ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pertumbuhan ekonomi suatu negara dapat ditopang oleh sektor pariwisata, perkebunan, pertanian, perikanan, pertambangan dan lainnya. Indonesia adalah
Negara yang memiliki keadaan alam, flora, fauna, seni, budaya yang berlimpah yang merupakan aset dalam modal pembangunan kepariwisataan. Pembangunan
kepariwisataan di Indonesia yang dilaksanakan secara sistematis, terencana, berkelanjutan dan bertanggungjawab dengan tetap memberikan perlindungan
terhadap nilai-nilai agama, budaya yang hidup dalam masyarakat setempat akan memberikan pemerataan kesempatan berusaha dalam bentuk banyaknya tercipta
lapangan pekerjaan bagi masyarakat Indonesia. Penyelenggaraan pemerintah daerah sesuai dengan amanat Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas
pembantuan, diarahkan untuk mempercepat pemberdayaan dan peran serta masyarakat serta peningkatan daya saing daerah dengan memperhatikan prinsip
demokrasi pemerataan, keadilan, keistimewaan dan khususan daerah dalam tingkat Negara Kesatuan Republik Indonesia.
1
Effiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan daerah perlu ditingkatkan dengan lebih memperhatikan aspek-aspek hubungan antar susunan
1
Abdul Kadir, dkk, Peran Ganda Perpajakan Daerah dan Retribusi Daerah dalam Menopang Desentralisasi Fiskal, Medan: Fisip Usu Press, 2008, hal 29
Universitas Sumatera Utara
x pemerintahan, potensi dan keanekaragaman daerah, peluang dan tantangan
persaingan global dengan memberikan kewenangan yang seluas-luasnya kepada daerah disertai dengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan Negara.
Menyukseskan pembangunan nasional yang dilaksanakan secara berkesinambungan, maka semakin dirasakan perlunya peningkatan pembinaan di
bidang pemerintahan umum, terutama upaya menciptakan suatu kondisi dimana pemerintah dan masyarakat dapat melakukan kegiatan secara aman, tertib, tentram
dan teratur. Undang-Undang No.23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah mengatur tentang, salah satu wewenang, tugas dan kewajiban kepala wilayah
adalah membina ketentraman dan ketertiban diwilayahnya dan mengupayakan agar semua peraturan perundang-undangan ditaati dan dilaksanakan oleh instansi
pemerintah maupun non pemerintah daerah sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Wewenang, tugas dan kewajiban tersebut di atas, merupakan tugas lama yang
sampai saat ini masih tetap berlaku.
2
Munculnya otonomi daerah menyebabkan terjadinya pergeseran paradigma dari sistem pemerintah bercorak sentralisasi mengarah kepada sistem
pemerintahan yang desentralisasi, yaitu dengan memberikan keleluasaan terhadap daerah dalam mewujudkan daerah otonom yang bertanggung jawab, untuk
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat sesuai dengan kondisi dan potensi yang dimiliki oleh wilayah tersebut. Pemberian otonomi daerah pada
dasarnya bertujuan untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintah daerah, terutama dalam pelaksanaan pembangunan
2
Undang-Undang No.23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah
Universitas Sumatera Utara
xi dan pelayanan masyarakat serta peningkatan pembinaan kesatuan politik dan
kesatuan bangsa. Berlakunya Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah
dan Retribusi Daerah merupakan langkah pemerintah pusat dalam memberikan otonomi yang seluas-luasnya bagi pemerintah daerah yang merupakan peluang
sekaligus tantangan. Menjadi sebuah peluang apabila pemerintah daerah tersebut mampu mengelolah segala sumber penerimaan dengan baik dan optimal,
begitupun sebaliknya akan menjadi sebuah tantangan apabila pemerintah tersebut tidak mampu mengelolah segala sumber penerimaan daerahnya dengan baik.
Sistem pemungutan pajak daerah dapat dibagi menjadi dua. Pertama, pemungutan pajak daerah dengan sistem official assessment yang berarti
pemungutan pajak daerah berdasarkan penetapan Kepala Daerah dengan menggunakan surat ketetapan pajak daerah atau dokumen lain yang dipersamakan
dengan itu.
3
Kedua, pemungutan menggunakan sistem self assessment. Sistem ini memberi wewenang kepada wajib pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak
yang terutang. Wajib pajak menghitung, membayar dan melaporkan sendiri pajak daerah yang terutang. Dokumen yang digunakan adalah surat pemberitahuan
pajak daerah
selanjutnya disingkat
SPTPD untuk
menghitung, memperhitungkan, membayarkan dan melaporkan pajak yang terutang.
Masalah yang sering muncul dalam pelaksanaan otonomi daerah selain perimbangan keuangan antar pusat dan daerah yang kurang merata, prospek
kemampuan pembiayaan pemerintah dalam melaksanakan fungsinya sebagai
3
Y. Sri Pudyatmoko, Pengantar Hukum Pajak Edisi Revisi-Ed.IV, Yogyakarta, Andi, 2009, hal 81.
Universitas Sumatera Utara
xii penyelenggara pembangunan dan pelayanan masyarakat dianggap belum
maksimal. Oleh karena itu, penyelenggaraan kegiatan pemerintahan daerah senantiasa terus meningkat sehingga biaya yang dibutuhkan juga akan bertambah.
Peningkatan penerimaan daerah harus senantiasa diupayakan secara periodik oleh setiap daerah otonom melalui penataan administrasi pendapatan daerah yang
efektif dan efisien sesuai dengan yang ditetapkan di dalam berbagai peraturan perundang-undangan dan petunjuk pelaksanaan.
Pembiayaan pemerintah dalam rangka melaksanakan tugas pemerintahan dan pembangunan senantiasa memerlukan sumber penerimaan yang dapat
diandalkan. Sumber-sumber penerimaan daerah ini dapat berasal dari bantuan dan sumbangan pemerintah pusat maupun penerimaan yang berasal dari daerah
sendiri. Namun yang menjadi komponen utama Pendapatan Asli Daerah PAD adalah penerimaan yang berasal dari komponen pajak daerah, retribusi daerah,
hasil perusahaan milik daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.
Pajak Daerah Menurut Undang- Undang Nomor 28 Tahun 2009 “Pajak
Daerah, yang selanjutnya disebut Pajak, adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan
Undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat”.
4
Pajak daerah merupakan sumber pendapatan yang paling tinggi, karena pendapatan tersebut digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah dan
4
Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
Universitas Sumatera Utara
xiii pembangunan daerah. Daerah memiliki wewenang untuk mengatur wilayah dan
mengembangkan segala potensi yang dimiliki, sehingga kewenangan ini akan mendorong daerah untuk berkembang secara kompetitif yang sehat dengan
memanfaatkan semaksimal mungkin sumber daya yang dimiliki. Pajak daerah merupakan salah satu sumber pendapatan daerah, yang
diharapkan dapat membantu pembiyaan dareah untuk melaksanakan otonominya, yaitu mampu mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri disamping
penerimaan yang berasal dari pemerintah berupa subsidi bantuan. Sumber pajak daerah tersebut diharapkan menjadi sumber pembiayaan penyelenggaraan
pemerintahan, dan pembangunan daerah untuk meningkatakan pemerataan kesejahteraan rakyat.
Kemampuan pajak daerah yang dimilki setiap daerah merupakan salah satu indikator kesiapan pemerintah daerah dalam berotonomi daerah. Oleh karena
itu perolehan pajak daerah diarahkan untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah PAD, yang digunakan untuk menyelenggarakan otonomi dareah yang
secara konseptual diharapkan memiliki kemampuan nyata dan bertanggung jawab. Tuntunan kemampuan nyata ini diharapkan bersumber dari kemampuan
menyiasati penerimaan pajak daerah melalui upaya-upaya yang dapat dilakukan sehingga terjadi peningkatan dari waktu kewaktu.
Pelaksanaan pemungutan pajak daerah dilaksanakan oleh Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah selanjutnya disebut DPPK Kota
Medan. Pemerintah Daerah memberlakukan beberapa jenis pungutan berkaitan dengan Retribusi Daerah. Adapun salah satu objek pajak Daerah yang dikelola
Universitas Sumatera Utara
xiv oleh DPPK Kota Medan adalah Pajak Restoran, pajak ini dikenakan kepada orang
pribadi atau badan atas pelayanan yang disediakan Restoran termasuk Rumah makan, café, bar dan sejenisnya, tidak termasuk usaha boga dan catering. Dengan
adanya pajak restoran, besar kemungkinan terdapat celah atau kelemahan pada sisi administrasi, pengelolaan di lapangan, maupun implikasinya. Beberapa hal yang
menjadi celah dari pajak restoran ini terletak pada penetapan target yang telah ditetapkan tidak sebanding dengan potensi sebenarnya, ketidakseimbangan antara
potensi sebenarnya yang dimiliki dengan realisasi penerimaan pajak restoran yang sudah dilakukan dan tinjauan prosedur pemungutan pajak restoran.
Pajak restoran dapat digolongkan sebagai pajak tidak langsung, dimana pajak yang pengenaannya berdasarkan atas pelayanan yang diberikan kepada
konsumen ini, bebannya berada pada konsumen. Dalam hal ini, pemilik pengusaha restoran merupakan pihak yang melakukan pemungutan dan
menyetorkan hasil pajak tersebut kepada instansi yang berwenang menerima
pengumpulan hasil pajak tersebut. Dengan demikian, keberadaan pajak restoran
tentunya tidak mengurangi keuntungan para pengusaha sehingga tidak menimbulkan hilangnya insentif untuk berusaha di sektor tersebut. Sementara dari
sisi pengunjung, adanya beban akibat pajak restoran tersebut cukup adil mengingat pengunjung restoran cenderung berasal dari golongan kaya. Keuangan
Pemerintah Daerah di Indonesia, pajak restoran yang pada awalnya merupakan Pajak Pembangunan I tidak memiliki masalah dari sisi efisensi ekonomi dan
pajak ini dianggap cukup adil. Karena golongan kaya cenderung membelanjakan bagian yang lebih besar dari pendapatannya untuk restoran daripada kelompok
Universitas Sumatera Utara
xv miskin. Ini juga sejalan dengan peran pajak dalam kaitannya membatasi konsumsi
sehingga pemerintah dapat mentransfer sumber dari konsumsi ke jalur investasi. Sementara dari sisi ketepatan sebagai pajak daerah, restoran sangat cocok
sebagai sumber penerimaan daerah. Karena obyek pajak jelas tempatnya dan tempat memungut sama dengan tempat beban pajak. Bila ditelaah dari sisi
kemudahan administrasi, pajak restoran tergolong mudah dalam pelaksanaannya. Ini dikarenakan pajak tersebut sudah termasuk dalam biaya konsumsi yang harus
dibayar oleh pengunjung restoran.
Rumah makan atau restoran yang terkena wajib pajak disini adalah seluruh rumah makan atau restoran yang sudah mengisi Surat Pemberitahuan Pajak
Daerah selanjutnya disebut SPTPD. Konsekuensi penerimaan pajak restoran yang diberlakukan di Kota Medan Nomor 5 Tahun 2011 itu dilakukan oleh
petugas kepada wajib pajak yang sudah terdata dan menerima SKPD sehingga disini wajib pajak dapat memenuhi kewajiban membayar pajak sesuai dengan tarif
yang ditetapkan. Pemko Medan dalam memaksimalkan pemugutan pajak khususnya pajak
restoran. Tim penagihan pajak Pemko Medan merazia tiga restoran yang selama ini belum terdaftar sebagai wajib pajak.
5
Berdasarkan latar belakang di atas merasa tertarik memilih Prosedur Pemungutan Pajak Restoran Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2011
Tentang Pajak Restoran.
5
http:waspada.co.idmedantim-pemko-tagih-3-restoran-tak-bayar-pajakdiakses tanggal
1 November 2015.
Universitas Sumatera Utara
xvi
B. Perumusan Masalah