Persepsi petani terhadap pemasaran

Tabel 5.16. Distribusi petani responden berdasarkan persepsi terhadap ketersediaan modal produksi Kategori Persepsi Skor Responden orang Persentase Buruk Cukup Baik 2-3 4-5 6-7 - 10 30 - 25 75 Jumlah 40 100 Sumber: Analisis Data Primer Berdasarkan tabel 5.16, tingkat persepsi petani terhadap ketersediaan modal produksi termasuk dalam kategori baik, yaitu sebanyak 30 0rang petani 75 , dan pada kategori cukup sebanyak 10 orang petani 25. Persepsi petani terhadap ketersediaan modal produksi merupakan penilaian petani tentang ketepatan waktu serta kesesuaian jumlah modal yang tersedia dengan kebutuhan petani wijen. Modal produksi berperan penting untuk menunjang keberhasilan budidaya, karena semakin besar jumlah modal yang tersedia, maka pembiayaan terhadap kebutuhan dalam budidaya akan lebih lancar daripada jumlah modal yang sedikit. Modal produksi yang dibutuhkan bergantung pada luas lahan yang dimiliki, karena semakin luas lahan maka sarana produksi yang digunakan semakin banyak, sehingga biayannya juga semakin besar. Modal yang dibutuhkan yaitu Rp 500.000,00-Rp.2000.000,00. Modal produksi yang digunakan petani berasal dari pendapatan usahatani sebelumnya milik pribadi dan ada pula yang merupakan bantuan dari pemerintah. Petani responden dengan tingkat persepsi yang baik menilai bahwa selama ini modal produksi telah tersedia apabila dibutuhkan dan jumlahnya sudah sesuai kebutuhan, sehingga tidak ada kesulitan dalam membiayai budidaya wijen. Petani responden dengan tingkat persepsi cukup baik menilai bahwa modal produksi yang tersedia kurang untuk membiayai budidaya karena jumlahnya yang terbatas.

4. Persepsi petani terhadap pemasaran

Persepsi petani terhadap pemasaran mengacu pada penilaian tentang mudah atau tidaknya proses pemasaran wijen yang dilakukanoleh petani responden selama ini, termasuk ada atau tidaknya pasar yang bersedia menampung hasil panen wijen. Distribusi petani responden berdasarkan persepsi terhadap cara budidaya wijen dapat dilihat pada tabel 5.17. Tabel 5.17. Distribusi petani responden berdasarkan persepsi terhadap pemasaran Kategori Persepsi Skor Responden orang Persentase Buruk Cukup Baik 2-3 4-5 6-7 - 10 30 - 25 75 Jumlah 40 100 Sumber: analisis data primer Tabel 5.17 menunjukkan bahwa sebanyak 30 orang petani 75 memberikan persepsi yang baik terhadap pemasaran wijen, sedangkan 10 orang petani lainnya 25 memberikan persepsi yang cukup. Persepsi petani terhadap pemasaran merupakan penilaian petani tentang mudah atau tidaknya proses pemasaran wijen, serta ketersediaan pasar yang menampung hasil panen wijen. Jaminan pemasaran yang baik dapat menunjang pendistribusian hasil panen yang lebih lancar serta mempermudah petani untuk memesarkan hasil, sehingga pada akhirnya kebutuhan konsumen akan wijen juga terpenuhi. Pada dasarnya, tidak banyak petani yang dapat menjual sendiri hasil usahataninya ke pasar, karena lokasi yang pada umumnya terlalu jauh. Petani sulit untuk menghubungi pembeli di pasar karena tidak memiliki alat transportasi yang memadai, serta kurangnya pengetahuan atau fasilitas pemasaran yang diperlukan seperti pengepakan, penyimpanan, dan pengolahan. Oleh karena itu, suatu sistem tata niaga hasil pertanian yang baik dan efisien sangat diperlukan dalam mendukung keberhasilan pasaran dari produk pertanian. Petani memberikan persepsi yang baik karena selama ini tidak ada kesulitan dalam melakukan pemasaran hasil panen wijen, sehingga prosesnya mudah. Hasil panen biasanya diambil oleh tengkulak atau pedagang, serta sudah ada pasar yang bersedia menampung, sehingga pemasarannya berjalan lancar. Selama ini wijen di jual di Pasar Legi dan Pasar Gede Solo dengan harga jual yang bervariasi. Apabila sedang panen maka harga wijen per kilogram hanya berkisar antara Rp.5.500,00- Rp.10.000,00; sedangkan apabila terjadi kelangkaan atau di luar musim panen, harga wijen dapat mencapai Rp.18.000,00 per kilogram. Petani dengan tingkat persepsi yang cukup baik menilai bahwa selama ini tidak selalu ada pasar yang menampung hasil panennya, sehingga terkadang mengalami kesulitan untuk memasarkan. Wijen yang belum terjual akan disimpan untuk dipasarkan pada waktu selanjutnya. Panen wijen dilakukan pada umur empat bulan. Pemasaran selama ini tergolong lancar, dimana sudah ada tengkulak atau pedagang pengumpul yang membeli wijen langsung ke rumah petani sehingga tidak perlu mengangkut sendiri. Namun, sebagian petani juga memasarkan wijen ke pasar secara langsung, karena sudah ada pelangganatau pedagang yang siap membeli. Pada umumnya wijen dipasarkan ke Pasar Legi serta Pasar Gede, sebagian ada pula yang ke daerah Cawas Klaten. Pasca panen yang dilakukan petani responden hanya dengan menyimpan hasil dalam bentuk biji, sehingga tidak diolah menjadi produk yang lain.

5. Persepsi petani terhadap keuntungan