Pelaku Tindak Pidana Perbuatan Pidana a. Pengertian Perbuatan Pidana

Universitas Sumatera Utara c. Adanya hal-hal atau keadaan tertentu yang menyertai terjadinya kelakuan dan akibat yang dilarang oleh hukum. 15 Dalam unsur yang ketiga ini terkait dengan beberapa hal yang wujudnya berbeda-beda sesuai dengan ketentuan Pasal hukum pidana yang ada dalam undang-undang. Misalnya, berkaitan dengan diri pelaku perbuatan pidana, tempat terjadinya perbuatan pidana, keadaan sebagai syarat tambahan bagi pemidanaan, dan keadaan yang memberatkan pemidanaan. 16

b. Pelaku Tindak Pidana

Berdasarkan bunyi Pasal 55 KUHP, maka yang dimaksud dengan pelaku tindak pidana adalah : 1. Orang yang melakukan pleger 2. Orang yang menyuruh melakukan doen pleger 3. Orang yang turut serta melakukan mede pleger 4. Orang yang membujuk melakukan uit lokken ad.1. Orang yang melakukan pleger 17 Dalam hal ini adalah seseorang yang secara sendiri melakukan semua unsur-unsur dari suatu tindak pidana. Seseorang yang disebut pleger dapat diketahui dengan melihat 2 kriteria : 1. Perbuatannya adalah perbuatan yang menentukan terwujudnya perbuatan pidana 2. Perbuatannya tersebut memenuhi seluruh unsur perbuatan pidana 15 Ibid, hlm 100 16 ibid 17 Adami Chazawi, Percobaan Penyertaan Pelajaran Hukum Pidana 3,Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002, hlm. 17 Universitas Sumatera Utara Ad.2. Orang yang menyuruh melakukan doen pleger 18 Dalam hal ini, paling sedikit harus ada dua orang, yaitu orang yang menyuruh melakukan dan orang yang disuruh untuk melakukan suatu suatu perbuatan pidana. a. Orang lain sebagai alat di dalam tangannya Yang dimaksud dengan orang lain sebagai alat di dalam tangannya adalah apabila orangpelaku tersebut memperalat orang lain untuk melakukan tindak pidana. Karena orang lain itu sebagai alat, maka secara praktis pembuat penyuruh tidak melakukan perbuatan aktif. Dalam doktrin hukum pidana orang yang diperalat disebut sebagai manus ministra sedangkan orang yang memperalat disebut sebagai manus domina juga disebut sebagai middelijke dader pembuat tidak langsung. Ada tiga konsekuensi logis, terhadap tindak pidana yang dilakukan dengan cara memperlalat orang lain:  Terwujudnya tindak pidana bukan disebabkan langsung oleh pembuat penyuruh, tetapi oleh perbuatan orang lain manus ministra;  Orang lain tersebut tidak bertanggungjawab atas perbuatannya yang pada kenyataannya telah melahirkan tindak pidana;  Manus ministra ini tidak boleh dijatuhi pidana, yang dipidana adalah pembuatan penyuruh. b. Tanpa kesengajaan atau kealpaan 18 ibid Universitas Sumatera Utara Yang dimaksud dengan tanpa kesengajaan atau tanpa kealpaan adalah perbuatan yang dilakukan oleh orang yang disuruh manus ministra tidak dilandasi oleh kesengajaan untuk mewujudkan tindak pidana, juga terjadinya tindak pidana bukan karena adanya kealpaan, karena sesungguhnya inisiatif perbuatan datang dari pembuat penyuruh, demikian juga niat untuk mewujudkan tindak pidana itu hanya berada pada pembuat penyuruh doen pleger. c. Karena tersesatkan 19 Yang dimaksud dengan tersesatkan disini adalah kekeliruan atau kesalahpahaman akan suatu unsur tindak pidana yang disebabaklan oleh pengaruh dari orang lain dengan cara yang isinya tidak benar, yang atas kesalahpahaman itu maka memutuskan kehendak untuk berbuat. Keadaan yang menyebabkan orang lain itu timbul kesalahpahaman itu adalah oleh sebab kesengajaan pembuat penyuruh sendiri. d. Karena kekerasan Yang dimaksud dengan kekerasan geweld di sini adalah perbuatan yang dengan menggunakan kekerasan fisik yang besar, yang in casu ditujukan pada orang, mengakibatkan orang itu tidak berdaya. Dari apa yang telah diterangkan di atas maka jelaslah bahwa orang yang disuruh melakukan tidak dapat dipidana. Di dalam hukum orang yang disuruh melakukan ini dikategorikan sebagai manus ministra, sementara orang menyuruh melakukan dikategorikan manus domina. 19 Ibid Universitas Sumatera Utara ad.3. Orang yang turut serta melakukan mede pleger 20 KUHP tidak memberikan rumusan secara tegas siapa saja yang dikatakan turut melakukan tindak pidana, sehingga dalam hal ini menurut doktrin untuk dapat dikatakan turut melakukan tindak pidana harus memenuhi dua syarat ;  harus adanya kerjasama secara fisik  harus ada kesadaran bahwa mereka satu sama lain bekerjasama untuk melakukan tindak pidana Yang dimaksud dengan turut serta melakukan medepleger oleh MvT dijelaskan bahwa yang turut serta melakukan ialah setiap orang yang sengaja berbuat meedoet dalam melakukan suatu tindak pidana. Penelasan MvT ini, merupakan penjelasan yang singkat yang masih membutuhkan penjabaran lebih lanjut. Dari berbagai pandangan para ahli tentang bagaimana kategori untuk menentukan pembuat peserta medepleger, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk menentukan seseorang sebagai pembuat peserta yaitu apabila perbuatan orang tersebut memang mengarah dalam mewujudkan tindak pidana dan memang telah terbentuk niat yang sama dengan pembuat pelaksana pleger untuk mewujudkan tindak pidana tersebut. Perbuatan pembuat peserta tidak perlu memenuhi seluruh unsur tindak pidana, asalkan perbuatannya memiliki andil terhadap terwuudnya tindak pidana tersebut, serta di dalam diri pembuat peserta telah terbentuk niat yang sama dengan pembuat pelaksana untuk mewujudkan tindak pidana. 20 Ibid Universitas Sumatera Utara ad.4. Orang yang membujuk melakukan uit lokken 21 Syarat-syarat uit lokken :  harus adanya seseorang yang mempunyai kehendak untuk melakukan tindak pidana  harus ada orang lain yang digerakkan untuk melakukan tindak pidana  cara menggerakan harus menggunakan salah satu daya upaya yang tersebut didalam pasal 551 sub 2e pemberian,perjanjian, ancaman, dan lain sebagainya  orang yang digerakan harus benar-benar melakkan tindak pidana sesuai dengan keinginan orang yang menggerakan Ditinjau dari sudut pertanggung jawabannya maka pasal 551 KUHP tersebut di atas, maka semua mereka adalah sebagai penanggung jawab penuh, yang artinya mereka semua diancam dengan hukuman maksimum pidana pokok dari tindak pidana yang dilakukan.

2. Pertanggungjawaban Pidana a. Pengertian Pertanggungjawaban Pidana

Dokumen yang terkait

Kajian Yuridis Pertanggungjawaban Pidana Bagi Pelaku yang Menyimpan Amunisi Tanpa Hak

1 72 95

Pertanggungjawaban Pidana Pemilik Panti Asuhan Terhadap Kekerasan Yang Dilakukan Pada Anak (Studi Putusan Pengadilan Negeri Klas I.A Khusus Tangerang No. 1617/Pid.Sus/2014/Pn.Tng)

9 137 105

Pertanggungjawaban Pidana Terhadap Perkawinan Poligami Tanpa Persetujuan Istri Yang Sah (Studi Putusan Mahkamah Agung No. 330K/Pid/2012)

2 54 126

Kajian Yuridis Pidana Denda Terhadap Pelaku Menjual Minuman Beralkohol Tanpa Izin (Sudi Putusan PN Balige No.01/Pid.C/TPR/2010/PN.Blg)

0 30 83

Pertanggungjawaban Pidana Notaris Terhadap Akta yang Dibuatnya (Studi Putusan Mahkamah Agung Register No. 1099K/PID/2010)

8 79 154

Tindak Pidana Mengedarkan Sediaan Farmasi Tanpa Izin Edar Menurut Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan (Studi Putusan No. 1902/PID B/2004/PN Medan)

8 97 79

Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Dalam Tindak Pidana Korupsi (Studi Putusan MA No. 1384 K/PID/2005)

1 65 124

Pertanggungjawaban Pidana Anggota Polri Terhadap Penggunaan Senjata Api Tanpa Prosedur (Studi Terhadap Putusan PN BINJAI No.239/Pid.B/2007/PN-Binjai)

1 52 120

Pertanggungjawaban Pidana Pemilik Panti Asuhan Terhadap Kekerasan Yang Dilakukan Pada Anak (Studi Putusan Pengadilan Negeri Klas I.A Khusus Tangerang No. 1617/Pid.Sus/2014/Pn.Tng)

0 0 27

Pertanggungjawaban Pidana Pengurus Yayasan Yang Melakukan Tindak Pidana Penyelenggaraan Pendidikan Tanpa Izin (Studi Kasus Putusan Mahkamah Agung Ri Nomor 275 K/ Pid.Sus/ 2012 Tentang Yayasan Uisu)

0 0 9