Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa satu sistem simbol merupakan segala sesuatu yang memberikan ide kepada seseorang, di mana
seseorang berangkat dari sebuah ide, dan simbol-simbol menciptakan perasaan dan motivasi kuat, mudah menyebar dan tidak mudah hilang dalam diri seseorang.
Agama sebagai motivasi yang menyebabkan orang merasakan dan melakukan sesuatu, motivasi ini dibimbing oleh seperangkat nilai-nilai. Inilah yang memberikan
batasan yang baik atau buruk, apa yang penting, apa yang benar atau salah bagi dirinya.
Ketiga, ornamen sebagai ideologi. Ornamen dalam hubungannya dengan ideologi biasanya berkaitan dengan hal-hal yang bersifat mitos. Mitos oleh manusia
dipakai sebagai media komunikasi guna memenuhi kebutuhan non fisik. Mitos memberikan pemahaman sesuatu diluar kemampuan manusia untuk memahami suatu
fakta yang terjadi, hal semacam ini sering dijumpai pada ornamen-ornamen yang menceritakan tentang asal mula kehidupan manusia. Mitos merupakan uraian naratif
sesuatu yang sakral, yaitu kejadian-kejadian yang luar biasa di luar pikiran manusia dan mengatasi pengalaman sehari-hari manusia, dari hal ini bisa didapat makna
sesungguhnya dari ornamen sendiri. Disamping itu ornamen juga dapat disebut sebagai alat komunikasi tradisional yang tak langsung sebagai salah satu cara dalam
berhubungan dengan sesama maupun dengan penguasa alam semesta.
2.2.5 Vihara
Vihara adalah rumah pemujaan bagi dewa, dewi, atau arwah orang-orang suci, arwah pahlawan, arwah leluhur, bahkan barang-barang yang disucikan seperti
Universitas Sumatera Utara
pedang, jangkar, dan lain-lain. Kadang-kadang juga patung dari penguasa hutan, gunung, laut, juga binatang tertentu seperti macan, naga, dan lain-lain.
Dewa dan dewi yang dimaksud ada umumnya merupakan tokoh-tokoh yang diceritakan pada buku Si Yu Ci Xi Youji, yaitu riwayat pendeta Tong Sam Cong
Tong Xuan Zang yang dikawal oleh Sun Go Kong Sun Wu Kong, Cu Pat Ce Zhu Bajie , dan Sasen Shaseng ke arah barat mengambil kitab suci Buddha. Dewa dan
dewi yang disembah antara lain Kwan Im Guan Yin sebagai Dewi Pengasihan, Toa Pek Kong Da Bogong sebagai Dewa Pengawal Kota. Delapan dewa yang
mengajarkan kebaikan yaitu Han Tang Kung sebagai Dewa Obat Dewa Pengobatan yang dapat menyembuhkan penyakit, dan dewa-dewi lainnya.
2.2.6 Kota Binjai
Binjai adalah salah satu kota yang berada di wilayah provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Binjai terletak 22 km di sebelah barat ibukota provinsi Sumatera Utara,
Medan. Sebelum berstatus kotamadya, Binjai adalah ibukota Kabupaten Langkat yang kemudian dipindahkan ke Stabat. Binjai berbatasan langsung dengan
Kabupaten Langkat di sebelah barat dan utara serta Kabupaten Deli Serdang di sebelah timur dan selatan. Binjai merupakan salah satu daerah dalam proyek
pembangunan. Saat ini, Binjai dan Medan dihubungkan oleh jalan raya Lintas Sumatera yang menghubungkan antara Medan dan Banda Aceh. Oleh karena ini,
Binjai terletak di daerah strategis di mana merupakan pintu gerbang Kota Medan
ditinjau dari provinsi Aceh.
Universitas Sumatera Utara
Sumber : Pemerintah Kota Binjai, 2013 Gambar 1. Peta Kota Binjai
Universitas Sumatera Utara
Kota Binjai terbagi atas 5 kecamatan yang kemudian dibagi lagi menjadi 37 kelurahan dan desa. Lima kecamatan tersebut masing-masing adalah Binjai Kota,
Binjai Utara, BinjaiSelatan, Binjai Barat, dan Binjai Timur. Kota Binjai merupakan kota multi etnis, dihuni oleh suku Jawa, suku Batak Karo, suku Tionghoa, suku
Melayu, dan lain-lain. Kemajemukan etnis ini menjadikan Binjai kaya akan kebudayaan yang beragam. Tidak hanya kemajemukan suku bangsa, tetapi agama
yang dianut oleh masyarakat kota Binjai sangat beragam, antara lain: islam, Kristen, Buddha, dan hindu. Agama islam merupakan agama yang paling banyak dianut oleh
masyarakat kota Binjai.
Gambar 2. Kantor Walikota Binjai
Universitas Sumatera Utara
Kota Binjai sejak lama dijuluki sebagai kota rambutan karena rambutan Binjai memang sangat terkenal dan manis. Bibit rambutan asal Binjai ini telah
tersebar dan dibudidayakan di berbagai tempat di Indonesia seperti Blitar, Jawa Timur menjadi komoditi unggulan daerah tersebut.
2.3 Landasan Teori