Usia Efek Plasebo Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Respons Nyeri
Nyeri merupakan salah satu alasan utama seseorang datang untuk mencari pertolongan medis, serta dapat mengenai semua orang, tanpa mengenal jenis
kelamin, umur, ras, status sosial, dan pekerjaan Meliala Pinzon, 2007. Bagi tenaga kesehatan, nyeri merupakan suatu masalah yang membingungkan, tidak
ada pemeriksaan untuk memastikan nyeri, sehingga untuk menilai nyeri, tenaga kesehatan hampir semata-mata mengandalkan penjelasan pasien tentang nyeri dan
keparahannya Price Wilson, 2005. International Association for the Study of Pain
mendefenisikan nyeri sebagai “an unpleasant sensory and emotional experience associated with actual or potential tissue damage or described in
terms of such damage ” IASP, 1979 dalam Kopf Patel, 2010.
Pengalaman nyeri merupakan masalah multidimensional, dimana setiap intervensi dilakukan untuk mengatasi penyebab patofisiologi dan berbagai faktor
psikososial yang menyertainya Widerstrom-Noga, 2009. Ahles 1983 dalam Ardinata, 2007 telah membagi 5 kategori dimensi nyeri, meliputi dimensi
sensori, fisiologi, afektif, kognitif, dan dimensi perilaku. McGuire 1987 dalam Ardinata, 2007 menambahkan dimensi sosialkultural sebagai dimensi keenam
fenomena nyeri, dimana keenam dimensi tersebut saling berhubungan, berinteraksi, dan dinamis dalam setiap individu.
Secara umum, nyeri dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu nyeri akut dan nyeri kronis Smeltzer Bare, 2001. Nyeri akut biasanya berkaitan dengan
distress fisik, muncul secara tiba-tiba dalam waktu yang relatif singkat DiSantostefano, 2011. Sedangkan, nyeri kronik merupakan nyeri konstan atau
intermitten yang menetap sepanjang suatu periode waktu tertentu Smeltzer Bare, 2001.
Apapun jenisnya, baik akut maupun kronis, nyeri yang dilaporkan pasien harus dianggap nyata, sekalipun penyebabnya tidak diketahui Kopf Patel,
2010; Smeltzer Bare, 2001. Sehingga tenaga kesehatan, khususnya perawat, dituntut harus mampu untuk melakukan pengkajian nyeri, termasuk deskripsi
nyeri dan berbagai faktor yang dapat mempengaruhi nyeri serta respon individu terhadap strategi pereda nyeri Smeltzer Bare, 2001.
Manajemen nyeri yang efektif tentu diawali oleh pengkajian yang akurat Kopf Patel, 2010. Bates 1991 dalam Kopf Patel, 2010 menyarankan
pengkajian nyeri komprehensif yang meliputi beberapa komponen, meliputi lokasi, deskripsi, intensitas, durasi, serta faktor-faktor pemicu dan pereda nyeri
pada pasien. Intensitas nyeri merupakan salah satu komponen yang sering dipakai
untuk menjadi acuan dalam penilaian nyeri individu Bruera et al, 2004. Untuk melakukan pengkajian intensitas nyeri, para ahli telah mengembangkan berbagai
instrumen untuk mengkaji nyeri individu, baik secara dimensi tunggal maupun dengan multidimensi Lyrawati, 2009. Untuk kepentingan penilaian nyeri secara
dimensi tunggal, telah dikembangkan instrumen berupa skala nyeri numerik dan skala nyeri verbal Lyrawati, 2009. Secara multidimensi, Whaley dan Wong
1991 dalam Lyrawati, 2009 telah mengembangkan skala wajah Wong Baker untuk melakukan penilaian nyeri individu.