52)

1. Tanda pengaruh yang positif secara statistik, yang berarti setiap terjadi peningkatan terhadap luas lahan maka pendapatan petani jagung mengalami peningkatan dengan asumsi ceteris paribus.

2. Nilai koefisien regresi luas lahan sebesar 8,085, karena persamaan model estimasi dalam bentuk logaritma maka diartikan apabila penggunaan luas lahan meningkat secara relatif sebesar 1% atau secara absolut sebesar 96.20 M2 maka pendapatan petani jagung di Kecamatan Tigabinanga meningkat secara relatif sebesar 8,085 % atau secara absolut sebesar Rp 993.277 ( berasal dari 8,085 % x Rp 12.285.429/100 ) ceteris paribus dalam satu kali masa tanam ( 5 bulan ).

3. Dari nilai koefisien regresi luas lahan sebesar 8,085, ini menunjukan nilai koefisien elastisitas sebesar 8,085 > 1 maka elastisitasnya bersifat elastis artinya persentasi perubahan pendapatan petani jagung lebih besar dari persentasi perubahan luas lahan.

Selanjutnya penajaman pembahasan dilakukan uji parsial untuk mengetahui hubungan yang signifikan atau tidak signifikan dengan menggunakan uji t seperti dibawah ini :

b. Dengan hasil t hitung 4.065 > 1,98 t tabel , sig. ,000 < 0,05 Ha diterima. Hal ini berarti :

1. Variabel luas lahan berpengaruh positif dan signifikan terhadap total pendapatan petani jagung.


(53)

2. Faktor produksi luas lahan mempunyai kedudukan paling penting, terbukti dari besarnya balas jasa yang diterima oleh luas lahan dibandingkan faktor-faktor produksi lainnya.

3. Sesuai dengan hipotesis penelitian yang digunakan menyatakan bahwa luas lahan berpengaruh secara positif terhadap total pendapatan petani jagung di Kecamatan Tigabinanga, Ceteris Paribus.

4. Didukung dengan hasil study Riyadi, (2007). yang menyatakan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produksi jagung secara signifikan adalah luas lahan, tenaga kerja, bibit, pupuk, dan pestisida.

2. Pengaruh Jumlah Benih (X2) terhadap Pendapatan Petani Jagung.

a. Hasil regresi persamaan model estimasi dalam logaritma diperoleh : 1. Tanda pengaruh yang negatif secara statistik, yang berarti setiap

terjadi peningkatan terhadap jumlah benih maka pendapatan petani jagung mengalami penurunan dengan asumsi ceteris paribus.

2. Nilai koefisien regresi jumlah benih sebesar – 0,016, karena persamaan model estimasi dalam bentuk logaritma maka diartikan apabila penggunaan jumlah benih meningkat secara relatif sebesar 1% atau secara absolut sebesar 0.23 kg ( berasal dari 1% dari 23,02 kg atau biaya benih meningkat sebesar Rp 12.700 berasal dari 0.23 X Rp 55.165 / kg harga benih) maka pendapatan petani


(54)

jagung di Kecamatan Tigabinanga berkurang secara relatif sebesar 0,016 % atau secara absolut sebesar Rp 197 ( berasal dari 0.016 x Rp 12.285.429/100 ) dengan asumsi ceteris paribus dalam satu kali masa tanam ( 5 bulan ).

3. Dari nilai koefisien regresi luas lahan sebesar –0,016, ini menunjukan nilai koefisien elastisitas sebesar – 0,016 < 1 maka elastisitasnya bersifat inelastis artinya persentasi perubahan pendapatan petani jagung lebih kecil dari persentasi perubahan jumlah benih.

Selanjutnya penajaman pembahasan dilakukan uji parsial untuk mengetahui hubungan yang signifikan atau tidak signifikan dengan menggunakan uji- t seperti dibawah ini :

b. Dengan hasil t hitung - 0.365 < 1,98 t tabel , sig. .716 > 0,05 Ho diterima. Hal ini berarti :

1. Variabel jumlah benih berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap total pendapatan petani jagung.

2. Tidak sesuai dengan hipotesis penelitian yang digunakan menyatakan bahwa jumlah benih berpengaruh secara positif terhadap total pendapatan petani jagung di Kecamatan Tigabinanga, Ceteris Paribus.

3. Jumlah benih menjadi tidak signifikan disebabkan karena

a. Kekurangan air pada masa percambahan ( mulai benih di tanam sampai dua minggu setelah ditanam) akan mengakibatkan matinya


(55)

tanaman, bila tanaman jagung tidak tumbuh maka petani melakukan penyisipan tanaman.

b. Jarak tanam tanaman jagung tergantung dengan kreatifitas para petani jagung itu sendiri, ada yang menanam dengan jarak tanam 40 – 50 cm/ 2 butir dalam satu lobang tanam, 40 – 60 cm dengan 3 butir dalam satu lobang tanam dan ada yang menanam dengan jarak tanam 25 – 70 cm dengn 4 butir benih dalam satu lobang tanam, hal ini mereka lakukan dengan harapan semakin banyak batang akan semakin tinggi produksinya.

c. Kekurangan air pada saat 3 ( tiga ) minggu setelah keluar rambut tongkol akan menurunkan produksi hingga 30 %, sementara kekurangan air selama pembungaan akan mengurangi jumlah biji yang terbentukyang akan menurunkan produksi hingga 40 %. d. Peningkatkan penggunaan benih akan menurunkan rata-rata

produksi jagung yang berarti menaikan biaya produksi dan menurunkan pendapatan petani jagung.

3. Pengaruh Jumlah Pupuk (X3) terhadap Pendapatan Petani Jagung .

a. Hasil regresi persamaan model estimasi dalam logaritma diperoleh : 1. Tanda pengaruh yang positif secara statistik, yang berarti setiap terjadi

peningkatan terhadap jumlah pupuk maka pendapatan petani jagung mengalami peningkatan dengan asumsi ceteris paribus.


(56)

2. Nilai koefisien regresi jumlah pupuk sebesar 0,001, karena persamaan model estimasi dalam bentuk logaritma maka diartikan apabila penggunaan jumlah pupuk meningkat secara relatif sebesar 1% atau secara absolut sebesar 7.017 kg ( berasal dari 1% dari 701.7 kg atau biaya pupuk meningkat sebesar Rp 11.122 berasal dari 7.017 kg X Rp 1.585 / kg harga pupuk ), maka pendapatan petani jagung di Kecamatan Tigabinanga meningkat secara relatif sebesar 0,001% atau secara absolut sebesar Rp 123 ( berasal dari 0.001 x Rp 12.285.429/100 ) ceteris paribus dalam satu kali masa tanam ( 5 bulan ).

3. Dari nilai koefisien regresi jumlah pupuk sebesar 0,001, ini menunjukan nilai koefisien elastisitas sebesar 0,001 < 1 maka elastisitasnya bersifat inelastis artinya persentasi perubahan pendapatan petani jagung lebih kecil dari persentasi perubahan jumlah pupuk.

Selanjutnya penajaman pembahasan dilakukan uji parsial untuk mengetahui hubungan yang signifikan atau tidak signifikan dengan menggunakan uji t seperti dibawah ini :

b. Dengan hasil t hitung 0.537 < 1,98 t tabel , sig. 0.593 > 0,05 Ho diterima. Hal ini berarti

1. Variabel jumlah pupuk berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap total pendapatan petani jagung.


(57)

2. Sesuai dengan hipotesis penelitian yang digunakan menyatakan bahwa jumlah pupuk berpengaruh secara positif terhadap total pendapatan petani jagung di Kecamatan Tigabinanga, Ceteris Paribus.

3. Jumlah pupuk menjadi tidak signifikan disebabkan karena :

a. Pupuk tidak larut dengan tanah akibat kekurangan air sehingga kemampuan pupuk meningkatkan unsur hara tidak maksimal yang menpengaruhi kemampuan produksi tanaman jagung juga tidak maksimal.

b. Petani mulai beralih dari pupuk nonorganik menjadi pupuk organik.

c. Penggunaan dosis pupuk sebagai penyedia unsur hara yang dibutuhkan untuk memproduksi jagung belum sesuai dengan paket teknologi hasil penelitian para pakar dibidangnya.

4. Didukung dengan hasil study Sawa, (2007) faktor- faktor yang mempengaruhi produksi jagung secara signifikan adalah jumlah tanaman,tenaga kerja sementara jumlah pupuk tidak signifikan.

4. Pengaruh Jumlah Tenaga Kerja (X3) terhadap Pendapatan Petani

Jagung (X4 )


(58)

1. Tanda pengaruh yang positif secara statistik, yang berarti setiap terjadi peningkatan terhadap jumlah tenaga kerja maka pendapatan petani jagung mengalami peningkatan dengan asumsi ceteris paribus. 2. Nilai koefisien regresi jumlah tenaga kerja sebesar 0,244, karena

persamaan model estimasi dalam bentuk logaritma maka diartikan apabila jumlah tenaga kerja meningkat secara relatif sebesar 1% atau secara absolut sebesar 0.275 HKO ( berasal dari 1% dari 27.5 HKO atau biaya tenaga kerja meningkat sebesar Rp 12.487 berasal dari 0.01 X Rp 1.248.750 ), maka pendapatan petani jagung di Kecamatan Tigabinanga meningkat secara relatif sebesar 0,244 % atau secara absolut sebesar Rp 29.976 ( berasal dari 0.0244 x Rp 12.285.429/100) ceteris paribus dalam satu kali masa tanam ( 5 bulan ).

3. Dari nilai koefisien regresi jumlah tenaga kerja sebesar 0,244, ini menunjukan nilai koefisien elastisitas sebesar 0,244 < 1 maka elastisitasnya bersifat inelastis artinya persentasi perubahan pendapatan petani jagung lebih kecil dari persentasi perubahan jumlah tenaga kerja.

Selanjutnya penajaman pembahasan dilakukan uji parsial untuk mengetahui hubungan yang signifikan atau tidak signifikan dengan menggunakan uji t seperti dibawah ini :

b. Dengan hasil t hitung 4.641 > 1,98 t tabel , sig. ,000 < 0,05 Ha diterima. Hal ini berarti :


(59)

1. Variabel jumlah tenaga kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap total pendapatan petani jagung.

2. Sesuai dengan hipotesis penelitian yang digunakan menyatakan bahwa jumlah tenaga kerja berpengaruh secara positif terhadap total pendapatan petani jagung di Kecamatan Tigabinanga, Ceteris Paribus.

3. Relevan dengan hasil study Surviani,(2007) yang menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan petani jagung secara signifikan adalah bibit,tenaga kerja,produksi jagung dan pola tanam.

Secara keseluruhan nilai koefisien elastisitas sebesar 8.3284 ( berasal dari penjumlahan koefisien regresi masing-masing variabel 8.085 - 0.0016 + 0.001 + 0.244 ) lebih besar dari satu yang berarti memiliki sifat yang elastis, artinya persentasi perubahan variabel independen meningkatkan pendapatan petani jagung di Kecamatan Tigabinanga.

4.1.8 Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas

Hasil uji normalitas data di peroleh nilai significansi sebesar 0.110 > 0.05 yang berarti data berdistribusi normal. (lampiran 9.)


(60)

b. Uji Linieritas

Hasil uji linearity menunjukan masing - masing nilai sig (.000 ) < 0.0 5 yang berarti variabel memiliki hubungan yang linear. ( lampiran 10 )

c. Multikolinearitas

Dari hasil pengujian multikolinearitas diantara masing-masing variabel independen dapat dilihat nilai R2 partsial di Tabel 4.2. di bawah ini menunjukkan bahwa lebih kecil daripada nilai R2 hasil regresi model awal sebesar 0,771 . Berdasarkan kepada rule of thumb menunjukkan bahwa tidak ditemukan adanya multikolinearitas.

Tabel 4.2 : Pengujian Asumsi Klasik

Variabel Hasil Regresi

Observasi R2 partial

F

hitung Sig. Tol. VIF Luas Lahan (X1) 0,718 27,552 .000 1.000 1.000

Benih (X2 ) 0,394 9,811 .000 1.000 1.000

Pupuk (X3 ) 0,500 7,963 .000 1.000 1.000

T.kerja (X4 ) 0,649 12,067 .000 1.000 1.000

N = 100 Responden R2 model 0,771 F table 2,47

α = 5 % df = 95

Sumber : Hasil penelitian,2011 ( data diolah lampiran 11.)

d. Heterokedastisitas

Hasil Uji Spearman’s rho yaitu uji yang mengkorelasikan nilai residual ( unstandardized residual ) dengan masing-masing variabel independen Nilai

signifikansi setiap variabel > 0.05 berarti tidak terjadi heterokedastisitas terkecuali tenaga kerja hal ini dipengaruhi oleh ketersediaan musimnya dan upah tenaga kerja


(61)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian pada bab sebelumnya yang menyatakan bahwa koefisien elastisitas pendapatan bersifat elastis yang artinya penanbahan jumlah variabel independen mampu meningkatkan pendapatan petani jagung di Kecamatan Tigabinanga, apabila peningkatan pendapatan petani jagung ini terjadi dalam waktu yang panjang berarti mengurangi kemiskinan di Kecamatan Tigabinanga.

Berdasarkan uji-t, maka penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Luas lahan berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap total pendapatan petani jagung di Kecamatan Tigabinanga.

2. Jumlah benih berpengaruh secara negatif dan tidak signifikan terhadap pendapatan petani jagung di Kecamatan Tigabinanga.

3. Jumlah pupuk berpengaruh secara positif dan tidak signifikan terhadap pendapatan petani jagung di Kecamatan Tigabinanga.

4. Jumlah tenaga kerja berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap pendapatan petani jagung di Kecamatan Tigabinanga.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh, maka penulis mengajukan beberapa saran yang diharapkan dapat meningkatkan pendapatan petani jagung di Kecamatan Tigabinanga Kabupaten Karo di masa yang akan datang, yaitu:


(62)

a. Luas lahan merupakan variabel yang dominan mempengaruhi pendapatan petani jagung namun lahan telah mencapai luas seluruh lahan pertanian di kecamatan Tigabinanga untuk meningkatkan pendapatan perlu dilakukan tanaman tumpangsari atau intensifikasi penggunaan lahan dengan mengkombinasikan jagung dengan kedele, jagung dengan ubi jalar.

b. Jumlah benih berpengaruh secara negatif dan tidak signifikan terhadap pendapatan petani jagung di Kecamatan Tigabinanga hal ini disebabkan kekurangan air maka perlu dilakukan / pembuatan kantung /resapan air (biopori) di lahan untuk menyimpan/menahan ketersediaan air pada saat turun hujan dan melepaskan air pada saat proses percambahan benih agar meningkatkan kemampuan tumbuh benih dan melepaskan air pada saat proses produksi tanaman jagung yang akhirnya meningkatkan pendapatan petani jagung di Kecamatan Tigabinanga.

c. Jumlah pupuk berpengaruh secara positif namun nilai koefisien regresi sangat rendah dan tidak signifikan terhadap pendapatan petani jagung di Kecamatan Tigabinanga maka selain pembuatan resapan biopori perlu dilakukan pengukuran unsur hara di lahan tanaman jagung agar pupuk yang di curahkan sesuai dengan dosis tanaman jagung, penggunaan pupuk cair organik karena lebih cepat larut dengan tanah dan tidak meninggalkan residual di tanah dan meningkatkan kemampuan daya rangsang akar,buah dan mikroorganisma dalam tanah sehingga kemampuan produksi dapat meningkat dan biaya pupuk dapat dikurangi yang berarti meningkatkan pendapatan petani.


(63)

d. Jumlah tenaga kerja berpengaruh secara positif namun nilai koefisien regresi rendah dan signifikan terhadap pendapatan petani jagung di Kecamatan Tigabinanga namun penyerapan tenaga kerja ini bersifat musiman ( sambilan,sementara, aron )oleh karena itu perlu dilakukan pengkajian lebih tajam untuk menentukan strategi pembangunan berbasis lahan jagung sehingga terjadi penyerapan tenaga kerja pertanian yang permanen dalam jangka panjang yang disebabkan terjadinya stabilitas harga jagung,terjaminnya produksi jagung dan ketersediaan pupuk.


(64)

DAFTAR PUSTAKA

BPS. 2005. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Karo Menurut Lapangan

Usaha, Kerjasama BPS dengan BAPPEDA Kabupaten Karo

______ 1999. Karo Dalam Angka Tahun 1998. BPS Karo , Kabanjahe. ______ 2000. Karo Dalam Angka Tahun 1999. BPS Karo , Kabanjahe. ______ 2001. Karo Dalam Angka Tahun 2000. BPS Karo , Kabanjahe. ______ 2002. Karo Dalam Angka Tahun 2001. BPS Karo , Kabanjahe. ______ 2003. Karo Dalam Angka Tahun 2002. BPS Karo , Kabanjahe. ______ 2004. Karo Dalam Angka Tahun 2003. BPS Karo , Kabanjahe. ______ 2005. Karo Dalam Angka Tahun 2004. BPS Karo , Kabanjahe ______ 2006. Karo Dalam Angka Tahun 2005. BPS Karo , Kabanjahe ______ 2007. Karo Dalam Angka Tahun 2006. BPS Karo , Kabanjahe ______ 2008. Karo Dalam Angka Tahun 2007. BPS Karo , Kabanjahe ______ 2009. Karo Dalam Angka Tahun 2008. BPS Karo , Kabanjahe ______ 2010. Karo Dalam Angka Tahun 2009. BPS Karo , Kabanjahe

Ghozali,H.Imam.2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS, Cetakan Edisi ke Empat. Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang

Gujarati, D. 2003. Basic Econometrics. McGraw-Hill/Irvin. Cetakan Edisi ke Empat, USA

Joesran dan Fathorrozi, 2003. Teori Ekonomi Mikro. Edisi Pertama. Penerbit Salemba empat, Jakarta

Mankiw, N. Gregory. 2003. Teori Makroekonomi. Edisi Kelima, Penerbit Erlangga, Jakarta

Nahriyanti, 2006. Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Pada


(65)

Nachrowi Djalal, dan Hardius Usman, 2004. Teknik Pengambilan Keputusan. Grasindo, Jakarta

Nazir, Moh, 2005, Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, Jakarta.

Nopirin, 2000. Pengantar Ilmu Ekonomi Makro dan Mikro. Edisi Pertama. Balai Pustaka Fakultas Ekonomi, Yokyakarta

Priyatno, Duwi, 2010. Paham Analisa Statistik Data dengan SPSS, Edisi Pertama, MediaKom, Yogyakarta

Riyadi, 2007, Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi Produksi Jagung di Kecamatan Wirosari Kabupaten Grobogan , Tesis, Magister Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan, Universitas Diponegoro Semarang

Salvatore, Dominick, 2006, Theory and Problem f Micro Economic Theory, 3rd Edition. Alih Bahasa oleh Rudi Sitompul, Penebit Erlangga, Jakarta

Sukartawi, 2002. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian, Teori dan Aplikasi. Edisi Revisi. Penerbit PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta

Suryanan, Sawa, 2007. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi Produksi jagung di Kabupaten Blora, Tesis, Magister Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan, Universitas Diponegoro, Semarang

Surviani, (2007), Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan petani jagung di desa Bulu Cenrana Kecamatan Pitu Riawa Kabupaten Sidenreng Rappang Provinsi Sulawesi Selatan.Tesis, Magister Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta

Uyanto, Stanislaus S, 2009. Pedoman Analisis Data dengan SPSS. Edisi Ketiga, Penerbit Graha Ilmu, Yogyakarta

Winarno, Wing Wahyu, 2007. Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews. Edisi Pertama, Penerbit Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN Yogyakarta


(1)

b. Uji Linieritas

Hasil uji linearity menunjukan masing - masing nilai sig (.000 ) < 0.0 5 yang berarti variabel memiliki hubungan yang linear. ( lampiran 10 )

c. Multikolinearitas

Dari hasil pengujian multikolinearitas diantara masing-masing variabel independen dapat dilihat nilai R2 partsial di Tabel 4.2. di bawah ini

menunjukkan bahwa lebih kecil daripada nilai R2 hasil regresi model awal sebesar 0,771 . Berdasarkan kepada rule of thumb menunjukkan bahwa tidak ditemukan adanya multikolinearitas.

Tabel 4.2 : Pengujian Asumsi Klasik

Variabel Hasil Regresi

Observasi R2 partial

F

hitung Sig. Tol. VIF

Luas Lahan (X1) 0,718 27,552 .000 1.000 1.000

Benih (X2 ) 0,394 9,811 .000 1.000 1.000

Pupuk (X3 ) 0,500 7,963 .000 1.000 1.000

T.kerja (X4 ) 0,649 12,067 .000 1.000 1.000

N = 100 Responden R2 model 0,771 F table 2,47

α = 5 % df = 95

Sumber : Hasil penelitian,2011 ( data diolah lampiran 11.)

d. Heterokedastisitas

Hasil Uji Spearman’s rho yaitu uji yang mengkorelasikan nilai residual ( unstandardized residual ) dengan masing-masing variabel independen Nilai

signifikansi setiap variabel > 0.05 berarti tidak terjadi heterokedastisitas terkecuali tenaga kerja hal ini dipengaruhi oleh ketersediaan musimnya dan upah tenaga kerja borongan. ( Lampiran 12 )


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian pada bab sebelumnya yang menyatakan bahwa koefisien elastisitas pendapatan bersifat elastis yang artinya penanbahan jumlah variabel independen mampu meningkatkan pendapatan petani jagung di Kecamatan Tigabinanga, apabila peningkatan pendapatan petani jagung ini terjadi dalam waktu yang panjang berarti mengurangi kemiskinan di Kecamatan Tigabinanga.

Berdasarkan uji-t, maka penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Luas lahan berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap total pendapatan petani jagung di Kecamatan Tigabinanga.

2. Jumlah benih berpengaruh secara negatif dan tidak signifikan terhadap pendapatan petani jagung di Kecamatan Tigabinanga.

3. Jumlah pupuk berpengaruh secara positif dan tidak signifikan terhadap pendapatan petani jagung di Kecamatan Tigabinanga.

4. Jumlah tenaga kerja berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap pendapatan petani jagung di Kecamatan Tigabinanga.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh, maka penulis mengajukan beberapa saran yang diharapkan dapat meningkatkan pendapatan petani jagung di Kecamatan Tigabinanga Kabupaten Karo di masa yang akan datang, yaitu:


(3)

a. Luas lahan merupakan variabel yang dominan mempengaruhi pendapatan petani jagung namun lahan telah mencapai luas seluruh lahan pertanian di kecamatan Tigabinanga untuk meningkatkan pendapatan perlu dilakukan tanaman tumpangsari atau intensifikasi penggunaan lahan dengan mengkombinasikan jagung dengan kedele, jagung dengan ubi jalar.

b. Jumlah benih berpengaruh secara negatif dan tidak signifikan terhadap pendapatan petani jagung di Kecamatan Tigabinanga hal ini disebabkan kekurangan air maka perlu dilakukan / pembuatan kantung /resapan air (biopori) di lahan untuk menyimpan/menahan ketersediaan air pada saat turun hujan dan melepaskan air pada saat proses percambahan benih agar meningkatkan kemampuan tumbuh benih dan melepaskan air pada saat proses produksi tanaman jagung yang akhirnya meningkatkan pendapatan petani jagung di Kecamatan Tigabinanga.

c. Jumlah pupuk berpengaruh secara positif namun nilai koefisien regresi sangat rendah dan tidak signifikan terhadap pendapatan petani jagung di Kecamatan Tigabinanga maka selain pembuatan resapan biopori perlu dilakukan pengukuran unsur hara di lahan tanaman jagung agar pupuk yang di curahkan sesuai dengan dosis tanaman jagung, penggunaan pupuk cair organik karena lebih cepat larut dengan tanah dan tidak meninggalkan residual di tanah dan meningkatkan kemampuan daya rangsang akar,buah dan mikroorganisma dalam tanah sehingga kemampuan produksi dapat meningkat dan biaya pupuk dapat dikurangi yang berarti meningkatkan pendapatan petani.


(4)

d. Jumlah tenaga kerja berpengaruh secara positif namun nilai koefisien regresi rendah dan signifikan terhadap pendapatan petani jagung di Kecamatan Tigabinanga namun penyerapan tenaga kerja ini bersifat musiman ( sambilan,sementara, aron )oleh karena itu perlu dilakukan pengkajian lebih tajam untuk menentukan strategi pembangunan berbasis lahan jagung sehingga terjadi penyerapan tenaga kerja pertanian yang permanen dalam jangka panjang yang disebabkan terjadinya stabilitas harga jagung,terjaminnya produksi jagung dan ketersediaan pupuk.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

BPS. 2005. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Karo Menurut Lapangan

Usaha, Kerjasama BPS dengan BAPPEDA Kabupaten Karo

______ 1999. Karo Dalam Angka Tahun 1998. BPS Karo , Kabanjahe. ______ 2000. Karo Dalam Angka Tahun 1999. BPS Karo , Kabanjahe. ______ 2001. Karo Dalam Angka Tahun 2000. BPS Karo , Kabanjahe. ______ 2002. Karo Dalam Angka Tahun 2001. BPS Karo , Kabanjahe. ______ 2003. Karo Dalam Angka Tahun 2002. BPS Karo , Kabanjahe. ______ 2004. Karo Dalam Angka Tahun 2003. BPS Karo , Kabanjahe. ______ 2005. Karo Dalam Angka Tahun 2004. BPS Karo , Kabanjahe ______ 2006. Karo Dalam Angka Tahun 2005. BPS Karo , Kabanjahe ______ 2007. Karo Dalam Angka Tahun 2006. BPS Karo , Kabanjahe ______ 2008. Karo Dalam Angka Tahun 2007. BPS Karo , Kabanjahe ______ 2009. Karo Dalam Angka Tahun 2008. BPS Karo , Kabanjahe ______ 2010. Karo Dalam Angka Tahun 2009. BPS Karo , Kabanjahe

Ghozali,H.Imam.2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS, Cetakan Edisi ke Empat. Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang

Gujarati, D. 2003. Basic Econometrics. McGraw-Hill/Irvin. Cetakan Edisi ke Empat, USA

Joesran dan Fathorrozi, 2003. Teori Ekonomi Mikro. Edisi Pertama. Penerbit Salemba empat, Jakarta

Mankiw, N. Gregory. 2003. Teori Makroekonomi. Edisi Kelima, Penerbit Erlangga, Jakarta

Nahriyanti, 2006. Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Pada


(6)

Nachrowi Djalal, dan Hardius Usman, 2004. Teknik Pengambilan Keputusan. Grasindo, Jakarta

Nazir, Moh, 2005, Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, Jakarta.

Nopirin, 2000. Pengantar Ilmu Ekonomi Makro dan Mikro. Edisi Pertama. Balai Pustaka Fakultas Ekonomi, Yokyakarta

Priyatno, Duwi, 2010. Paham Analisa Statistik Data dengan SPSS, Edisi Pertama, MediaKom, Yogyakarta

Riyadi, 2007, Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi Produksi Jagung di Kecamatan Wirosari Kabupaten Grobogan , Tesis, Magister Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan, Universitas Diponegoro Semarang

Salvatore, Dominick, 2006, Theory and Problem f Micro Economic Theory, 3rd Edition.

Alih Bahasa oleh Rudi Sitompul, Penebit Erlangga, Jakarta

Sukartawi, 2002. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian, Teori dan Aplikasi. Edisi Revisi. Penerbit PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta

Suryanan, Sawa, 2007. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi Produksi jagung di Kabupaten Blora, Tesis, Magister Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan, Universitas Diponegoro, Semarang

Surviani, (2007), Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan petani jagung di desa Bulu Cenrana Kecamatan Pitu Riawa Kabupaten Sidenreng Rappang Provinsi Sulawesi Selatan.Tesis, Magister Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta

Uyanto, Stanislaus S, 2009. Pedoman Analisis Data dengan SPSS. Edisi Ketiga, Penerbit Graha Ilmu, Yogyakarta

Winarno, Wing Wahyu, 2007. Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews. Edisi Pertama, Penerbit Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN Yogyakarta