xix c.
Tanpa jasa timbal atau kontraprestasi dari negara yang secara langsung dapat ditunjuk. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya
kontraprestasi individual oleh pemerintah. d.
Digunakan untuk membiayai rumah tangga negara, yakni pengeluaran- pengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat luas.
2. Pengertian Pajak Daerah
Masalah pajak adalah masalah negara dan setiap orang yang hidup dalam suatu negara berurusan dengan pajak sehingga masalah pajak juga menjadi
masalah keseluruhan rakyat negara tersebut. Dengan demikian setiap orang sebagai anggota masyarakat suatu negara harus mengetahui segala permasalahan
yang berhubungan dengan pajak, baik mengenai asas-asasnya, jenis-jenis pajak yang berlaku, tata cara pembayaran pajak serta hak dan kewajiban sebagai wajib
pajak. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah dan UU Tahun 2008 Tentang Otonomi Daerah Bab VIII Pasal 157, dan mengalami perubahan yang sekarang menjadi Undang-undang
Nomor 28 Tahun 2009, Pajak Daerah merupakan sumber pendapatan daerah agar daerah dapat melaksanakan otonominya yaitu mampu mengatur dan mengurus
rumah tangganya sendiri, disamping penerimaan yang berasal dari pemerintah berupa subsidi bantuan, bagi hasil pajak dan bukan pajak. Sumber pendapatan
daerah tersebut dapat diharapkan menjadi sumber pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan, dan juga kegiatan kemasyarakatan
didaerah untuk meningkatkan dan memeratakan kesejahteraan rakyat.
Universitas Sumatera Utara
xx Dasar Hukum pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah adalah
Undang-undang No.28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Pajak Daerah dibagi menjadi 2 bagian, yaitu sebagai berikut:
8
1.
Pajak Provinsi, terdiri dari: a.
pajak kendaraan bermotor; b.
bea balik nama kendaraan bermotor; c.
pajak bahan bakar kendaraan bermotor; d.
pajak air permukaan; dan e.
pajak rokok.
2.
Pajak KabupatenKota, terdiri atas: a.
pajak hotel; b.
pajak restoran; c.
pajak hiburan; d.
pajak reklame; e.
pajak penerangan jalan; f.
pajak mineral bukan logam dan batuan; g.
pajak parkir; h.
pajak air tanah; i.
pajak sarang burung walet; j.
pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan; dan k.
bea perolehan hak atas tanah dan bangunan.
8
Mardiasmo. Perpajakan: Edisi Revisi. Yogyakarta: Andi, 2013, hal 13
Universitas Sumatera Utara
xxi Khusus untuk Daerah yang setingkat dengan daerah provinsi, tetapi tidak
terbagi dalam daerah Kabupatenkota otonom, seperti Daerah Khusus Ibu kota Jakarta, jenis Pajak yang dapat dipungut merupakan gabungan dari Pajak untuk
daerah provinsi dan Pajak untuk daerah kabupatenkota.
3. Retribusi daerah