30
2.4 Bahan Bakar Hidrokarbon
Bahan bakar adalah suatu materi yang bisa terbakar dan bisa diubah menjadi energi. Bahan bakar hidrokarbon adalah bahan bakar yang didominasi oleh
Susunan unsur Hidrogen dan Karbon. Senyawa hidrokarbon dikenal mudah
terbakar karena karbon dan hidrogen mudah bereaksi dengan oksigen dalam reaksi pembakaran. Sifat mudah terbakar hidrokarbon membuat mereka sangat
berguna sebagai bahan bakar dan merupakan sumber energi utama saat ini. Campuran hidrokarbon dalam minyak mentah terdiri atas berbagai senyawa
hidrokarbon, misalnya senyawa alkana, aromatik, naftalena, alkena, dan alkuna. Senyawa-senyawa ini memiliki panjang rantai dan titik didih yang berbeda-beda.
Semakin panjang rantai karbon yang dimilikinya, semakin tinggi titik didihnya. Agar dapat digunakan untuk berbagai keperluan, komponen-komponen minyak
mentah harus dipisahkan berdasarkan titik didihnya. Metode yang digunakan adalah distilasi bertingkat seperti pada gambar 2.5
Gambar 2.5 Fraksi – fraksi pada pengolahan minyak bumi mentah
Sumber : id.wikipedia.orgwiki Crude_Oil_Distillation
2.4.1 Dexlite
Dexlite adalah bahan bakar minyak untuk kendaraan bermesin diesel yang diluncurkan pertamina pada 12 april 2016. Dexlite merupakan varian terbaru yang
memiliki spesifikasi lebih unggul daripada solar bersubsidi, tetapi masih dibawah pertaminadex. Dexlite memiliki campuran bio diesel atau fatty acid methyl ester
Universitas Sumatera Utara
31 FAME
sebanyak 20 dengan zat adiktif di dalamnya. Kandungan cetane number
dexlite minimal
51 dan
sulfur maximal
1200 ppm
www.pertamina.comnews-roomseputar...dexlite.
2.4.2 Karakteristik Dexlite
Dapat menyala dan terbakar sesuai dengan kondisi ruang bakar adalah syarat umum yang harus dipenuhi oleh suatu bahan bakar. Dexlite sebagai bahan bakar
memiliki karakteristik yang dipengaruhi oleh banyak sifat-sifat seperti Cetane Number
CN, residu karbon, belerang, abu dan endapan, titik nyala,sifat korosi. a. Cetane Number CN
Mutu penyalaan yang diukur dengan indeks yang disebut Cetana. Mesin diesel memerlukan bilangan cetana sekitar 50. Bilangan cetana bahan bakar adalah
persen volume dari cetana dalam campuran cetana dan alpha-metyl naphthalene. Cetana
mempunyai mutu penyalaaan yang sangat baik dan alphametyl naphthalene
mempunyai mutu penyalaaan yang buruk. Bilangan cetana 51 berarti bahan bakar cetana dengan campuran yang terdiri atas 51 cetana dan 49
alpha- metyl naphthalene. Angka CN yang tinggi menunjukkan bahwa minyak
dexlite dapat menyala pada temperatur yang relatif rendah. b. Residu karbon.
Residu karbon adalah karbon yang tertinggal setelah penguapan dan pembakaran habis Bahan yang diuapkan dari minyak, diperbolehkan residu karbon maksimum
0,10 . C. Belerang atau Sulfur.
Belerang dalam bahan bakar terbakar bersama minyak dan menghasilkan gas yang sangat korosif yang diembunkan oleh dinding-dinding silinder, terutama ketika
mesin beroperasi dengan beban ringan dan suhu silinder menurun; kandungan belerang dalam bahan bakar dexlite maksimal 1200 Part per million
Universitas Sumatera Utara
32 d. Kandungan abu dan endapan.
Kandungan abu dan endapan dalam bahan bakar adalah sumber dari bahan mengeras yang mengakibatkan keausan mesin. Kandungan abu maksimal yang
diijinkan adalah 0,01 dan endapan 0,05. e. Titik nyala.
Titik nyala merupakan suhu yang paling rendah yang harus dicapai dalam pemanasan minyak untuk menimbulkan uap terbakar sesaat ketika disinggungkan
dengan suatu nyala api. Titik nyala minimum untuk bahan bakar diesel adalah 60
o
C. f. Sifat korosif.
Bahan bakar minyak tidak boleh mengandung bahan yang bersifat korosif dan tidak boleh mengandung asam basa.
Universitas Sumatera Utara
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia adalah Negara yang kaya akan sumberdaya energi, baik energi yang bersifat unrenewable resources tidak terbarukan maupun yang bersifat
renewable resources terbarukan. Akan tetapi, eksplorasi sumberdaya energi lebih banyak difokuskan pada energi fosil yang bersifat tidak terbarukan
sedangkan energi terbarukan belum banyak dimanfaatkan. Kondisi ini menyebabkan ketersediaan energi fosil menjadi semakin menipis
Peningkatan jumlah penduduk dan tingginya ketergantungan masyarakat Indonesia terhadap minyak bumi semakin memperparah kondisi tersebut.
Penambahan jumlah penduduk berdampak pada peningkatan kebutuhan sarana transportasi dan aktivitas industri yang mengakibatkan terjadinya peningkatan
kebutuhan dan konsumsi bahan bakar minyak BBM nasional. Kebutuhan minyak solar secara nasional dari tahun ke tahun terus
meningkat berturut-turut dari 15,84 milyar liter tahun 1995, 21,39 milyar liter tahun 2000, 27,05 milyar liter tahun 2005 dan diproyeksikan menjadi 34,71
milyar liter pada tahun 2010. Impor solar meningkat dari 5 miliar liter pada tahun 1999 menjadi 8 miliar liter pada tahun 2001 Soerawidjaja, 2006, dan pada tahun
2007 menjadi 10,7 miliar liter Energi dan Sumber Daya Mineral, 2006. Akibat dari ketergantungan terhadap minyak bumi sebagai bahan bakar, dampaknya
sangat dirasakan oleh Pemerintah Indonesia, apalagi setelah harga bahan bakar minyak mentah mencapai US 70 per barel pada tahun 2005 bahkan mencapai
US 140 per barel pada tahun 2008. Peningkatan laju konsumsi BBM tersebut diperparah lagi dengan semakin menurunnya kemampuan produksi minyak bumi
di dalam negeri secara alami. Oleh karena itu, dalam rangka mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil, perlu segera mengambil langkah-
langkah untuk mendapatkan sumber energi alternatif. Pengembangan bioenergi atau bahan bakar nabati dan hewani sebagai sumber energi alternatif sangat
strategis untuk mengatasi permasalahan tersebut.
Universitas Sumatera Utara