2. Klasifikasi Nyeri
Secara  umum,  nyeri  diklasifikasikan  menjadi  dua,  yaitu  nyeri  akut  dan nyeri kronis Smeltzer  Bare, 2001.Nyeri akut biasanya awitannya tiba-tiba dan
umumnya berkaitan dengan cedera spesifik. Nyeri akut mengindikasi cedera atau kerusakan  telah  terjadi.  Jika  kerusakan  tidak  lama  terjadi  dan  tidak  ada  penyakit
sistematik, nyeri akut biasanya menurun sejalan dengan terjadinya penyembuhan; nyeri ini umumnya terjadi kurang dari enam bulan dan biasanya kurang dari satu
bulan.
Nyeri  kronis  merupakan  nyeri  konstan  atau  intermitten  yang  menetap sepanjang  suatu  periode  waktu  tertentu  Smeltzer    Bare,  2001.  Nyeri  kronis
dapat  tidak  mempunyai  awitan  yang  ditetapkan  dengan  tepat  dan  sering  sulit diobati karena biasanya nyeri ini tidak memberikan respons terhadap pengobatan
yang diarahkan kepada penyebabnya. Meskipun  tidak  diketahui  mengapa  banyak  individu  menderita  nyeri
kronis setelah suatu cedera atau proses penyakit, diduga bahwa ujung-ujung saraf yang normalnya tidak mentransmisikan nyeri menjadi mampu untuk mencetuskan
sensasi  nyeri,  atau  ujung-ujung  saraf  yang  normalnya  hanya  mentransmisikan stimulus  yang  sangat  nyeri,  mentransimisikan  stimulus  yang  sebelumnya  tidak
nyeri sebagai stimulus yang sangat nyeri. Berdasarkan  mekanismenya,  Meliala  2004  mengklasifikasikan  nyeri
menjadi nyeri nosiseptif, nyeri inflamasi, nyeri neuropatik, dan nyeri psikogenik. Nyeri  nosiseptif  nyeri  fisiologis  merupakan  nyeri  yang  bersifat  sementara
sebagai respons terhadap stimulus noksius.
Nyeri seperti  ini jarang  menyebabkan individu  datang mencari pelayanan kesehatan, karena umumnya nyeri ini dapat hilang tanpa pengobatan atau dengan
analgesik  ringan.  Ciri  utama  nyeri  nosiseptif  adalah  korelasi  positif  antara kekuatan stimulus dengan intensitas nyeri dan merupakan sensasi fisiologis  yang
penting. Nyeri  inflamasi  dapat  bersifat  spontan  atau  dapat  pula  dipicu  oleh
kerusakan  jaringan  atau  proses  inflamasi.  Nyeri  jenis  ini  berguna  untuk mempercepat  proses  penyembuhan  jaringan  yang  rusak.  Gerak  jaringan  yang
rusak  berkurang  oleh  karena  adanya  nyeri,  sehingga  memungkinkan  proses penyembuhan  berjalan  dengan  baik.  Nyeri  neuropatik  merupakan  nyeri  yang
disebabkan  oleh  lesi  atau  disfungsi  primer  pada  sistem  saraf  Meliala,  2004. Biasanya  nyeri  ini  dialami  oleh  penderita  diabetes  mellitus,  atau  pada  nyeri
pascaherpes. Nyeri  psikogenik  merupakan  nyeri  yang  dikeluhkan  tanpa  adanya
penyebab organik. Woolf 2004 dalam Meliala, 2004 menyebut nyeri ini sebagai nyeri disfungsional karena timbulnya nyeri tersebut disebabkan abnormalitas atau
gangguan pada sistem saraf pusat,  yang berupa peningkatan sensitivitas terhadap berbagai stimulus.