Gizi 1. Pengertian Gizi TINJAUAN PUSTAKA

2.6. Gizi 2.6.1. Pengertian Gizi Istilah gizi berasal dari bahasa Arab ”giza” yang berarti zat makanan; dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah nutrition yang berarti bahan makanan atau zat gizi atau sering diartikan sebagai ilmu gizi Irianto, 2007. Menurut Supariasa 2001, gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi.

2.6.2. Penyakit-Penyakit Gizi

1. Penyakit Kurang Kalori dan Protein KKP Penyebab langsung dari KKP adalah defisiensi kalori maupun protein dengan dengan berbagai tekanan, sehingga terjadi spektrum gejala-gejala dengan berbagai nuansa dan melahirkan klasifikasi klinik yang telah disebutkan di atas. Penyebab tak langsung KKP sangat banyak, sehingga penyakit ini disebut juga sebagai penyakit dengan causa multifactorial Sediaoetama, 1993 2. Penyakit Kegemukan Obesitas Penyakit ini terjadi karena ketidakseimbangan antara konsumsi kalori dan kebutuhan energi, yaitu konsumsi kalori terlalu berlebih dibandingkan dengan kebutuhan atau pemakaian energi. Akibat dari obesitas ini, para penderitanya Universitas Sumatera Utara cenderung menderita penyakit-penyakit: kardio-vaskuler, hipertensi, dan diabetes mellitus Notoatmodjo, 2003. 3. Anemia Penyakit Kurang Darah Penyakit ini terjadi karena konsumsi zat besi Fe pada tubuh tidak seimbang atau kurang dari kebutuhan tubuh. Program penanggulangan anemia besi, khususnya untuk ibu hamil sudah dilakukan melalui pemberian Fe secara cuma-cuma melalui puskesmas atau posyandu. Akan tetapi karena masih rendahnya pengetahuan sebagian besar ibu-ibu hamil, maka program ini tampak berjalan lambat Almatsier, 2003. 4. Xerophthalmia Defisiensi Vitamin A Penyakit ini disebabkan karena kekurangan konsumsi vitamin A di dalam tubuh. Program penanggulangan xerophthalmia ditujukan pada anak balita dengan pemberian vitamin A secara cuma-cuma melalui puskesmas dan atau posyandu Irianto, 2007. 5. Penyakit Gondok Endemik Zat Iodium merupakan zat gizi esensial bagi tubuh, karena merupakan komponen dari hormon Thyroxin . Terapi penyakit ini pada penderita dewasa umumnya tidak memuaskan. Oleh sebab itu, penanggulangan yang paling baik adalah pencegahan, yaitu dengan memberikan dosis iodium kepada para ibu hamil Notoatmodjo, 2003. Universitas Sumatera Utara

2.6.3. Penyebab Masalah Gizi

Masalah gizi malnutrition adalah gangguan pada beberapa segi kesejahteraan per orangan atau masyarakat yang disebabkan oleh tidak terpenuhinya kebutuhan akan zat gizi yang diperoleh dari makanan. Masalah gizi berkaitan erat dengan masalah pangan Baliwati, 2004. Malnutrition gizi salah, malnutrisi adalah keadaan patologis akibat kekurangan atau kelebihan secara relatif maupun absolut satu atau lebih zat gizi Supariasa, 2001.

2.6.4. Gizi buruk

Gizi buruk adalah keadaan di mana asupan zat gizi sangat kurang dari kebutuhan tubuh. Adapun klasifikasi gizi buruk adalah sebagai berikut: 1. Kwashiorkor Dengan gejala klinis: a. Pertumbuhan dan mental mundur, perkembangan mental apatis b. Edema c. Otot menyusut kurus d. Depigmentasi rambut dan kulit e. Karakteristik di kulit : timbul sisik, gejala kulit itu disebut dengan flaky paint dermatosis f. Hipoalbuminemia , infiltrasi lemak dalam hati yang reversible Universitas Sumatera Utara g. Atropi dari kelenjar Acini dari pankreas sehingga produksi enzim untuk merangsang aktivitas enzim untuk mengeluarkan juice duodenum terhambat , diare h. Anemia moderat i. Masalah diare dan infeksi menjadi komponen gejal klinis j. Menderita kekurangan vitamin A, dihasilkan karena ketidakcukupan sintesis plasma protein pengikat retinol sehingga sering kali timbul gejala kebutaan yang tetappermanen Departemen gizi, 2007. 2. Marasmus Dengan gejala klinis: a. Kurus kering b. Tampak hanya tulang dan kulit c. Otot dan lemak bawah kulit atropi d. Wajah seperti orang tua e. Berkerutkeriput f. Layu dan kering g. Diare umum terjadi Ditjenkes RI, 2007. 3. Kwashiorkor-marasmus Gambaran klinik merupakan campuran dari beberapa gejala klinik kwashiorkor dan marasmus, dengan BBU 60 baku median World Health Organization-National Centre for Health Statistics WHO-NCHS disertai edema yang tidak mencolok Depkes RI, 2000. Universitas Sumatera Utara

2.6.5. Penilaian Status Gizi Balita

Dalam menentukan klasifikasi status gizi harus ada ukuran baku yang sering disebut reference . Baku antropometri yang sekarang digunakan di Indonesia adalah WHO-NCHS. Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Depkes dalam pemantauan status gizi PSG anak balita tahun 1999 menggunakan baku rujukan WHO-NCHS. Pada Loka Karya Antropometri tahun 1975 telah diperkenalkan baku Harvard. Berdasarkan Semi Loka Antropometri, Ciloto, 1991 telah direkomendasikan penggunaan baku rujukan WHO-NCHS. Berdasarkan baku harvard status gizi dapat dibagi menjadi empat yaitu: 1. Gizi lebih untuk overweight , termasuk kegemukan dan obesitas. 2. Gizi baik untuk well nourished 3. Gizi kurang untuk under weight yang mencakup mild dan moderate PCM Protein Calori Malnutrition 4. Gizi buruk untuk severe PCM, termasuk marasmus, marasmik-kwasiokor dan kwasiokor. Dalam klasifikasi status gizi menurut Rekomendasi lokakarya Antropometri, 1975 serta Puslitbang Gizi, 1978 digunakan lima macam indeks yaitu: BBU, TBU, LLAU, BBTB, dan LLATB. Baku yang digunakan adalah Harvard. Garis baku adalah persentil 50 baku Harvard. Universitas Sumatera Utara Tabel 2.1. Klasifikasi Status Gizi Menurut Rekomendasi Lokakarya Antropometri 1975 Dan Puslitbang Gizi 1978. Kategori BBU TBU LLAU BBTB LLATB Gizi baik 100-80 100-95 100-85 100-90 100-85 Gizi kurang 80-60 95-85 85-70 90-70 85-75 Gizi buruk 60 85 70 70 75 Garis baku adalah persentil 50 baku Harvard Kategori gizi buruk termasuk marasmus, marasmik-kwashiokor dan kwashiokor. Adapun cara yang dilakukan untuk menilai status gizi anak usia 0-5 tahun adalah dengan menggunakan indeks BBU, TBU, dan BBTB. Indeks LLAU digunakan pada anak usia ½-5 tahun dan 6-17 tahun dan LLATB pada anak usia 1- 10 tahun. Setiap indeks tersebut mempunyai kelebihan dan kekurangan masing- masing Irianto, 2007.

2.6.6. Upaya Pencegahan Gizi Buruk

Menurut Depkes RI 2000, ada beberapa hal yang dapat dilakukan sebagai upaya pencegahan terjadinya gizi burukKEP berat di tingkat rumah tangga yaitu: 1. Ibu membawa anak untuk ditimbang di posyandu secara teratur setiap bulan untuk mengetahui pertumbuhan berat badannya 2. Ibu memberikan hanya ASI saja kepada bayi usia 0-6 bulan 3. Ibu tetap memberikan ASI kepada anak sampai usia 2 tahun 4. Ibu memberikan MP-ASI sesuai usia dan kondisi kesehatan anak sesuai anjuran pemberian makanan 5. Ibu memberikan makanan beraneka ragam bagi anggota keluarga lainnya Universitas Sumatera Utara 6. Ibu segera memberitahukan pada petugas kesehatankader bila balita mengalami sakit atau gangguan pertumbuhan 7. Ibu menerapkan nasehat yang dianjurkan petugas.

2.6.7. Upaya Perbaikan Gizi di Indonesia

Kegiatan Usaha Perbaikan Gizi Keluarga UPGK merupakan salah satu program gizi yang sedang dan telah dilaksanakan di Indonesia. Dalam pelaksanaannya, kegiatan UPGK mempunyai beberapa kegiatan yang pada hakikatnya merupakan satu paket, yaitu menyangkut : 1. Penimbangan bulanan anak balita dengan menggunakan Kartu Menuju Sehat KMS. 2. Pendidikan gizi dan kesehatan bagi ibu-ibu dari anak balita tersebut. 3. Demonstrasi memasak makanan yang memenuhi persyaratan gizi baik atau pemberian makanan tambahan yang bergizi tinggi kepada anak balita, terutama yang menderita gizi buruk. 4. Mengembangkan intensifikasi pemanfaatan lahan pekarangan untuk memproduksi bahan pangan bernilai gizi tinggi maupun untuk tanaman obat tradisional apotek hidup. 5. Pemberian paket pertolongan gizi untuk mereka yang memerlukan, yang terdiri dari vitamin A dosis tinggi, tablet besi, garam oralit dan garam beryodium Suhardjo, 1996. Universitas Sumatera Utara

2.7. Kerangka Konsep

Dokumen yang terkait

Pengaruh Faktor Pengetahuan Ibu dan Sosial Ekonomi Keluarga terhadap Tindakan Ibu dalam Pencegahan Gizi Buruk pada Balita di Kelurahan Siti Rejo III Kecamatan Medan Amplas Tahun 2010

1 43 78

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Buruk Pada Balita di wilayah kerja puskesmas Ciputat Timur

2 7 136

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG PENCEGAHAN DIARE PADA BALITA DI DESA GLADAGSARI Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Peningkatan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Tentang Pencegahan Diare Pada Balita Di Des

0 0 19

HUBUNGAN ANTARA PENDAPATAN KELUARGA DAN PENGETAHUAN GIZI IBU DENGAN STATUS GIZI BALITA DI DESA SELODOKO Hubungan Antara Pendapatan Keluarga Dan Pengetahuan Gizi Ibu Dengan Status Gizi Balita Di Desa Selodoko Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali.

0 3 17

PENGARUH FAKTOR SOSIAL EKONOMI IBU TERHADAP STATUS GIZI BALITA DI KABUPATEN MERANGIN.

0 0 1

Makalah Gizi Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi Ibu Terhadap Status Gizi Balita

0 0 26

PENGARUH KONSELING GIZI DENGAN MEDIA BOOKLET TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN IBU DALAM UPAYA PENCEGAHAN GIZI BURUK BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PUUWATU KOTA KENDARI TAHUN 2017

2 3 12

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan Gizi Pada Ibu Balita Gizi Buruk

0 0 16

View of HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG GIZI DENGAN KELUARGA SADAR GIZI (KADARZI) PADA BALITA DESA CIKONENG

0 0 15

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI BURUK PADA BALITA DI DESA BLANG JAMBEE KECAMATAN JULOK KABUPATENACEH TIMUR TAHUN 2015

0 1 9