Kesengajaan Pertanggungjawaban Pidana a. Pengertian Pertanggungjawaban Pidana

Universitas Sumatera Utara hukum pidana dikenal asas “tiada pidana tanpa kesalahan” geen straf zonder schuld.

b. Kesengajaan

Wetboek van Strafrecht tahun 1908 mengartikan kesengajaan sebagai kehendak untuk melakukan atau untuk tidak melakukan perbuatan yang dilarang atau diharuskan oleh undang-undang. 29 Sedangkan menurut Memoring van Toelichting kesengajaan sama dengan “willens en wetens” atau diketahuidikendaki. 30 Satochid kartanegara berpendapat bahwa yang dimaksud “willwens en wetens” adalah seseorang yang melakukan perbuatan dengan sengaja harus mengkehendaki willen perbuatan itu serta harus menginsyafi atau mengerti weten akan akibat perbuatan itu. 31 Sehubungan dengan hubungan batin antara si pembuat dan perbuatannya yang berisi menghendaki dan mengetahui, maka dalam ilmu hukum pidana terdapat dua teori, yaitu teori kehendak yang dikemukakan oleh Von Hippel dalam “Die Grenze von Vorsatz und Fahrlassigkeil” 1903 dan teori membayangkan yang dikemukakan Frank dalam “Festcshrift Gieszen” 1907. Teori kehendak menyatakan bahwa kehendak menyatakan bahwa kehendak membuat suatu tindakan dan kehendak menimbulkan suatu akibat dari perbuatan itu. Dengan demikian, “sengaja” adalah apabila akibat itu menjadi benar-benar maksud dari tindakan yang dilakukan tersebut. Sedangkan teori membayangkan adalah manusia hanya dapat menghendaki suatu tindakan, 29 D. Schaffmeister, N. Keijzer, PH. Sutorious, Hukum Pidana, Editor penerjemah, J. E Sahetapy, Liberty, Yogyakarta, 1995, hlm. 87. 30 E. Utrecht, Hukum Piana I, Pustaka Tinta Emas, Surabaya, 1986, hlm. 300. 31 Satochid Kartanegara, Hukum Pidana, Bagian Satu, Hukum Pidana, bagian Dua, Balai Lektur Mahasiswa, Jakarta, Tanpa Tahun, hlm. 291 Universitas Sumatera Utara manusia tidak mungkin menghendaki suatu akibat, manusia hanya dapat menginginkan, mengharapkan atau membayangkan kemungkinan adanya suatu akibat. Rumus Frank berbunyi “sengaja apabila suatu akibat yang ditimbulkan karena suatu tindakan dan oleh sebab itu tindakan yang bersangkutan dilakukan sesuai dengan bayangan yang lebih dahulu telah dibuat tersebut. 32 Secara teoritis terdapat dua bentuk kesengajaan dolus, yaitu dolus malus dan dolus eventualis. Dolus malus pada hakikatnya merupakan inti gabungan dari teori pengetahuan voorstelling theorie dan teori kehendak wilstheorie. Menurut teori pengetahuan, seseorang sudah dapat dikatakan sengaja melakukan perbuatan pidana jika saat berbuat orang tersebut mengetahui atau menyadari bahwa perbuatannya itu merupakan perbuatan yang dilarang hukum. 33 Teori ini menitikberatkan pada apa yang dikendaki atau dibayangkan oleh pelaku pada saat melakukan perbuatan hukum pidana. Sedangkan teori kehendak menyatakan, bahwa seseorang dianggap sengaja melakukan suatu perbuatan pidana apabila orang itu menghendaki dilakukannya perbuatan itu. Dalam hal ini, kesengajaan merupakan kehendak yang diarahkan pada terwujudnya perbuatan seperti yang dirumuskan dalam undang-undang. 34 Dolus eventualis adalah sengaja yang bersifat kemungkinan. Dikatakan demikian karena pelaku yang bersangkutan pada waktu ia melakukan perbuatan untuk meninbulkan suatu akibat yang dilarang oleh undang-undang telah menyadari kemungkinan akan timbulnya suatu akibat lain dari akibat yang 32 Dwidja Priyatno, Kebijakan Legislatif tentang Sistem Pertanggungjawaban Korporasi di Indonesia, Utomo, Bandung, 2004, hlm. 44 33 M. Abdul Kholiq, op.cit., hlm 133 34 Moeljatno, Asas....op.cit., hlm 186 Universitas Sumatera Utara memang ia kehendaki. Jika kemungkinan yang ia sadari itu kemudian menjadi kenyataan, terhadap kenyataan tersebut ia katakan mempunyai suatu kesengajaan. 35 Van Bemmelen mengatakan bahwa yang dinamakan dolus eventualis adalah kesengajaan bersyarat yang bertolak dari kemungkinan, dalam arti tidak pernah lebih banyak dikehendaki kemungkinan matinya orang lain itu misalnya. Seseorang yang menghendaki matinya orang lain, tidak dapat dikatakan bahwa ia menghendaki supaya orang tersebut mati. Tetapi, jika seseorang melakukan suatu perbuatan dengan kesadaran bahwa perbuatannya akan dapat menyebabkan matinya orang lain, hal itu menunjukkan bahwa ia memang menghendaki kematian orang tersebut. 36 Berdasarkan uraian mengenai dolus ventualis di atas, dapat disimpulkan bahwa pelaku perbuatan pidana menyadari bahwa perbuatannya itu sangat mungkin akan menimbulkan terjadinya akibat tertentu yang dilarang hukum. Namun meski ia menyadarinya, sikap yang muncul alam dirinya bukannya menjauhi perbuatan itu, melainkan justru tetap melakukannya. Dalam hbubungan ini, dolus eventualis disebut dengan inklauf theorie atau teori apa boleh buat. 37

c. Kealpaan

Dokumen yang terkait

Kajian Yuridis Pertanggungjawaban Pidana Bagi Pelaku yang Menyimpan Amunisi Tanpa Hak

1 72 95

Pertanggungjawaban Pidana Pemilik Panti Asuhan Terhadap Kekerasan Yang Dilakukan Pada Anak (Studi Putusan Pengadilan Negeri Klas I.A Khusus Tangerang No. 1617/Pid.Sus/2014/Pn.Tng)

9 137 105

Pertanggungjawaban Pidana Terhadap Perkawinan Poligami Tanpa Persetujuan Istri Yang Sah (Studi Putusan Mahkamah Agung No. 330K/Pid/2012)

2 54 126

Kajian Yuridis Pidana Denda Terhadap Pelaku Menjual Minuman Beralkohol Tanpa Izin (Sudi Putusan PN Balige No.01/Pid.C/TPR/2010/PN.Blg)

0 30 83

Pertanggungjawaban Pidana Notaris Terhadap Akta yang Dibuatnya (Studi Putusan Mahkamah Agung Register No. 1099K/PID/2010)

8 79 154

Tindak Pidana Mengedarkan Sediaan Farmasi Tanpa Izin Edar Menurut Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan (Studi Putusan No. 1902/PID B/2004/PN Medan)

8 97 79

Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Dalam Tindak Pidana Korupsi (Studi Putusan MA No. 1384 K/PID/2005)

1 65 124

Pertanggungjawaban Pidana Anggota Polri Terhadap Penggunaan Senjata Api Tanpa Prosedur (Studi Terhadap Putusan PN BINJAI No.239/Pid.B/2007/PN-Binjai)

1 52 120

Pertanggungjawaban Pidana Pemilik Panti Asuhan Terhadap Kekerasan Yang Dilakukan Pada Anak (Studi Putusan Pengadilan Negeri Klas I.A Khusus Tangerang No. 1617/Pid.Sus/2014/Pn.Tng)

0 0 27

Pertanggungjawaban Pidana Pengurus Yayasan Yang Melakukan Tindak Pidana Penyelenggaraan Pendidikan Tanpa Izin (Studi Kasus Putusan Mahkamah Agung Ri Nomor 275 K/ Pid.Sus/ 2012 Tentang Yayasan Uisu)

0 0 9