Pengkajian Nyeri Pasien KESIMPULAN DAN SARAN
                                                                                Apapun jenisnya, baik  akut  maupun kronis,  nyeri  yang dilaporkan pasien harus  dianggap  nyata,  sekalipun  penyebabnya  tidak  diketahui  Kopf    Patel,
2010;  Smeltzer    Bare,  2001.  Sehingga  tenaga  kesehatan,  khususnya  perawat, dituntut  harus  mampu  untuk  melakukan  pengkajian  nyeri,  termasuk  deskripsi
nyeri  dan  berbagai  faktor  yang  dapat  mempengaruhi  nyeri  serta  respon  individu terhadap strategi pereda nyeri Smeltzer  Bare, 2001.
Manajemen  nyeri  yang  efektif  tentu  diawali  oleh  pengkajian  yang  akurat Kopf    Patel,  2010.  Bates  1991  dalam  Kopf    Patel,  2010  menyarankan
pengkajian  nyeri  komprehensif  yang  meliputi  beberapa  komponen,  meliputi lokasi,  deskripsi,  intensitas,  durasi,  serta  faktor-faktor  pemicu  dan  pereda  nyeri
pada pasien. Intensitas  nyeri  merupakan  salah  satu  komponen  yang  sering  dipakai
untuk  menjadi  acuan  dalam  penilaian  nyeri  individu  Bruera  et  al,  2004.  Untuk melakukan  pengkajian  intensitas  nyeri,  para  ahli  telah  mengembangkan  berbagai
instrumen  untuk  mengkaji  nyeri  individu,  baik  secara  dimensi  tunggal  maupun dengan multidimensi Lyrawati, 2009. Untuk kepentingan penilaian nyeri secara
dimensi  tunggal,  telah  dikembangkan  instrumen  berupa  skala  nyeri  numerik  dan skala  nyeri  verbal  Lyrawati,  2009.  Secara  multidimensi,  Whaley  dan  Wong
1991  dalam  Lyrawati,  2009  telah  mengembangkan  skala  wajah  Wong  Baker untuk melakukan penilaian nyeri individu.
Krebs  dkk  2007 menemukan bahwa skala nyeri  numerik  NRSs paling akurat untuk mengindentifikasi nyeri pada pasien di unit perawatan primer. Dalam
penelitiannya, Bashir dkk 2012 mengemukakan bahwa skala wajah Wong Baker WBSs,  skala  nyeri  numerik  NRSs,  dan  skala  nyeri  verbal  VRSs  memiliki
sensitifitas yang baik untuk mengkaji nyeri pada  pasien ostearthritis kronis, serta tidak ada perbedaan antara ketiga instrumen tersebut.
Sedangkan,  dalam  penelitiannya,  Hjermstad  dkk  2011  menemukan bahwa  skala  nyeri  numerik  lebih  aplikatif  untuk  diterapkan  dalam  pengkajian
nyeri  pasien  dibandingkan  dengan  skala  nyeri  lainnya.  Kawamura  dkk  2008 menemukan  bahwa  skala  nyeri  wajah  dapat  digunakan  untuk  melakukan
pengkajian  nyeri  pada  pasien  post  gastrectomy.  Briggs  dkk  2009 mengemukakan  bahwa  skala  nyeri  verbal  lebih  praktis  untuk  digunakan  untuk
pengkajian nyeri dalam aplikasi klinis. Berdasarkan  latar  belakang  di  atas,  peneliti  tertarik  untuk  melakukan
penelitian tentang “Aplikasi Perbandingan Pengkajian Nyeri dengan Menggunaan Skala  Nyeri  Numerik,  Skala  Nyeri  Verbal,  dan  Skala  Nyeri  Wajah  pada  Pasien
Bedah di ruang rawat inap RB-3 RSUP Haji Adam Malik, Medan.
                