35
4.1.2 Latar Setting
Latar merupakan unsur struktural yang sangat penting. Latar di dalam lakon atau cerita harus mendukung para tokoh cerita dan tindakannya.
Pengarang tentu membuat latar yang tepat demi keberhasilan dan keindahan struktur cerita. Latar fisik dan sosial yang terdapat pada film Curse of the
Golden Flower adalah di Istana Kerajaan. Keadaan saat itu semua orang di
dalam istana sedang bersiap-siap untuk menyambut kedatangan Pangeran Jay. Hal ini dapat dilihat pada kutipan film menit ke 00:41-02:40
Pengawal Istana : “Yang Mulia, Pangeran Yu datang”
Pangeran Yu : “Ibunda Permaisuri”
Ratu Phoenix : “Apa semua sudah siap?”
Pangeran Yu : “Ibunda kakak kedua akan segera
kembali.” Ratu Phoenix
: “Apakah dia sudah masuk istana?” Pangeran Yu
: “Saya dengar beliau berhenti di penginapan kerajaan menunggu perintah.”
Dalam film Curse of the Golden Flower terdapat banyak latar yang terjadi di dalam istana. Salah satunya adalah di teras tertinggi istana.
Hal ini dapat dilihat pada kutipan film menit ke 19:40-20:45. Kaisar Ping
: “Ke gunung tertinggi saudaraku mendaki. Tapi ada satu yang hilang, tak ada buah beri di
rambutnya. Pangeran Jay telah kembali. Keluarga kembali bersatu. Kau tahu kenapa setiap Festival
Seruni kita berkumpul di teras tertinggi istana
sebagai keluarga?”
36
Pangeran Yu : “Ayahanda, pada hari ke sembilan di bulan ke
sembilan , matahari dan bulan bersatu. Kita menyebutnya
sebagai Festival
Seruni. Ia
melambangkan kekuatan dan keselarasan keluarga dan kita selalu merayakannya di teras tertinggi.
Suatu hari Kaisar Ping mengutus Tabib Istana yang bertahun-tahun telah mengabdi kepadanya untuk menjadi Gubernur Suzhou sekaligus
komandan kereta perang. Hal ini dapat dilihat pada kutipan film menit ke 43:01-43:20.
Pengawal Istana : “Tabib Istana telah melayaniku bertahun-
tahun dengan tindakan yang sempurna, setia dan jujur. Dia kuberikan jabatan Gubernur
Suzhou sekaligus komandan kereta perang. Dia akan dikirim secepatnya dengan
puterinya, Chan. Ini merupakan perintah dari
Baginda Raja.”
Tabib : “Kami berterima kasih pada Baginda
atas karunia ini.”
4.1.3 Tokoh