Taoisme, yang merupakan asasi alamiah. Taoisme bersifat tenang, tidak berbalas, bersifat lembut seperti air, dan berabadi.
Ajaran Taoisme tidak terlalu nampak pengaruhnya di Indonesia dan kota Binjai khususnya. Walaupun ada yang mengatakan, bahwa Taoisme ini semacam
agama yang telah lahir di Tiongkok, ada dasarnya Taoisme bukanlah agama. Dasar Taoisme yang sebenarnya adalah kitab “Tao Te Ching”. Kitab ini menurut tradisi
dianggap peninggalannya Lao Tze, yang hidup sezaman dengan Kung Tze, tetapi dikaitkan berusia lebih tua daripada Kung Tze. Isi “Tao Te Ching” sendiri sangatlah
singkat, sehingga banyak kalimat dalam kitab ini yang merupakan tafsiran dari para sarjana-sarjana Tionghoa sendiri, dan hasil terjemahan dari para ilmuwan Barat.
Yang menjadi kesulitan dalam penafsiran “Tao Te Ching” adalah keadaan system yang bernama “Wu Wei” tidak melakukan sesuatu dalam ajaranya. Inti dari ajaran
Lao Tze adalah dengan melakukan “Wu Wei” dunia akan menjadi lebih baik.
4.3.2 Konfusianisme
Ajaran Konfusianisme atau Kong Hu Cu Kung Tze atau Konfusius dalam bahasa Tionghoa, istilah aslinya adalah Rujiao
儒教 yang berarti agama dari orang-
orang yang lembut hati, terpelajar dan berbudi luhur. Khong Hu Cu memang bukanlah pencipta agama ini melainkan beliau hanya menyempurnakan agama yang
sudah ada jauh sebelum kelahirannya seperti apa yang beliau sabdakan: Aku bukanlah pencipta melainkan Aku suka akan ajaran-ajaran kuno tersebut. Meskipun
orang kadang mengira bahwa Khong Hu Cu adalah merupakan suatu pengajaran filsafat untuk meningkatkan moral dan menjaga etika manusia. Sebenarnya kalau
Universitas Sumatera Utara
orang mau memahami secara benar dan utuh tentang Ru Jiao atau Agama Khong Hu Cu, maka orang akan tahu bahwa dalam agama Khong Hu Cu Ru Jiao juga terdapat
ritual yang harus dilakukan oleh para penganutnya. Agama Khonghucu juga mengajarkan tentang bagaimana hubungan antar sesama manusia yang disebut Ren
Dao dan bagaimana kita melakukan hubungan dengan Sang KhalikPencipta alam semesta Tian Dao yang disebut dengan istilah Tian atau Shang Di.
Konfusianisme mementingkan akhlak yang mulia dengan menjaga hubungan antara manusia di langit dengan manusia di bumi dengan baik. Penganutnya diajar
supaya tetap mengingat nenek moyang seolah-olah roh mereka hadir di dunia ini. Ajaran ini merupakan susunan falsafah dan etika yang mengajar bagaimana manusia
bertingkah laku. Konfusius tidak menghalangi orang Tionghoa menyembah keramat dan
penunggu tapi hanya yang patut disembah, bukan menyembah barang-barang keramat atau penunggu yang tidak patut disermbah, yang dipentingkan dalam
ajarannya adalah bahwa setiap manusia perlu berusaha memperbaiki moral. Di Indonesia bahkan di kota Binjai, pengajaran Kung Tze tidak dipandang
sebagai agama oleh orang Tionghoa. ahli filsafat itu umunya hanya dihargai sebagai seorang Guru Besar. Di negeri kita ini terdapat perkumpulan Khong Kauw Hwee
Perkumpulan Agama Kung Tze , tetapi perkumpulan ini tidak dapat dipandang senagai sebuah perkumpulan agama, melainkan sebagai sebuah perkumpulan yang
bertujuan menyiarkan dan mengembangkan pengajaran Kung Tze. Pekerjaan perkumpulan ini lebih banyak di bidang sosial.
Universitas Sumatera Utara
4.3.3 Buddhisme