Pengaruh Pengetahuan Ibu Dan Sosial Ekonomi Keluarga Terhadap Pencegahan Gizi Buruk Pada Balita Di Desa Sikalondang Kota Subulussalam Tahun 2011.

(1)

PENGARUH PENGETAHUAN IBU DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP PENCEGAHAN GIZI BURUK PADA BALITA

DI DESA SIKALONDANG KOTA SUBULUSSALAM TAHUN 2011

SKRIPSI

0leh :

YENITA ANGKAT NIM. 061000084

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2011


(2)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi Dengan Judul :

PENGARUH PENGETAHUAN IBU DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP PENCEGAHAN GIZI BURUK PADA BALITA DI

DESA SIKALONDANG KOTA SUBULUSSALAM TAHUN 2011

Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh : YENITA ANGKAT

NIM. 061000084

Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripisi Pada Tanggal 23 Juni 2011 dan

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima Tim Penguji

Ketua Penguji Penguji I

Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si dr. Fauzi, S.K.M NIP. 196803201993082001 NIP. 140052649

Penguji II Penguji III

dr. Heldy BZ, M.P.H Prof. dr. Aman Nasution M.P.H. NIP.195206011982031003 NIP. 140010774

Medan, Juli 2011

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara,

Dekan,

Dr. Drs. Surya Utama, MS NIP. 196108311989031001


(3)

ABSTRAK

Gizi buruk merupakan keadaan di mana asupan zat gizi sangat kurang dari kebutuhan tubuh. Kasus gizi buruk di Kota Subulussalam pada Tahun 2009 tercatat 128 kasus. Puskesmas Simpang Kiri merupakan puskesmas yang tertinggi prevalensi gizi buruknya di Kota Subulussalam yaitu sebanyak 64 kasus. Kasus tersebut tersebar di beberapa desa, di antaranya Desa Sikalondang dengan jumlah kasus tertinggi yakni sebanyak 24 kasus.

Jenis penelitian yang dipakai adalah survei explanatory yang bertujuan untuk menjelaskan pengaruh pengetahuan ibu dan sosial ekonomi keluarga terhadap pencegahan gizi buruk pada balita di Desa Sikalondang Kota Subulussalam Tahun 2011. Populasi adalah ibu yang mempunyai balita sebanyak 54 orang. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan uji regresi linear berganda pada α 0,05.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang berpengaruh terhadap pencegahan gizi buruk pada balita adalah pengetahuan (p=0,027), pendidikan (p=0,014) dan pendapatan keluarga (p=0,000). Variabel pekerjaan dan jumlah anak tidak memiliki pengaruh terhadap pencegahan gizi buruk pada balita.

Disarankan kepada Dinas Kesehatan Kota Subulussalam dan petugas Puskesmas Simpang Kiri agar lebih meningkatkan pemantauan dan evaluasi status gizi balita serta meningkatkan pelaksanaan program-program gizi yang sudah berjalan. Diharapkan kepada bidan desa dan Kader Posyandu untuk meningkatkan pengetahuan gizi dan pola asuh balita melalui kegiatan penyuluhan kesehatan di posyandu.


(4)

ABSTRACT

Malnutrition is a condition where the intake of nutrition substance is less than body needs. The case of malnutrition in Subulussalam City in 2009 noted 127 cases. Simpang Kiri Health Centre with the highest malnutrition prevalence in Subulussalam City that were 64 cases. The cases was spread in a few villages, for example in Sikalondang Village with the highest case number 24 cases.

The type of research which used explanatory survey that aimed to explain the influence of mother’s knowledge and family’s social economy on the prevention of infant malnutrition in Sikalondang Village Subulussalam City in 2011. The population were mother who had infant that as many as 54 people. Data were collected by using questionnaire and were analyzed by using multiple linear regression test with α 0,05.

The result of research showed that variable which had significant influence on the prevention of infant malnutrition were knowledge (p= 0,027), education (p= 0,014) and family income (p= 0,000). Variables of jobs and number of children did not have influences on the prevention of infant malnutrition.

It is suggested to the Subulussalam City Health Office and officer of Simpang Kiri Health Centre to increase monitoring and evaluation malnutrition status and increase the implementation of nutrition programs that had proceed. It is expected to the village midwife and the cadre of health to increase the knowledge of nutrition and the pattern of infant take care of through the activity of health illumination in health. Keywords: Prevention of Malnutrition, Infant


(5)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama : Yenita Angkat

Tempat/Tanggal Lahir : Subulussalam, 4 Desember 1987

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Menikah Anak Ke : 3 dari 5 bersaudara

Alamat Rumah : Jln. T. Umar No. 209 Penanggalan Kecamatan Penanggalan Kota Subulussalam

Riwayat Pendidikan :1. Tahun 1996-2001 : SD Negeri 3 Kota Subulussalam 2. Tahun 2001-2003 : SMP Negeri 1 Kota Subulussalam

3. Tahun 2003-2006 : SMA Negeri 1 Kota Subulussalam 4. Tahun 2006-2011 : FKM USU Medan


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhaanahu Wa Ta’ala karena atas Rahmat dan Karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Pengetahuan Ibu dan Sosial Ekonomi Keluarga terhadap Pencegahan Gizi Buruk pada Balita di Desa Sikalondang Tahun 2011”, guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat.

Selama penulisan skripsi ini penulis banyak mendapat bimbingan, dukungan dan bantuan dari berbagai pihak secara moril maupun materil, oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr. Drs. Surya Utama, MS., selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. dr. Heldy BZ, MPH., selaku Ketua Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara sekaligus Dosen Penguji II yang telah banyak memberikan saran, bimbingan dan arahan dalam penulisan skripsi ini.

3. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, Msi., selaku Dosen Penasehat Akademik, Dosen Pembimbing I, sekaligus sebagai Ketua Penguji yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.

4. dr. Fauzi SKM., selaku Dosen Pembimbing II sekaligus Dosen Penguji I yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.


(7)

5. Siti Khadijah Nasution SKM, M.Kes, selaku Dosen Penguji III yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.

6. Seluruh dosen dan staf di FKM USU yang telah memberikan bekal ilmu selama penulis menjadi mahasiswa di FKM USU.

7. Kepala Puskesmas Simpang Kiri Kota Subulussalam dan seluruh staf yang telah membantu penelitian penulis.

8. Kepala Desa dan Sekretaris Desa Sikalondang yang telah membantu penelitian penulis.

9. Orang tua tercinta, Nasrimuddin Angkat dan Adelina Banurea, Bang Syafril, Kak Yati, Kak Ira, Putra, Ilham dan sahabat terbaikku Ulfah, serta kedua ponakan kecilku Nabila dan Diva yang telah memberikan kasih sayang, dukungan dan do’a kepada penulis selama ini.

10.Adik-adikku Nurul, Meli, Furqan, Mega, Melly, Heny, Nina, Hessy, Sukma, Dina, Anggi, hapni, Isna dan lain-lain yang selalu memberikan dukungan dan semangat kepada penulis.

11.Sahabat-sahabatku Rina, Enda, Diana, Bella, Elvi, Arinil, Vivi dan Yeni yang selalu memberikan dukungan dan semangat kepada penulis.

12.Teman-temanku peminatan AKK (Anni, Yani, Sairama, Jhonson, Bang Agus, Bang Deni, Bang Lobert, Kak Rina, Kak Ana, Kak Ayu, Kak Cici, Kak Mira dan lain-lain yang selalu memberi semangat dan bantuan kepada penulis.

13.Seluruh teman-teman Muslimah Hizbut Tahrir Chapter USU yang telah menjadi inspirasi dan motivasi bagi penulis selama menuntut ilmu di Medan.


(8)

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak dalam rangka penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Juli 2011 Penulis


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

Daftar Isi ... i

Abstrak ... ii

Abstract ... iii

Daftar Riwayat Hidup ... iv

Kata Pengantar ... v

Daftar Isi ... viii

Daftar Tabel ... x

Daftar Lampiran ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 9

1.3. Tujuan Penelitian ... 9

1.4. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11

2.1. Pencegahan ... 11

2.2. Perilaku Kesehatan ... 11

2.3. Konsep Balita ... 14

2.4. Pengetahuan ... 15

2.5. Faktor Sosial Ekonomi ... 15

2.5.1. Pendidikan ... 16

2.5.2. Pekerjaan ... 16

2.5.3. Pendapatan ... 17

2.5.4. Jumlah anak ... 17

2.6. Gizi ... 17

2.6.1. Pengertian Gizi ... 17

2.6.2. Penyakit- penyakit Gizi ... 18

2.6.3. Penyebab Masalah Gizi ... 29

2.6.4. Gizi Buruk ... 20

2.6.6. Penilaian Status Gizi Balita ... 21

2.6.6. Upaya Pencegahan Gizi Buruk ... 23

2.6.7. Upaya Perbaikan gizi di Indonesia ... 23

2.7. Kerangka Konsep ... 24

2.8. Hipotesis Penelitian ... 25

BAB III METODE PENELITIAN ... 26

3.1. Jenis Penelitian ... 26

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 26

3.3. Populasi dan sampel ... 26

3.3.1. Populasi ... 26


(10)

3.4. Teknik Pengambilan Data ... 27

3.5. Definisi Operasional Variabel ... 27

3.5.1. Variabel Bebas ... 27

3.5.2. Variabel Terikat ... 29

3.6. Aspek Pengukuran ... 29

3.6.1. Aspek Pengukuran Variabel Bebas ... 29

3.6.2. Aspek Pengukuran Variabel Terikat ... 30

3.7. Teknik Analisis Data ... 30

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 32

4.1. Gambaran Lokasi Penelitian ... 32

4.2. Deskripsi Responden Berdasarkan Variabel Pengetahuan ... 35

4.3. Deskripsi Sosial Ekonomi Responden ... 41

4.4. Deskripsi Pencegahan Responden... 42

4.5. Hasil Uji Statistik Bivariat ... 47

4.6. Hasil Uji Statistik Multivariat ... 49

4.7. Hasil Wawancara ... 50

BAB V PEMBAHASAN ... 54

5.1. Pengaruh Pengetahuan Ibu terhadap Pencegahan Gizi Buruk pada Balita ... 54

5.2. Pengaruh Sosial Ekonomi Keluarga terhadap Pencegahan Gizi Buruk pada Balita ... 55

5.2.1. Pengaruh Pendidikan terhadap Pencegahan Gizi Buruk pada Balita ... 56

5.2.2. Pengaruh Pekerjaan terhadap Pencegahan Gizi Buruk pada Balita ... 57

5.2.3. Pengaruh Pendapatan terhadap Pencegahan Gizi Buruk pada Balita ... 59

5.2.4. Pengaruh Jumlah Anak terhadap Pencegahan Gizi Buruk pada Balita ... 60

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 62

6.1. Kesimpulan ... 62

6.2. Saran ... 63 Daftar Pustaka


(11)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1.1. : Jumlah Balita Gizi Buruk Di Kota Subulussalam

Tahun 2010 ... 4

Tabel 1.2. : Jumlah Balita yang Mengalami Gizi Buruk Di Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Kiri Kota Subulussalam Tahun 2010 ... 4

Tabel 2.1. : Klasifikasi Status Gizi Menurut Rekomendasi Lokakarya Antropometri 1975 dan Puslitbang Gizi 1978 ... 22

Tabel 3.1. : Aspek Pengukuran Variabel Bebas ... 29

Tabel 3.2. : Aspek Pengukuran Variabel Terikat ... 30

Tabel 4.1. : Distribusi Penduduk Desa Sikalondang ... 32

Tabel 4.2. : Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 33

Tabel 4.3 : Distribusi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan... 33

Tabel 4.4. : Distribusi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ... 34

Tabel 4.5. : Distribusi Penduduk Berdasarkan Agama ... 34

Tabel 4.6. : Distribusi Penduduk Berdasarkan Suku Bangsa ... 34

Tabel 4.7. : Distribusi Penduduk Berdasarkan Ketersediaan Sarana dan Prasarana Kesehatan ... 35

Tabel 4.8. : Distribusi Responden Berdasarkan Uraian Pengetahuan tentang Gizi Buruk ... 38

Tabel 4.9. : Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Pengetahuan tentang Gizi Buruk ... 41

Tabel 4.10. : Distribusi Responden Berdasarkan Sosial Ekonomi ... 41

Tabel 4.11. : Distribusi Responden Berdasarkan Uraian Pencegahan terhadap Gizi Buruk ... 44


(12)

Tabel 4.12. : Distribusi Responden Berdasarkan Kategori

Pencegahan Ibu terhadap Gizi Buruk ... 47 Tabel 4.13. : Hasil Uji Statistik Korelasi Pearson ... 48 Tabel 4.14. : Hasil Analisis Regresi Linear Berganda ... 50


(13)

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Surat Pengantar Riset

Lampiran 2 : Surat Keterangan Selesai Riset Lampiran 3 : Kuesioner Penelitian


(14)

ABSTRAK

Gizi buruk merupakan keadaan di mana asupan zat gizi sangat kurang dari kebutuhan tubuh. Kasus gizi buruk di Kota Subulussalam pada Tahun 2009 tercatat 128 kasus. Puskesmas Simpang Kiri merupakan puskesmas yang tertinggi prevalensi gizi buruknya di Kota Subulussalam yaitu sebanyak 64 kasus. Kasus tersebut tersebar di beberapa desa, di antaranya Desa Sikalondang dengan jumlah kasus tertinggi yakni sebanyak 24 kasus.

Jenis penelitian yang dipakai adalah survei explanatory yang bertujuan untuk menjelaskan pengaruh pengetahuan ibu dan sosial ekonomi keluarga terhadap pencegahan gizi buruk pada balita di Desa Sikalondang Kota Subulussalam Tahun 2011. Populasi adalah ibu yang mempunyai balita sebanyak 54 orang. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan uji regresi linear berganda pada α 0,05.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang berpengaruh terhadap pencegahan gizi buruk pada balita adalah pengetahuan (p=0,027), pendidikan (p=0,014) dan pendapatan keluarga (p=0,000). Variabel pekerjaan dan jumlah anak tidak memiliki pengaruh terhadap pencegahan gizi buruk pada balita.

Disarankan kepada Dinas Kesehatan Kota Subulussalam dan petugas Puskesmas Simpang Kiri agar lebih meningkatkan pemantauan dan evaluasi status gizi balita serta meningkatkan pelaksanaan program-program gizi yang sudah berjalan. Diharapkan kepada bidan desa dan Kader Posyandu untuk meningkatkan pengetahuan gizi dan pola asuh balita melalui kegiatan penyuluhan kesehatan di posyandu.


(15)

ABSTRACT

Malnutrition is a condition where the intake of nutrition substance is less than body needs. The case of malnutrition in Subulussalam City in 2009 noted 127 cases. Simpang Kiri Health Centre with the highest malnutrition prevalence in Subulussalam City that were 64 cases. The cases was spread in a few villages, for example in Sikalondang Village with the highest case number 24 cases.

The type of research which used explanatory survey that aimed to explain the influence of mother’s knowledge and family’s social economy on the prevention of infant malnutrition in Sikalondang Village Subulussalam City in 2011. The population were mother who had infant that as many as 54 people. Data were collected by using questionnaire and were analyzed by using multiple linear regression test with α 0,05.

The result of research showed that variable which had significant influence on the prevention of infant malnutrition were knowledge (p= 0,027), education (p= 0,014) and family income (p= 0,000). Variables of jobs and number of children did not have influences on the prevention of infant malnutrition.

It is suggested to the Subulussalam City Health Office and officer of Simpang Kiri Health Centre to increase monitoring and evaluation malnutrition status and increase the implementation of nutrition programs that had proceed. It is expected to the village midwife and the cadre of health to increase the knowledge of nutrition and the pattern of infant take care of through the activity of health illumination in health. Keywords: Prevention of Malnutrition, Infant


(16)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Sumber daya manusia (SDM) yang sehat dan berkualitas merupakan investasi berharga dalam upaya pembangunan suatu bangsa. SDM yang sehat akan menampilkan performa yang baik di usia produktif. Salah satu penentu kualitas kesehatan dan produktivitas manusia adalah pemenuhan kebutuhan asupan zat gizi yang seimbang. Kekurangan gizi menyebabkan SDM kehilangan kesempatan untuk tumbuh dan berkembang dengan baik sejak usia balita. Perhatian pemenuhan gizi sejak usia balita tentu merupakan prioritas utama suatu bangsa.

Balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan badan yang pesat, sehingga memerlukan zat-zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat badannya. Balita ini justru merupakan kelompok umur yang paling sering menderita akibat kekurangan gizi (Djaeni, 2008).

Kekurangan protein yang kronis pada balita menyebabkan pertumbuhan balita terlambat dan tampak tidak sebanding dengan umurnya. Pada keadaan yang lebih buruk, dapat mengakibatkan berhentinya proses pertumbuhan (Suhardjo, 1996).

Menurut data yang dirilis Lembaga Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) (2009), sedikitnya 200 juta balita di bawah usia lima Tahun (balita) di dunia ini hidup dalam kondisi gizi buruk. Hal ini membuat direktur organisasi pangan PBB,

Food and Agriculture Organization (FAO), meminta para pemimpin dunia untuk serius memerhatikannya. Balita-balita yang mengalami gizi buruk itu merupakan


(17)

bagian dari milyaran manusia di dunia yang kini terancam kelaparan (Anonim, 2009).

Hasil survei Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun 2007, menunjukkan bahwa persentase balita gizi buruk di Indonesia sebesar 5,4%. Walaupun angka ini menurun dibandingkan hasil Susenas (Survei Sosial Ekonomi Nasional) Tahun 2005 (8,8%), tetapi menunjukkan bahwa balita gizi buruk masih menjadi masalah kesehatan masyarakat; jika di suatu daerah ditemukan gizi buruk > 1% maka termasuk masalah berat (Depkes RI, 2008).

Masalah gizi di Indonesia yang terbanyak meliputi gizi kurang atau yang mencakup susunan hidangan yang tidak seimbang maupun konsumsi keseluruhan yang tidak mencukupi kebutuhan badan. Balita (1-5 Tahun) merupakan kelompok umur yang paling sering menderita akibat kekurangan gizi atau termasuk salah satu kelompok masyarakat yang rentan gizi (Djaeni, 2000).

Di negara berkembang anak-anak umur 1-5 tahun merupakan golongan yang paling rawan terhadap gizi. Kelompok yang paling rawan di sini adalah periode pasca penyapihan khususnya kurun umur 1 – 3 tahun. Anak-anak biasanya menderita bermacam-macam infeksi serta berada dalam status gizi rendah (Suhardjo, 1996).

Menurut Zeltin (2000), masa balita( usia 1 - 5 tahun) merupakan tahap perkembangan yang pesat jika tidak didukung dengan gizi yang seimbang maka balita jatuh pada kondisi gizi kurang. Arah dan kebijaksanaan pembangunan bidang kesehatan, di antaranya menyebutkan bahwa pembangunan kesehatan diarahkan untuk mempertinggi derajat kesehatan termasuk di dalamnya keadaan gizi masyarakat


(18)

dalam rangka meningkatkan kualitas hidup serta kecerdasan dan kesejahteraan rakyat pada umumnya (Suhardjo, 2003).

Menurut Dinas Kesehatan Provinsi Aceh Tahun 2009, kasus gizi buruk di seluruh daerah Provinsi Aceh masih sangat tinggi. Jumlah kasus gizi buruk balita yang dilaporkan dari 23 Kabupaten/kota sebanyak 428 orang.

Kota Subulussalam merupakan salah satu kota di Provinsi Aceh yang juga mengalami masalah peningkatan kasus gizi buruk. Pada Tahun 2009 jumlah balita penderita gizi buruk ditemukan sebanyak 127 orang. Balita penderita gizi buruk yang mendapat perawatan sebanyak 58 orang. Berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 741/MENKES/PER/VII/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota, bahwa balita gizi buruk yang mendapat perawatan yaitu sebesar 100%, sedangkan Kota Subulussalam hanya mencapai 45,67% masih jauh memenuhi target standar. Adapun cakupan balita gizi buruk yang mendapat perawatan menurut kecamatan pada Tahun 2009 terlihat pada Tabel 1.1. di bawah ini :

Tabel 1.1. Jumlah Penderita Gizi Buruk yang Mendapat Perawatan Berdasarkan Puskesmas Kota Subulussalam Tahun 2009

No

Nama Kecamatan

Jumlah Balita (1-5 thn)

Jumlah Penderita gizi buruk

Jumlah balita yang mendapatkan

perawatan

Jumlah % Jumlah %

Penanggalan 1489 7 0,47 6 42,86

Simpang Kiri 2954 64 2,16 25 39,06

Rundeng 910 15 1,64 12 80,00

Sultan Daulat 1176 20 1,70 10 50,00

Longkib 847 14 1,65 5 28,57


(19)

Berdasarkan hasil laporan dari 5 puskesmas yang berada di Kota Subulussalam, Puskesmas Simpang Kiri merupakan puskesmas yang tertinggi jumlah prevalensi gizi buruknya. Jumlah balita yang ada di wilayah kerja Puskesmas Simpang Kiri sebanyak 2954 orang. Balita yang mengalami gizi buruk berjumlah 64 orang (2,16%) dan 25 orang (39,06%) yang mendapat perawatan (Profil Kesehatan Kota Subulussalam, 2010).

Sesuai dengan laporan rekapitulasi penduduk dan keadaan Puskesmas Simpang Kiri serta target pencapaian program UPGK/Gizi wilayah kerja Kota Subulussalam Tahun 2010 dapat dilihat jumlah balita yang mengalami gizi buruk adalah :

Tabel 1.2. Jumlah Balita yang Mengalami Gizi Buruk di Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Kiri Tahun 2010

N No

Nama Desa Jumlah Balita (1-5 tahun)

Jumlah Balita Gizi Buruk

Jumlah %

1. Subulussalam 885 1 0,11

2. S. Selatan 187 1 0.53

3. S. Utara 520 0 0

4. S. Barat 141 0 0

5. Pegayo 111 1 0,90

6. Sikalondang 114 24 21,05

7. Buluh Dori 119 2 1,68

8. Suka Makmur 164 2 1,21

9. Pasar Panjang 41 1 2,43

10. Mukti Makmur 48 2 4,16

11. Makmur Jaya 163 1 0,61

12. Lae Oram 115 2 1,73

13. Tangga Besi 198 3 1,51

14. Kuta Cepu 162 2 1,23

Sumber : Laporan Puskesmas Simpang Kiri Tahun 2010

Berdasarkan Tabel 1.2. dapat dilihat bahwa Desa Sikalondang merupakan salah satu desa di wilayah kerja Puskesmas Simpang Kiri yang memiliki jumlah balita gizi buruk tertinggi yaitu 24 orang (21,05%) dari 114 balita.


(20)

Berdasarkan survei pendahuluan yang peneliti lakukan, Desa Sikalondang terletak di wilayah pegunungan, mempunyai jumlah penduduk 928 jiwa, serta 158 KK. Tingkat pendidikan masyarakat mayoritas Sekolah Dasar. Penghasilan penduduk mayoritas dari bertani dan berdagang dengan pendapatan rendah. Pendapatan keluarga yang rendah tersebut telah menuntut ibu turut bekerja di luar rumah, sehingga ibu hanya memiliki sedikit waktu untuk mengurus balitanya.

Dari hasil wawancara dengan bidan desa, faktor-faktor yang memengaruhi tingginya kejadian gizi buruk pada balita adalah tingkat sosial ekonomi masyarakat yang rendah sehingga memengaruhi pola konsumsi pangan keluarga termasuk balita. Faktor lain yang juga sangat berpengaruh terhadap kejadian gizi buruk pada balita adalah pengetahuan ibu yang rendah terhadap gizi balita menyebabkan ibu kurang mengerti tentang pola asupan makanan bergizi dan cara yang tepat memberi makan kepada balitanya. Menurut Notoatmodjo (2003), menyatakan bahwa pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior). Sarana pelayanan kesehatan dasar seperti puskesmas dan puskesmas pembantu berada di tengah kota sehingga masyarakat lebih sering memanfaatkan pelayanan bidan desa. Bidan desa yang tinggal di daerah pemukiman penduduk sering mengingatkan kepada ibu balita untuk membawa balita ke posyandu, namun sebagian kecil dari masyarakat yang bersedia datang. Hal ini diasumsikan karena partisipasi dan keterbukaan masyarakat terhadap informasi kesehatan masih rendah.

Berdasarkan penjelasan petugas gizi di Puskesmas Simpang Kiri, tindakan ibu dalam mengunjungi posyandu untuk memantau tumbuh kembang balita terbilang


(21)

rendah. Ibu rajin datang membawa balita ke posyandu jika diberi susu dan roti, sehingga apabila tidak diberi maka ibu tidak akan datang ke posyandu. Kesadaran dan sikap ibu dalam menerima informasi serta pelayanan kesehatan masih sangat rendah. Selain itu, masyarakat memiliki kepercayaan yang masih ada sampai saat ini yaitu jika balita mengalami sakit bukan disebabkan penyakit atau asupan gizi yang kurang, tetapi karena hal mistik yang mengganggu balitanya sehingga ibu membawa balitanya berobat ke dukun, bukan ke pelayanan kesehatan. Apabila keadaan balita semakin memburuk, baru kemudian ibu membawa balita berobat ke puskesmas atau ke praktik dokter. Keadaan inilah yang menyebabkan balita mengalami gizi buruk yang berat.

Gizi kurang atau gizi buruk pada balita dapat berakibat terganggunya pertumbuhan jasmani dan kecerdasan mereka. Jika banyak jumlah balita yang termasuk golongan ini masyarakat yang bersangkutan sulit sekali berkembang. Maka, jelas masalah gizi merupakan masalah bersama dan semua keluarga harus bertindak atau berbuat sesuatu bagi perbaikan gizi (Sayogya, 1994).

Keluarga dan warga masyarakat harus mengerti bahwa balita-balita mereka membutuhkan makanan dengan cukup zat gizi demi masa depan mereka. Secara tidak langsung gizi kurang dapat menyebabkan balita-balita mereka meninggal seperti halnya karena serangan penyakit tertentu, gizi kurang memperparah masalah kesehatan yang dihadapi balita yaitu mudah terserang penyakit, pertumbuhan terhambat dan sebagainya (Sayogya, 1994).

Pengetahuan gizi dipengaruhi oleh berbagai faktor, di samping pendidikan yang pernah dijalani, faktor lingkungan sosial dan frekuensi kontak dengan media


(22)

massa juga memengaruhi pengetahuan gizi. Salah satu sebab gangguan gizi adalah kurangnya pengetahuan gizi atau kemauan untuk menerapkan informasi tentang gizi dalam kehidupan sehari-hari (Suhardjo, 1996).

Kurangnya pengetahuan gizi dan kesehatan orang tua, khususnya ibu merupakan salah satu penyebab terjadinya kekurangan gizi pada balita. Di pedesaan makanan banyak dipengaruhi oleh keadaan sosial ekonomi dan kebudayaan. Terdapat pantangan makan pada balita misalnya balita kecil tidak diberikan ikan karena dapat menyebabkan cacingan, kacang-kacangan juga tidak diberikan karena dapat menyebabkan sakit perut atau kembung

( Baliwati, 2004).

Menurut Green, perilaku ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor yaitu predisposisi (pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya), faktor pendukung (puskesmas, obat-obatan, alat-alat kontrasepsi, jamban, dan sebagainya) dan faktor pendorong (sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lainnya). Menurut Notoatmodjo (2003), faktor yang dapat memengaruhi terbentuknya perilaku adalah faktor internal yaitu pengetahuan, kecerdasan, persepsi, emosi, motivasi, dan faktor eksternal adalah lingkungan sekitarnya baik fisik maupun non fisik seperti iklim, manusia, sosial ekonomi, serta kebudayaan.

Menurut hasil penelitian Devi (2010), bahwa faktor pengetahuan ibu dan sosial ekonomi keluarga berupa pendapatan memiliki pengaruh terhadap tindakan ibu dalam pencegahan gizi buruk pada balita di wilayah kerja Puskesmas Amplas Kota


(23)

Medan. Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Yusrizal (2008), yang menunjukkan bahwa faktor sosial ekonomi keluarga (pendidikan, jenis pekerjaan) merupakan variabel yang sangat berpengaruh terhadap status gizi anak balita dan pengetahuan merupakan variabel dari faktor budaya masyarakat yang sangat berpengaruh dan paling dominan pengaruhnya terhadap status gizi balita balita di wilayah Pesisir Kabupaten Bireuen.

Berdasarkan uraian di atas peneliti ingin mengetahui pengaruh pengetahuan ibu dan sosial ekonomi keluarga terhadap pencegahan gizi buruk pada balita di Desa Sikalondang Kecamatan Simpang Kiri Kota Subulussalam Tahun 2011.

1.2. Perumusan masalah

Sesuai dengan latar belakang masalah di atas, maka peneliti bermaksud untuk melakukan penelitian tentang pengaruh pengetahuan ibu dan sosial ekonomi keluarga (pendidikan, pekerjaan, pendapatan, jumlah anak) terhadap pencegahan gizi buruk pada balita di Desa Sikalondang Kecamatan Simpang Kiri Kota Subulussalam Tahun 2011.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah untuk menjelaskan pengaruh pengetahuan ibu dan sosial ekonomi keluarga (pendidikan, pekerjaan, pendapatan, jumlah anak) terhadap pencegahan gizi buruk pada balita di Desa Sikalondang Kecamatan Simpang Kiri Kota Subulussalam Tahun 2011.


(24)

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Diharapkan hasil penelitian dapat menjadi informasi dan masukan bagi Dinas Kesehatan Kota Subulussalam mengenai sejauh mana pengetahuan dan keadaan sosial ekonomi masyarakat terhadap pencegahan kejadian gizi buruk, sehingga dapat mengambil suatu kebijakan terhadap pelaksanaan program gizi untuk mencegah terjadinya gizi buruk balita pada masyarakat.

2. Diharapkan hasil penelitian ini menjadi informasi dan masukan bagi Puskesmas Simpang Kiri Kota Subulussalam dalam memberikan pelayanan berupa penyuluhan di posyandu guna meningkatkan pengetahuan dan kesadaran ibu terhadap pencegahan terjadinya kasus gizi buruk pada balita.

3. Memberi kontribusi dalam pengembangan Ilmu Kesehatan Masyarakat dalam bidang Administrasi dan Kebijakan Kesehatan (AKK).

4. Dapat dijadikan sebagai bahan referensi ilmiah untuk penelitian selanjutnya yang berminat dalam permasalahan ini.


(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pencegahan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007), pencegahan adalah proses, cara, tindakan mencegah atau tindakan menahan agar sesuatu tidak terjadi. Dengan demikian, pencegahan merupakan tindakan. Pencegahan identik dengan perilaku.

2.2. Perilaku Kesehatan

Menurut Notoatmodjo (2003), perilaku kesehatan adalah suatu respons seseorang (organisme) terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan serta lingkungan. Batasan ini mempunyai dua unsur pokok, yakni respons dan stimulus atau perangsangan. Respons atau reaksi manusia, baik bersifat pasif (pengetahuan, persepsi, dan sikap), maupun bersifat aktif (tindakan yang nyata atau practise), sedangkan stimulus atau rangsangan di sini terdiri 4 unsur pokok, yakni : sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan dan lingkungan. Dengan demikian secara lebih rinci perilaku kesehatan itu mencakup : 1. Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit, yaitu bagaimana manusia

berespons, baik secara pasif (mengetahui, bersikap, dan memersepsi penyakit dan rasa sakit yang ada pada dirinya dan di luar dirinya, maupun aktif (tindakan) yang dilakukan sehubungan dengan penyakit dan sakit tersebut. Perilaku terhadap sakit dan penyakit ini dibagi sesuai dengan tingkatan-tingkatan pencegahan penyakit, yakni :


(26)

a. Perilaku berhubungan dengan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan (health promotion behavior), misalnya makan makanan yang bergizi, olah raga dan sebagainya.

b. Perilaku pencegahan penyakit (health prevention behavior) adalah respons untuk melakukan pencegahan penyakit, misalnya tidur memakai kelambu untuk mencegah gigitan nyamuk malaria, imunisasi dan sebagainya. Termasuk juga perilaku untuk tidak menularkan penyakit-penyakit kepada orang lain.

2. Perilaku sehubungan dengan pencaharian pengobatan (health seeking behavior), yaitu perilaku untuk melakukan atau mencari pengobatan.

3. Perilaku sehubungan dengan pemulihan kesehatan (health rehabilitation behavior), yaitu perilaku yang berhubungan dengan usaha-usaha pemulihan kesehatan setelah sembuh dari suatu penyakit.

4. Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan adalah respons seseorang terhadap sistem pelayanan kesehatan, baik sistem pelayanan kesehatan modern maupun tradisional

5. Perilaku terhadap makanan (nutrition behavior), yakni respons seseorang terhadap makanan sebagai kebutuhan vital bagi kehidupan.

6. Perilaku terhadap lingkungan kesehatan (environmental health behavior) adalah respons seseorang terhadap lingkungan sebagai determinan kesehatan manusia. Lingkup perilaku ini seluas lingkup kesehatan lingkungan itu sendiri.


(27)

2.2.1. Domain Perilaku

Menurut Notoatmodjo (2005), meskipun perilaku adalah bentuk respons atau reaksi terhadap stimulus atau rangsangan dari luar organisme (orang), namun dalam memberikan respons sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan. Hal ini berarti bahwa meskipun stimulusnya sama bagi beberapa orang, namun respons tiap-tiap orang berbeda.

2.2.2. Determinan Perilaku

Faktor penentu ada determinan perilaku manusia sulit untuk dibatasi karena perilaku merupakan resultansi dari berbagai faktor, baik internal ataupun eksternal (lingkungan). Secara lebih terperinci perilaku manusia sebenarnya merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan, seperti pengetahuan, keinginan, kehendak, minat, motivasi, persepsi, sikap dan sebagainya (Notoatmodjo, 2003).

Beberapa teori yang telah dicoba untuk mengungkapkan determinan perilaku dari analisis faktor-faktor yang memengaruhi perilaku khususnya yang berhubungan dengan kesehatan, antara lain teori Lawrence Green dan WHO (World Health Organization) (Notoatmodjo, 2003).

1. Teori Lawrence Green

Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh 2 faktor, yakni faktor perilaku dan faktor di luar perilaku. Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor.

a. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors), yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya.


(28)

b. Faktor-faktor pendukung (enabling factors), yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obatan, alat-alat kontrasepsi, jamban, dan sebagainya.

c. Faktor-faktor pendorong (reinforcing factors), yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas yang lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.

2. Teori WHO

Tim kerja WHO menganalisis bahwa yang menyebabakan seseorang itu berperilaku tertentu adalah karena adanya 4 alasan pokok, yaitu pemikiran dan perasaan seseorang, adanya orang lain yang dijadikan referensi, sumber-sumber atau fasilitas-fasilitas yang dapat mendukung perilaku, dan kebudayaan masyarakat. Pemikiran dan perasaan, yakni dalam bentuk pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan, dan penilaian-penilaian seseorang terhadap objek (kesehatan).

2.3. Konsep Balita

Perkembangan seorang anak secara umum digambarkan melalui periode-periode. Salah satunya adalah periode Bawah Lima Tahun (BALITA) merupakan salah satu periode manusia setelah bayi sebelum anak-anak awal. Rentang usia balita dimulai dari 1 sampai 5 tahun. Periode usia ini disebut juga periode usia prasekolah. Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita karena pada masa ini pertumbuhan dasar yang memengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Pada masa ini perkembangan kemampuan berbahasa, kreativitas,


(29)

kesadaran sosial, emosional dan intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan landasan bagi perkembangan selanjutnya (Djaeni, 2000).

2.4. Pengetahuan (knowledge)

Benyamin Bloom dalam Notoatmodjo (2003), menyatakan bahwa pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan telinga. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang.

Menurut Setiawati (2008), pengetahuan adalah hasil proses pembelajaran dengan melibatkan indera penglihatan, pendengaran, penciuman dan pengecap. Pengetahuan akan memberikan penguatan terhadap individu dalam setiap mengambil keputusan dan dalam berperilaku.

2.5. Faktor Sosial Ekonomi

Fungsi sosial ekonomi meliputi keadaan penduduk di suatu masyarakat (jumlah, umur, distribusi seks, dan geografis), keadaan keluarga (besarnya, hubungan, jarak kelahiran) dan tingkat pendidikan. Faktor ekonomi meliputi pekerjaan, pendapatan keluarga, dan pengeluaran (Supariasa, 2001).

Tingkat pendidikan juga termasuk dalam faktor ini. Tingkat pendidikan berhubungan dengan status gizi karena dengan meningkatnya pendidikan kemungkinan akan meningkatkan pendapatan sehingga dapat meningkatkan daya beli makanan (Hartriyanti, 2007).


(30)

2.5.1. Pendidikan

Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan memengaruhi orang lain baik individu, kelompok atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan pelaku pendidikan. Dari batasan ini tersirat unsur-unsur pendidikan, yakni : a) input adalah sasaran pendidikan, b) proses (upaya yang direncakan untuk memengaruhi orang lain, c) out put (melakukan apa yang diharapkan atau perilaku) (Notoatmodjo, 2003).

Menurut Soetjiningsih (1995), pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor yang penting dalam tumbuh kembang anak. Karena dengan pendidikan yang baik, maka orang tua dapat menerima segala informasi dari luar, terutama tentang cara pengasuhan anak yang baik, bagaimana menjaga kesehatan anaknya, pendidikannya dan sebagainya.

2.5.2. Pekerjaan

Bagi perkerja wanita, bagaimanapun juga mereka adalah ibu rumah tangga yang sulit lepas begitu saja dari lingkungan keluarga. Wanita mempunyai beban dan hambatan lebih berat dibandingkan rekan prianya. Dalam arti wanita harus lebih dulu mengatasi urusan keluarga, suami, anak, dan hal-hal yang menyangkut masalah rumah tangganya.

Pada kenyataannya banyak wanita yang tidak cukup mampu mengatasi hambatan itu, sekalipun mereka mempunyai kemampuan teknis yang cukup tinggi jika mereka tidak mampu menyeimbangkan peran gandanya tersebut akhirnya mereka akan keteteran. Akan tetapi bukan berarti wanita yang tidak bekerja merupakan


(31)

jaminan bahwa anak-anaknya akan menjadi lebih baik dibanding dengan anak-anak dari wanita yang bekerja (Anoraga, 1998).

2.5.3. Pendapatan

Rendahnya pendapatan merupakan rintangan yang menyebabkan orang-orang tak mampu membeli pangan dalam jumlah yang diperlukan. Rendahnya pendapatan itu mungkin disebabkan menganggur atau setengah menganggur karena susahnya memperoleh lapangan kerja-tetap sesuai dengan yang diinginkan (Sayogya, 1994).

Pendapatan keluarga yang memadai akan menunjang tumbuh kembang anak karena orang tua dapat menyediakan semua kebutuhan anak-anak baik yang primer maupun yang sekunder (Soetjiningsih, 1995).

2.5.4. Jumlah Anak

Jumlah anak yang banyak pada keluarga yang keadaan sosial ekonominya cukup, akan mengakibatkan berkurangnya perhatian dan kasih sayang yang diterima anak. Lebih-lebih kalau jarak anak terlalu dekat. Sedangkan pada keluarga dengan keadaan sosial ekonomi yang kurang, jumlah anak yang banyak akan mengakibatkan selain berkurangnya kasih sayang dan perhatian pada anak, juga kebutuhan primer seperti makanan, sandang, dan perumahanpun tidak terpenuhi (Soetjiningsih, 1995).


(32)

2.6. Gizi

2.6.1. Pengertian Gizi

Istilah gizi berasal dari bahasa Arab ”giza” yang berarti zat makanan; dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah nutrition yang berarti bahan makanan atau zat gizi atau sering diartikan sebagai ilmu gizi (Irianto, 2007).

Menurut Supariasa (2001), gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi.

2.6.2. Penyakit-Penyakit Gizi

1. Penyakit Kurang Kalori dan Protein (KKP)

Penyebab langsung dari KKP adalah defisiensi kalori maupun protein dengan dengan berbagai tekanan, sehingga terjadi spektrum gejala-gejala dengan berbagai nuansa dan melahirkan klasifikasi klinik yang telah disebutkan di atas. Penyebab tak langsung KKP sangat banyak, sehingga penyakit ini disebut juga sebagai penyakit dengan causa multifactorial (Sediaoetama, 1993)

2. Penyakit Kegemukan (Obesitas)

Penyakit ini terjadi karena ketidakseimbangan antara konsumsi kalori dan kebutuhan energi, yaitu konsumsi kalori terlalu berlebih dibandingkan dengan kebutuhan atau pemakaian energi. Akibat dari obesitas ini, para penderitanya


(33)

cenderung menderita penyakit-penyakit: kardio-vaskuler, hipertensi, dan diabetes mellitus (Notoatmodjo, 2003).

3. Anemia (Penyakit Kurang Darah)

Penyakit ini terjadi karena konsumsi zat besi (Fe) pada tubuh tidak seimbang atau kurang dari kebutuhan tubuh. Program penanggulangan anemia besi, khususnya untuk ibu hamil sudah dilakukan melalui pemberian Fe secara cuma-cuma melalui puskesmas atau posyandu. Akan tetapi karena masih rendahnya pengetahuan sebagian besar ibu-ibu hamil, maka program ini tampak berjalan lambat (Almatsier, 2003).

4. Xerophthalmia (Defisiensi Vitamin A)

Penyakit ini disebabkan karena kekurangan konsumsi vitamin A di dalam tubuh. Program penanggulangan xerophthalmia ditujukan pada anak balita dengan pemberian vitamin A secara cuma-cuma melalui puskesmas dan atau posyandu (Irianto, 2007).

5. Penyakit Gondok Endemik

Zat Iodium merupakan zat gizi esensial bagi tubuh, karena merupakan komponen dari hormon Thyroxin. Terapi penyakit ini pada penderita dewasa umumnya tidak memuaskan. Oleh sebab itu, penanggulangan yang paling baik adalah pencegahan, yaitu dengan memberikan dosis iodium kepada para ibu hamil (Notoatmodjo, 2003).


(34)

2.6.3. Penyebab Masalah Gizi

Masalah gizi (malnutrition) adalah gangguan pada beberapa segi kesejahteraan per orangan atau masyarakat yang disebabkan oleh tidak terpenuhinya kebutuhan akan zat gizi yang diperoleh dari makanan. Masalah gizi berkaitan erat dengan masalah pangan (Baliwati, 2004).

Malnutrition (gizi salah, malnutrisi) adalah keadaan patologis akibat kekurangan atau kelebihan secara relatif maupun absolut satu atau lebih zat gizi (Supariasa, 2001).

2.6.4. Gizi buruk

Gizi buruk adalah keadaan di mana asupan zat gizi sangat kurang dari kebutuhan tubuh.

Adapun klasifikasi gizi buruk adalah sebagai berikut: 1. Kwashiorkor

Dengan gejala klinis:

a. Pertumbuhan dan mental mundur, perkembangan mental apatis b. Edema

c. Otot menyusut (kurus)

d. Depigmentasi rambut dan kulit

e. Karakteristik di kulit : timbul sisik, gejala kulit itu disebut dengan flaky paint dermatosis


(35)

g. Atropi dari kelenjar Acini dari pankreas sehingga produksi enzim untuk merangsang aktivitas enzim untuk mengeluarkan juice duodenum terhambat , diare

h. Anemia moderat

i. Masalah diare dan infeksi menjadi komponen gejal klinis

j. Menderita kekurangan vitamin A, dihasilkan karena ketidakcukupan sintesis plasma protein pengikat retinol sehingga sering kali timbul gejala kebutaan yang tetap/permanen (Departemen gizi, 2007).

2. Marasmus

Dengan gejala klinis: a. Kurus kering

b. Tampak hanya tulang dan kulit c. Otot dan lemak bawah kulit atropi d. Wajah seperti orang tua

e. Berkerut/keriput f. Layu dan kering

g. Diare umum terjadi (Ditjenkes RI, 2007). 3. Kwashiorkor-marasmus

Gambaran klinik merupakan campuran dari beberapa gejala klinik kwashiorkor dan marasmus, dengan BB/U <60% baku median World Health Organization-National Centre for Health Statistics (WHO-NCHS) disertai edema yang tidak mencolok (Depkes RI, 2000).


(36)

2.6.5. Penilaian Status Gizi Balita

Dalam menentukan klasifikasi status gizi harus ada ukuran baku yang sering disebut reference. Baku antropometri yang sekarang digunakan di Indonesia adalah WHO-NCHS. Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Depkes dalam pemantauan status gizi (PSG) anak balita tahun 1999 menggunakan baku rujukan WHO-NCHS. Pada Loka Karya Antropometri tahun 1975 telah diperkenalkan baku Harvard. Berdasarkan Semi Loka Antropometri, Ciloto, 1991 telah direkomendasikan penggunaan baku rujukan WHO-NCHS.

Berdasarkan baku harvard status gizi dapat dibagi menjadi empat yaitu: 1. Gizi lebih untuk overweight, termasuk kegemukan dan obesitas.

2. Gizi baik untuk well nourished

3. Gizi kurang untuk under weight yang mencakup mild dan moderate PCM

(Protein Calori Malnutrition)

4. Gizi buruk untuk severe PCM, termasuk marasmus, marasmik-kwasiokor dan kwasiokor.

Dalam klasifikasi status gizi menurut Rekomendasi lokakarya Antropometri, 1975 serta Puslitbang Gizi, 1978 digunakan lima macam indeks yaitu: BB/U, TB/U, LLA/U, BB/TB, dan LLA/TB. Baku yang digunakan adalah Harvard. Garis baku adalah persentil 50 baku Harvard.


(37)

Tabel 2.1. Klasifikasi Status Gizi Menurut Rekomendasi Lokakarya Antropometri 1975 Dan Puslitbang Gizi 1978.

Kategori BB/U*) TB/U*) LLA/U BB/TB*) LLA/TB Gizi baik 100-80% 100-95% 100-85% 100-90% 100-85% Gizi kurang < 80-60% < 95-85% < 85-70% < 90-70% < 85-75% Gizi buruk**) < 60% < 85% < 70% < 70% < 75% *) Garis baku adalah persentil 50 baku Harvard

**) Kategori gizi buruk termasuk marasmus, marasmik-kwashiokor dan kwashiokor.

Adapun cara yang dilakukan untuk menilai status gizi anak usia 0-5 tahun adalah dengan menggunakan indeks BB/U, TB/U, dan BB/TB. Indeks LLA/U digunakan pada anak usia ½-5 tahun dan 6-17 tahun dan LLA/TB pada anak usia 1-10 tahun. Setiap indeks tersebut mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing (Irianto, 2007).

2.6.6. Upaya Pencegahan Gizi Buruk

Menurut Depkes RI (2000), ada beberapa hal yang dapat dilakukan sebagai upaya pencegahan terjadinya gizi buruk/KEP berat di tingkat rumah tangga yaitu: 1. Ibu membawa anak untuk ditimbang di posyandu secara teratur setiap bulan

untuk mengetahui pertumbuhan berat badannya

2. Ibu memberikan hanya ASI saja kepada bayi usia 0-6 bulan 3. Ibu tetap memberikan ASI kepada anak sampai usia 2 tahun

4. Ibu memberikan MP-ASI sesuai usia dan kondisi kesehatan anak sesuai anjuran pemberian makanan


(38)

6. Ibu segera memberitahukan pada petugas kesehatan/kader bila balita mengalami sakit atau gangguan pertumbuhan

7. Ibu menerapkan nasehat yang dianjurkan petugas.

2.6.7. Upaya Perbaikan Gizi di Indonesia

Kegiatan Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) merupakan salah satu program gizi yang sedang dan telah dilaksanakan di Indonesia. Dalam pelaksanaannya, kegiatan UPGK mempunyai beberapa kegiatan yang pada hakikatnya merupakan satu paket, yaitu menyangkut :

1. Penimbangan bulanan anak balita dengan menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS).

2. Pendidikan gizi dan kesehatan bagi ibu-ibu dari anak balita tersebut.

3. Demonstrasi memasak makanan yang memenuhi persyaratan gizi baik atau pemberian makanan tambahan yang bergizi tinggi kepada anak balita, terutama yang menderita gizi buruk.

4. Mengembangkan intensifikasi pemanfaatan lahan pekarangan untuk memproduksi bahan pangan bernilai gizi tinggi maupun untuk tanaman obat tradisional (apotek hidup).

5. Pemberian paket pertolongan gizi untuk mereka yang memerlukan, yang terdiri dari vitamin A dosis tinggi, tablet besi, garam oralit dan garam beryodium (Suhardjo, 1996).


(39)

2.7. Kerangka Konsep

Pengaruh pengetahuan ibu dan sosial ekonomi keluarga terhadap pencegahan gizi buruk pada balita di Desa Sikalondang Kecamatan Simpang Kiri Kota Subulussalam Tahun 2010 digambarkan dalam kerangka konsep sebagai berikut:

Variabel Bebas Variabel Terikat

Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan kerangka konsep, dapat dirumuskan definisi konsep variabel penelitian sebagai berikut:

1. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo, 2003).

2. Sosial ekonomi adalah suatu konsep, dan untuk mengukur sosial ekonomi keluarga misalnya, harus melalui variabel-variabel: tingkat pendidikan, pekerjaan dan pendapatan keluarga itu (Notoatmodjo, 2005).

3. Tindakan adalah pelaksanaan atau mempraktikkan apa yang diketahui ataupun disikapinya (Notoatmodjo, 2003).

1. Pengetahuan Ibu

2. Sosial Ekonomi Keluarga - Pendidikan

- Pekerjaan - Pendapatan - Jumlah anak

Pencegahan Gizi Buruk pada


(40)

2.8. Hipotesis Penelitian

1. Ada pengaruh pengetahuan ibu terhadap pencegahan gizi buruk pada balita. 2. Ada pengaruh sosial ekonomi keluarga (pendidikan, pekerjaan, pendapatan,


(41)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah survei dengan pendekatan explanatory research

(penelitian penjelasan), yang bertujuan untuk menjelaskan pengaruh pengetahuan ibu dan sosial ekonomi keluarga terhadap pencegahan gizi buruk pada balita di Desa Sikalondang Kecamatan Simpang Kiri Kota Subulussalam Tahun 2011.

Explanatory research adalah penelitian yang menjelaskan hubungan kausal antara variabel-variabel melalui pengujian hipotesa (Singarimbun, 1989).

3.2. Lokasi Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Sikalondang Kecamatan Simpang Kiri Kota Subulussalam. Pemilihan lokasi ini berdasarkan pertimbangan yaitu berdasarkan data dari laporan bulanan Puskesmas Simpang Kiri Tahun 2010, Desa Sikalondang merupakan desa yang tertinggi jumlah kasus gizi buruk yaitu 24 kasus (21,05%). Waktu pelaksanaan penelitian di Desa Sikalondang dilakukan pada Bulan Februari Tahun 2011.

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang mempunyai balita di Desa Sikalondang Kecamatan Simpang Kiri Kota Subulussalam Tahun 2010. Berdasarkan survei awal dan laporan dari bidan desa diketahui bahwa pada Tahun 2010 di Desa Sikalondang terdapat 54 ibu yang mempunyai balita.


(42)

3.3.2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh jumlah populasi yaitu semua ibu yang mempunyai balita di Desa Sikalondang Kecamatan Simpang Kiri Kota Subulussalam Tahun 2010 berjumlah 54 orang.

3.4. Teknik Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer

Data primer diperoleh melalui wawancara langsung pada responden dengan menggunakan kuesioner yang telah dipersiapkan sebelumnya.

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dengan mengumpulkan data dari laporan Dinas Kesehatan Kota Subulussalam dan Puskesmas Simpang Kiri dan referensi buku-buku serta hasil-hasil penelitian yang berhubungan dengan gizi buruk pada balita.

3.5. Definisi Operasional Variabel 3.5.1. Variabel Bebas

1. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui oleh responden mengenai gizi buruk. Pengetahuan dikategorikan menjadi:

a. Pengetahuan baik, apabila responden mengetahui segala sesuatu tentang pencegahan gizi buruk pada balita

b. Pengetahuan sedang, apabila responden cukup mengetahui segala sesuatu tentang pencegahan gizi buruk pada balita

c. Pengetahuan buruk, apabila responden kurang mengetahui segala sesuatu tentang pencegahan gizi buruk pada balita


(43)

2. Pendidikan adalah tingkat pendidikan formal tertinggi yang pernah ditempuh dan ditamatkan oleh responden. Kategori pendidikan dibagi menjadi:

a. Pendidikan rendah, jika responden tidak sekolah atau tamat SD b. Pendidikan sedang, jika responden tamat SLTP atau SLTA

c. Pendidikan tinggi, jika responden tamat akademi atau perguruan tinggi

3. Pekerjaan adalah suatu kegiatan/aktivitas yang dilakukan responden secara rutin selain sebagai ibu rumah tangga dan mendapatkan imbalan berupa uang atau barang untuk memenuhi kebutuhan keluarga, dengan kategori:

a. Ibu yang tidak bekerja b. Ibu yang bekerja

4. Pendapatan adalah jumlah penghasilan kepala keluarga dari responden dalam satu bulan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Pendapatan diukur berdasarkan Upah Minimum Propinsi (UMP) Aceh Tahun 2009 sesuai dengan Peraturan Gubernur Aceh Nomor 132 Tahun 2009 yaitu sebesar Rp. 1.300.000, dengan kategori:

a. ≤ UMP atau ≤ Rp 1.300.000/ bulan b. > UMP atau > Rp 1.300.000/ bulan

5. Jumlah anak adalah banyaknya anak kandung yang dilahirkan hidup oleh ibu. Berdasarkan Kamus Istilah BKKBN dalam Gunawan (2009), jumlah anak dalam satu keluarga dibedakan atas keluarga kecil dan keluarga besar.

a. Keluarga kecil : apabila responden memiliki 1-2 orang anak b. Keluarga besar : apabila responden memiliki >2 orang anak


(44)

3.5.2. Variabel Terikat

Pencegahan ibu terhadap gizi buruk adalah hal-hal yang berhubungan dengan pencegahan yang dapat dilakukan oleh ibu dalam mencegah terjadinya kasus gizi buruk pada balita. Pencegahan dikategorikan menjadi :

1. Pencegahan baik, apabila respoden mampu melakukan pencegahan gizi buruk pada balita

2. Pencegahan sedang, apabila responden cukup mampu melakukan pencegahan gizi buruk pada balita

3. Pencegahan buruk, apabila responden kurang mampu melakukan pencegahan gizi buruk pada balita

3.6. Aspek Pengukuran

3.6.1. Aspek Pengukuran Variabel Bebas

Aspek pengukuran variabel bebas dalam penelitian seperti terlihat pada Tabel 3.1. berikut ini :

Tabel 3.1. Aspek Pengukuran Variabel Bebas

No Variabel

Indika- Tor Kategori Jawaban Bo- Bot

Kriteria Skor Skala Ukur

1. Pengetahuan 21 1. Tidak

Tahu 2. Tahu 1 2 1. Buruk 2. Sedang 3. Baik 1-27 8-34 5-42 Interval

2. Pendidikan 1.Tidak Sekolah

atau Tamat SD

2.Tamat SLTP

atau SLTA 3. Akademi atau

Perguruan Tinggi 1. Rendah 2. Sedang 3. Tinggi Ordinal

3. Pekerjaan 1. Tidak

Bekerja 2.Bekerja


(45)

4. Pendapatan 1.≤Rp. 1.300.000 2.>Rp.

1.300.000

1. ≤ UMP 2. > UMP

Ordinal

5. Jumlah Anak

1. 1-2 orang 2. > 2 orang

1.Keluarga kecil

2.Keluarga besar

Ordinal

3.6.2. Aspek Pengukuran Variabel Terikat

Variabel terikat penelitian ini adalah pencegahan ibu terhadap gizi buruk pada balita, yang terdiri dari 14 pertanyaan dengan menggunakan skala interval, aspek pengukuran variabel secara terperinci terlihat pada Tabel 3.2 berikut ini :

Tabel 3.2. Aspek Pengukuran Variabel Terikat No Variabel

Indika- Tor Kategori Jawaban Bo-Bot

Kriteria Skor Skala Ukur 1. Pencegahan

Gizi Buruk pada Balita

18 1. Tidak 2. Ya 1. Buruk 2. Sedang 3. Baik 8-23 4-29 30-36 Interval

3.7. Teknik Analisis Data

Data yang sudah dikumpulkan akan diedit dan dikoding dengan bantuan komputer, serta dianalisis, untuk mengetahui pengaruh pengetahuan ibu dan sosial ekonomi keluarga terhadap pencegahan gizi buruk pada balita di Desa Sikalondang Tahun 2010. Data hasil penelitian tersebut dianalisis secara statistik dengan menggunakan uji regresi linier berganda dengan α 0.05.

Uji regresi linier berganda digunakan bila variabel independen lebih dari satu variabel yang dihubungkan dengan satu variabel dependen. Variabel dependen harus


(46)

bersifat numerik, sedangkan untuk variabel independen boleh semuanya numerik atau campuran numerik dengan kategorik. Regresi linier ganda adalah persamaan garis lurus untuk memprediksi variabel dependen (pencegahan gizi buruk pada balita) dari beberapa variabel independen (pengetahuan dan sosial ekonomi). Rumus Regresi Linier Berganda:

Y = α + β1 X1+ β2 X2.1 + β2 X2.2 + β2 X2.3 + β2 X2.4 + ei Keterangan:

Y : variabel dependen

α : intercept + nilai Y jika X = 0

β : slope = koefisien regresi = besarnya perubahan nilai Y setiap satu unit perubahan X

x : variabel independen

e : residual/ error term sampel = beda antara nilai Y observasi dengan nilai Y prediksi (ei = Y-v)


(47)

BAB IV

HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Lokasi Penelitian

Desa Sikalondang merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Simpang Kiri Kota Subulussalam yang memiliki luas wilayah 1.500 Ha. Secara geografis Desa sikalondang berbatasan dengan :

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Makmur Jaya 2. Sebelah Selatan dengan Rantau Panjang

3. Sebelah Timur dengan Subulussalam Barat 4. Sebelah Barat dengan Desa Buluh Dori

Desa Sikalondang terdiri dari 3 dusun. Secara administratif berdasarkan profil desa Tahun 2010, Desa Sikalondang memiliki jumlah penduduk sebanyak 1.182 jiwa yang terdiri dari 180 KK (Kepala Keluarga). Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.1. berikut:

Tabel 4.1. Distribusi Penduduk Desa Sikelondang

No. Nama Dusun Jumlah KK Jumlah Jiwa Persentase (%)

1 Dusun Batang Dalit 85 590 46,10

2 Dusun Indah 48 360 28,12

3 Dusun Lae Mbetar 47 675 52,73

Jumlah 180 1280 100

Sumber : Profil Desa Sikelondang Kecamatan Simpang Kiri Kota Subulussalam Tahun 2010

Jumlah penduduk Desa Sikalondang berdasarkan jenis kelamin dapat dibagi atas jumlah penduduk laki-laki sebanyak 605 jiwa dan jumlah penduduk perempuan sebanyak 675 jiwa. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.2. berikut:


(48)

Tabel 4.2. Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 Laki-laki 605 47,27

2 Perempuan 675 52,73

Jumlah 1280 100

Sumber : Profil Desa Sikelondang Kecamatan Simpang Kiri Kota Subulussalam Tahun 2010

Berdasarkan penggolongan tingkat pendidikan, diketahui bahwa tingkat pendidikan penduduk Desa Sikelondang paling banyak adalah jumlah jiwa yang tidak pernah sekolah yaitu 364 jiwa. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.3. berikut:

Tabel 4.3. Distribusi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan No. Tingkat Pendidikan Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1 Jumlah Jiwa Menjalani/Lulusan Pendidikan:

a. SD 149 17,13

b. SMP 48 5,52

c. SMA 36 4,14

d. Diploma 4 0,46

e. Sarjana 6 0,68

2 Jumlah Jiwa Putus Pendidikan

a. SD 58 6,67

b. SMP 27 3,10

c. SMA 13 1,49

d. Diploma -

e. Sarjana -

3 Jumlah Jiwa Tidak Bisa Baca Tulis 165 18,96

4 Jumlah Jiwa Tidak Pernah Sekolah 364 41,84

Jumlah 870 100

Sumber : Profil Desa Sikelondang Kecamatan Simpang Kiri Kota Subulussalam Tahun 2010

Pada umumnya mata pencaharian pokok masyarakat di Desa Sikalondang adalah bertani yaitu sebanyak 1.102 orang. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.4. sebagai berikut:


(49)

Tabel 4.4. Distribusi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian No. Jenis Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 Petani 1.102

2 Buruh Perkebunan 30

3 Penambang Galian C Kerakyatan/perorangan

144

4 Pegawai Negeri Sipil 3

5 Guru 1

Jumlah 1.280

Sumber : Profil Desa Sikelondang Kecamatan Simpang Kiri Kota Subulussalam Tahun 2010

Distibusi penduduk berdasarkan agama, diketahui bahwa seluruh penduduk Desa Sikalondang beragama islam (100%).

Tabel 4.5. Distribusi Penduduk Berdasarkan Agama

No Agama Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1 Islam 1.280 100

Jumlah 1.280 100

Sumber : Profil Desa Sikelondang Kecamatan Simpang Kiri Kota Subulussalam Tahun 2010

Suku bangsa masyarakat mayoritas adalah Pak-pak boang yakni 1.254 jiwa (98%). Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.6. berikut :

Tabel 4.6. Distribusi Penduduk Berdasarkan Suku Bangsa

No Nama Suku Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 Pak-pak Boang 1.254 98,00

2 Aceh 10 0,78

3 Jawa 9 0,70

4 Mandailing 7 0,54

Jumlah 1.280 100

Sumber : Profil Desa Sikelondang Kecamatan Simpang Kiri Kota Subulussalam Tahun 2010

Desa Sikalondang memiliki sarana dan prasarana kesehatan. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.7. berikut :


(50)

Tabel 4.7. Distribusi Penduduk Berdasarkan Ketersediaan Sarana dan Prasarana Kesehatan

No Prasarana Kesehatan Jumlah

1 Puskesmas Pembantu 1

2 Posyandu Balita 3

Tenaga Kesehatan

1 Bidan 1 orang

2 Dukun Pengobatan alternatif 2 orang

Sumber : Profil Desa Sikelondang Kecamatan Simpang Kiri Kota Subulussalam Tahun 2010

4.2. Deskripsi Responden Berdasarkan Variabel Pengetahuan

Pengetahuan responden meliputi segala sesuatu yang diketahui oleh responden tentang gizi, manfaat gizi, gizi buruk, penyebab, gejala, dampak dan pencegahan gizi buruk. Berikut merupakan uraian hasil penelitian dalam bentuk tabulasi pengetahun responden tentang gizi buruk pada balita. Tabel 4.8. menunjukkan distribusi responden berdasarkan pengetahuan tentang gizi buruk pada balita.

Distribusi pengetahuan responden mengenai pengertian gizi adalah zat yang terkandung dalam makanan dan diperlukan oleh tubuh sebagian besar responden tidak tahu yaitu 31 responden (57,4%). Distribusi pengetahuan responden mengenai fungsi zat gizi sebagai sumber energi utama, menyokong pertumbuhan badan, memelihara jaringan tubuh, mengatur proses pertukaran zat dan pertahanan terhadap berbagai penyakit sebagian besar responden tidak tahu yaitu 34 responden (63%).

Distribusi pengetahuan responden mengenai gizi seimbang adalah makanan yang mengandung semua zat gizi yang diperlukan oleh tubuh dengan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh sebagian besar responden tidak tahu yaitu 43 responden (79,6%).


(51)

Distribusi pengetahuan responden mengenai balita memerlukan zat gizi seimbang untuk pertumbuhan, perkembangan, kecerdasan, dan pemeliharaan kesehatan sebagian besar responden tidak tahu yaitu 39 responden (72,2%). Distribusi pengetahuan responden mengenai jenis zat gizi dalam makanan adalah karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral dan air sebagian besar responden tidak tahu yaitu 35 responden (64,8%).

Distribusi pengetahuan responden mengenai makanan 4 sehat 5 sempurna terdiri dari nasi, lauk- pauk, sayur, buah, dan susu sebagian besar responden tidak tahu yaitu 41 responden (75,9%). Distribusi pengetahuan responden mengenai pola makan yang sehat untuk balita adalah 3 kali dalam sehari sebagian besar responden tahu yaitu 31 responden (57,4%).

Distribusi pengetahuan responden mengenai pengertian gizi buruk adalah asupan zat gizi kurang dari kebutuhan tubuh sebagian dari responden tahu yaitu 27 responden (50%). Distribusi pengetahuan responden mengenai Penyebab terjadinya gizi buruk adalah kurangnya makanan bergizi dan seimbang yang dikonsumsi balita sebagian besar responden tidak tahu yaitu 39 responden (72,2%).

Distribusi pengetahuan responden mengenai kelompok usia yang rentan terhadap penyakit akibat kekurangan gizi sebagian besar responden tidak tahu yaitu 39 responden (72,2%). Distribusi pengetahun responden mengenai ciri-ciri balita yang terkena gizi buruk adalah rambut berwarna merah, perut buncit, kulit keriput, wajah seperti orang tua sebagian besar responden tidak tahu yaitu 44 responden (81,5%).


(52)

Distribusi pengetahuan responden mengenai gizi buruk yang lama dapat menghambat tumbuh kembang balita sebagian besar responden tidak tahu yaitu 45 responden (83,3%). Distribusi pengetahuan responden mengenai gizi buruk dapat menurunkan tingkat kecerdasan/IQ balita sebagian besar responden tidak tahu yaitu 45 responden (83,3%).

Distribusi pengetahuan responden mengenai gizi buruk bila tidak segera ditangani maka akan menyebabkan kematian pada balita sebagian besar responden tidak tahu yaitu 44 responden (81,5%). Distribusi pengetahuan responden mengenai suatu penyakit misalnya diare dapat menyebabkan balita mengalami gizi buruk sebagian besar responden tidak tahu yaitu 44 responden (81,5%).

Distribusi pengetahuan responden mengenai keadaan gizi buruk dapat menyebabkan balita mudah terserang penyakit sebagian besar responden tidak tahu yaitu 44 responden (81,5%). Distribusi pengetahuan responden mengenai balita harus dibawa setiap bulan secara rutin ke posyandu untuk dipantau tumbuh kembangnya sebagian besar responden tidak tahu yaitu 42 responden (77,8%).

Distribusi pengetahuan responden mengenai pentingnya penyuluhan di posyandu untuk mendapatkan informasi tentang kesehatan pada balita sebagian besar responden tidak tahu responden 41 responden (75,9%). Distribusi pengetahuan responden mengenai balita harus diimunisasi untuk meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit sebagian besar responden tidak tahu yaitu 36 responden (66,7%).

Distribusi pengetahuan responden mengenai pencegahan gizi buruk pada balita adalah memberi makanan bergizi, memberikan ASI sampai usia 2 tahun, membawa balita ke pelayanan kesehatan bila sakit sebagian responden tidak tahu


(53)

yaitu 34 responden (63%). Distribusi pengetahuan responden mengenai penanggulangan gizi buruk pada balita di posyandu dengan pemberian makanan tambahan dan susu sebagian responden tidak tahu yaitu 34 responden (63%).

Uraian hasil penelitian dalam bentuk tabulasi pengetahuan responden mengenai gizi buruk dapat dilihat pada Tabel 4.8. berikut :

Tabel 4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Uraian Pengetahuan tentang Gizi Buruk

No Uraian Jawaban Pengetahuan f (%)

1. Gizi adalah zat yang terkandung dalam makanan dan diperlukan oleh tubuh

a. Tahu b. Tidak Tahu

23 31

42,6 57,4

Total 54 100

2. Fungsi zat gizi adalah sebagai sumber energi utama, menyokong pertumbuhan badan, memelihara jaringan tubuh, mengatur proses pertukaran zat dan pertahanan terhadap berbagai penyakit

a. Tahu b. Tidak Tahu

20 34

37,0 63,0

Total 54 100

3. Gizi seimbang adalah makanan yang mengandung semua zat gizi yang diperlukan oleh tubuh dengan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh

a. Tahu b. Tidak Tahu

11 43

20,4 79,6

Total 54 100

4. Balita memerlukan zat gizi seimbang untuk pertumbuhan, perkembangan, kecerdasan, dan pemeliharaan kesehatan a. Tahu

b. Tidak Tahu

15 39

27,8 72,2

Total 54 100

5. Jenis zat gizi dalam makanan adalah karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral dan air

a. Tahu b. Tidak Tahu

19 35

35,2 64.8

Total 54 100

6. Makanan 4 sehat 5 sempurna terdiri dari nasi, lauk- pauk, sayur, buah, dan susu


(54)

a. Tahu b. Tidak Tahu

13 41

24,1 75,9

Total 54 100

7. Pola makan yang sehat untuk balita adalah 3 kali dalam sehari a. Tahu

b. Tidak Tahu 31

23

57,4 42,6

Total 54 100

8. Pengertian gizi buruk adalah asupan zat gizi kurang dari kebutuhan tubuh

a. Tahu b. Tidak Tahu

27 27

50,0 50,0

Total 54 100

9. Penyebab terjadinya gizi buruk adalah kurangnya makanan bergizi dan seimbang yang dikonsumsi balita

a. Tahu b. Tidak Tahu

15 39

27,8 72,2

Total 54 100

10. Balita merupakan kelompok usia yang rentan terhadap penyakit akibat kekurangan gizi

a. Tahu b. Tidak Tahu

15 39

27,8 72,2

Total `54 100

11. Ciri-ciri balita yang terkena gizi buruk adalah rambut berwarna merah, perut buncit, kulit keriput, wajah seperti orang tua

a. Tahu b. Tidak Tahu

10 44

18,5 81,5

Total 54 100

12. Gizi buruk yang lama dapat menghambat tumbuh kembang balita

a. Tahu b. Tidak Tahu

9 45

16,7 83,3

Total 54 100

13. Gizi buruk dapat menurunkan tingkat kecerdasan/IQ balita a. Tahu

b. Tidak Tahu

9 45

16,7 83,3

Total 54 100

14. Jika gizi buruk tidak segera ditangani maka akan menyebabkan kematian pada balita

a. Tahu b. Tidak Tahu

10 44

18,5 81,5


(55)

15. Suatu penyakit misalnya diare dapat menyebabkan balita mengalami gizi buruk

a. Tahu b. Tidak Tahu

10 44

18,5 81,5

Total 54 100

16. Keadaan gizi buruk dapat menyebabkan balita mudah terserang penyakit

a. Tahu b. Tidak Tahu

10 44

18,5 81,5

Total 54 100

17. Balita harus dibawa setiap bulan secara rutin ke posyandu untuk dipantau tumbuh kembangnya

a. Tahu b. Tidak Tahu

12 42

22,2 77,8

Total 54 100

18. Penyuluhan di posyandu penting untuk mendapatkan informasi tentang kesehatan pada balita

a. Tahu b. Tidak Tahu

13 41

24,1 75,9

Total 54 100

19. Balita harus diimunisasi untuk meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit

a. Tahu b. Tidak Tahu

18 36

33,3 66,7

Total 54 100

20. Pencegahan gizi buruk pada balita adalah memberi makanan bergizi, memberikan ASI sampai usia 2 tahun, membawa balita ke pelayanan kesehatan bila sakit

a. Tahu b. Tidak Tahu

20 34

37,0 63,0

Total 54 100

21. Penanggulangan gizi buruk pada balita di posyandu dengan pemberian makanan tambahan dan susu

a. Tahu b. Tidak Tahu

21 33

38,9 61,1

Total 54 100

Berdasarkan tabulasi distribusi uraian variabel pengetahuan setelah dilakukan pengkategorian sesuai dengan jawaban responden maka hasil yang diperoleh adalah pengetahuan responden tentang gizi buruk terbanyak berada pada kategori buruk,


(56)

yaitu sebanyak 32 responden (59,3%). Secara lebih terinci terlihat pada Tabel 4.9. di bawah ini:

Tabel 4.9. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Pengetahuan tentang Gizi Buruk

No Pengetahuan Jumlah Persentase (%)

1. Buruk 32 59,3

2. Sedang 15 27,8

3. Baik 7 13,0

Jumlah 54 100

4.3. Deskripsi Sosial Ekonomi Responden

Distribusi responden berdasarkan pendidikan terbanyak pada tingkat pendidikan rendah (tidak tamat SD dan SD) yaitu sebanyak 43 responden (79,6%), pendidikan sedang sebanyak 11 responden (20,4%), dan pendidikan tinggi tidak ada. Distribusi responden berdasarkan pekerjaan yaitu yang tidak bekerja sebanyak 23 responden (42,6%), sedangkan yang bekerja sebanyak 31 responden (57,4%).

Distribusi responden berdasarkan pendapatan keluarga yaitu ≤ UMP sebanyak 16 responden (29,6%), sedangkan pendapatan ≥ UMP sebanyak 38 responden (70,4%). Distribusi responden berdasarkan jumlah anak yaitu ≤ 2 orang sebanyak 13 responden (24,1%), dan jumlah anak >2 orang sebanyak 41 responden (75,9%). Distribusi responden berdasarkan sosial ekonomi secara lebih rinci dapat dilihat pada Tabel 4.10. di bawah ini:

Tabel 4.10. Distribusi Responden Berdasarkan Sosial Ekonomi

Pendidikan Jumlah Persentase (%)

Kriteria Pendidikan

1. Tidak Sekolah 25 46,3

2. Tamat SD 18 33,3

. Tamat SLTP 4. Tamat SLTA

6 5

11,1 9,3


(57)

5. Tamat Akademi/Perguruan Tinggi 0 0

Jumlah 54 100

Kategori Pendidikan

1. Rendah 43 79,6

2. Sedang 11 20,4

3. Tinggi 0 0

Jumlah 54 100

Pekerjaan

1. Tidak bekerja 23 42,6

2. Bekerja 31 57,4

Jumlah 54 100

Pendapatan keluarga

1. ≤ UMP 38 70,4

2. > UMP 16 29,6

Jumlah 54 100

Jumlah anak

1. 1-2 orang (Keluarga Kecil) 13 24,1

2. > 2 orang (Keluarga Besar) 41 75,9

Jumlah 54 100

4.4. Deskripsi Pencegahan Responden

Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 11 responden (79,6%) memberikan makanan beraneka ragam pada balita (jenis sayur, ikan dan buah), sedangkan sebanyak 42 responden (20,4%) tidak memberi makanan beraneka ragam pada balita. Responden yang mendampingi balita saat makan sebanyak 34 responden (63%), sedangkan 20 responden (37%) tidak mendampingi balita saat makan.

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 30 responden (55,6%) yang memberi makan balita 3 kali dalam sehari, sedangkan 24 responden (44,4%) tidak memberi makan balita 3 kali dalam sehari. Sebanyak 37 responden (68,5%) menjawab waktu pemberian makan balita secara teratur, sedangkan 17 responden (31,5%) memberi makan balita secara tidak teratur.


(58)

Sebanyak 37 responden (68,5%) menjawab balita menghabiskan porsi makan setiap kali makan, sedangkan 17 responden (31,5%) balita mereka tidak menhabiskan porsi makan setiap kali makan. Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 46 responden (85,2%) menjawab makanan yang diberi tidak memenuhi syarat 4 sehat 5 sempurna, sedangkan 8 responden (14,8%) menjawab makanan yang diberi memenuhi syarat 4 sehat 5 sempurna.

Sebanyak 35 responden (64,8%) menyiapkan makanan untuk balita, sedangkan 19 responden (35,2) responden tidak menyiapkan makanan untuk balita. Sebanyak 45 responden (83,3%) tidak memberikan ASI saja pada balita sampai usia 6 bulan, sedangkan 9 responden (16,7%) memberikan ASI saja kepada balita sampai usia 6 bulan.

Sebanyak 49 responden (90,7%) tidak memberikan ASI kepada balita sampai usia 2 tahun, sedangkan 5 responden (9,3%) tetap memberikan ASI kepada balita sampai usia 2 tahun. Sebanyak 44 responden (81,5%) tidak memberikan makanan tambahan selain ASI kepada balita setelah usia 6 bulan, sedangkan 10 responden (18,5%) memberikan makanan tambahan selain ASI kepada balita setelah usia 6 bulan.

Sebanyak 47 responden (87,0%) tidak memberi susu pada balita setelah usia 2 tahun, sedangkan 7 responden (13,0%) tetap memberi susu pada balita setelah usia 2 tahun. Sebanyak 45 responden (85,3%) balita ibu tidak mengalami sakit dalam waktu yang lama, sedangkan 9 responden (14,7%) balita ibu mengalami sakit dalam waktu yang lama.


(59)

Sebanyak 43 responden (79,6%) tidak segera membawa balita berobat ke pelayanan kesehatan bila balita mengalami sakit, sedangkat 11 responden (20,4%) segera membawa balita berobat ke pelayanan kesehatan bila balita mengalami sakit. Sebanyak 42 responden (77,8%) tidak rutin membawa balita setiap bulan ke posyandu, sedangkan 13 responden (22,2%) rutin membawa balita setiap bulan ke posyandu.

Sebanyak 37 responden (68,5%) tidak pernah mengikuti penyuluhan kesehatan yang dilakukan petugas, sedangkan 17 responden (31,5%) pernah mengikuti penyuluhan kesehatan yang dilakukan petugas kesehatan. Sebanyak 37 responden (68,5%) tidak menerapkan nasehat yang dianjurkan petugas kesehatan, sedangkan 17 responden (31,5%) menerapkan nasehat yang dianjurkan petugas kesehatan.

Sebanyak 29 responden (53,7%) menjawab balita telah mendapatkan imunisasi dasar lengkap, sedangkan 25 responden (46,3%) menjawab balita tidak mendapatkan imunisasi dasar lengkap.

Tabel 4.11. Distribusi Responden Berdasarkan Uraian Pencegahanterhadap Gizi Buruk

No Pernyataan f (%)

1 Ibu selalu memberi makanan yang beraneka ragam pada balita (jenis sayur, lauk-pauk dan buah)

a. Ya b. Tidak

11 42

79,6 20,4

Total 54 100

2. Ibu selalu mendampingi balita saat makan a. Ya

b. Tidak

34 20

63,0 37,0

Total 54 100

3 Balita makan tiga kali dalam sehari


(1)

apakah balita selalu menghabiskan porsi makanan setiap kali makan?

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 37 68.5 68.5 68.5

ya 17 31.5 31.5 100.0

Total 54 100.0 100.0

apakah makanan yang diberi selalu memebuhi syarat 4 sehat 5 sempurna?

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 46 85.2 85.2 85.2

ya 8 14.8 14.8 100.0

Total 54 100.0 100.0

apakah ibu selalu menyiapkan makanan untuk balita?

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 35 64.8 64.8 64.8

ya 19 35.2 35.2 100.0

Total 54 100.0 100.0

apakah sebelumnya ibu hanya memberikan asi saja kepada bayi selama usia 0-6 bulan?

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 45 83.3 83.3 83.3

ya 9 16.7 16.7 100.0

Total 54 100.0 100.0

apakah ibu tetap memberikan ASI kepada balita sampai usia 2 tahun?

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 49 90.7 90.7 90.7

ya 5 9.3 9.3 100.0

Total 54 100.0 100.0

apakah sebelumnya ibu memberikan makanan tambahan selain ASI kepada apakah balita ibu tetap minum susu setiap hari setelah usia 2 tahun?

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 47 87.0 87.0 87.0

ya 7 13.0 13.0 100.0


(2)

apakah balita ibu pernah mengalami sakit dalam waktu yang lama?

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 45 83.3 83.3 83.3

ya 9 16.7 16.7 100.0

Total 54 100.0 100.0

apakah ibu selalu membawa balita berobat ke pelayanan kesehatan bila balita mengalami sakit?

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 43 79.6 79.6 79.6

ya 11 20.4 20.4 100.0

Total 54 100.0 100.0

apakah ibu rutin membawa balita setiap bulan ke posyandu?

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 42 77.8 77.8 77.8

ya 12 22.2 22.2 100.0

Total 54 100.0 100.0

apakah ibu rutin menimbang berat badan balita setiap bulan?

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 40 74.1 74.1 74.1

ya 14 25.9 25.9 100.0

Total 54 100.0 100.0

apakah ibu pernah mengikuti penyuluhan kesehatan yang dilakukan oleh petugas kesehatan?

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 37 68.5 68.5 68.5


(3)

apakah balita telah mendapatkan imunisasi dasar lengkap?

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 29 53.7 53.7 53.7

ya 25 46.3 46.3 100.0

Total 54 100.0 100.0

pencegahan ibu terhadap gizi buruk

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 19 13 24.1 24.1 24.1

20 17 31.5 31.5 55.6

21 7 13.0 13.0 68.5

22 1 1.9 1.9 70.4

26 3 5.6 5.6 75.9

27 5 9.3 9.3 85.2

28 1 1.9 1.9 87.0

35 5 9.3 9.3 96.3

36 2 3.7 3.7 100.0

Total 54 100.0 100.0

pencegahan ibu terhadap gizi buruk

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid buruk 38 70.4 70.4 70.4

sedang 9 16.7 16.7 87.0

baik 7 13.0 13.0 100.0


(4)

Correlations

Correlations

** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). * Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

pencegahan ibu terhadap gizi buruk pendidikan kategori pendapatan

kategori pekerjaan

jumlah anak pengetahu an ibu tentang gizi buruk pencegah an ibu terhadap gizi buruk Pearson

Correlation 1 .733(**) .909(**) -.116 -.272(*) .866(**)

Sig. (2-tailed) . .000 .000 .402 .046 .000

N 54 54 54 54 54 54

pendidika n kategori

Pearson

Correlation .733(**) 1 .610(**) -.122 -.468(**) .780(**)

Sig. (2-tailed) .000 . .000 .378 .000 .000

N 54 54 54 54 54 54

pendapata n kategori

Pearson

Correlation .909(**) .610(**) 1 -.218 -.231 .809(**)

Sig. (2-tailed) .000 .000 . .113 .093 .000

N 54 54 54 54 54 54

pekerjaan Pearson

Correlation -.116 -.122 -.218 1 .216 -.192

Sig. (2-tailed) .402 .378 .113 . .117 .165

N 54 54 54 54 54 54

jumlah anak

Pearson

Correlation -.272(*) -.468(**) -.231 .216 1 -.366(**)

Sig. (2-tailed) .046 .000 .093 .117 . .007

N 54 54 54 54 54 54

pengetahu an ibu tentang gizi buruk Pearson Correlation

.866(**) .780(**) .809(**) -.192 -.366(**) 1

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .165 .007 .


(5)

Regression

Variables Entered/Removed(b)

Model

Variables Entered

Variables

Removed Method 1

pengetahua n ibu tentang gizi buruk, jumlah anak, pendidikan kategori, pendapatan kategori(a)

. Enter

a All requested variables entered.

b Dependent Variable: pencegahan ibu terhadap gizi buruk

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .944(a) .890 .881 .247

a Predictors: (Constant), pengetahuan ibu tentang gizi buruk, jumlah anak, pendidikan kategori, pendapatan kategori

ANOVA(b)

Model

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

1 Regressio

n 24.221 4 6.055 99.480 .000(a)

Residual 2.983 49 .061

Total 27.204 53

a Predictors: (Constant), pengetahuan ibu tentang gizi buruk, jumlah anak, pendidikan kategori, pendapatan kategori


(6)

Coefficients(a)

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) -.733 .239 -3.063 .004

pendidikan

kategori .356 .140 .202 2.536 .014

pendapatan

kategori .963 .128 .608 7.500 .000

jumlah anak .080 .089 .048 .896 .375

pengetahuan ibu tentang gizi buruk

.233 .102 .234 2.286 .027


Dokumen yang terkait

Pengaruh Faktor Pengetahuan Ibu dan Sosial Ekonomi Keluarga terhadap Tindakan Ibu dalam Pencegahan Gizi Buruk pada Balita di Kelurahan Siti Rejo III Kecamatan Medan Amplas Tahun 2010

1 43 78

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Buruk Pada Balita di wilayah kerja puskesmas Ciputat Timur

2 7 136

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG PENCEGAHAN DIARE PADA BALITA DI DESA GLADAGSARI Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Peningkatan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Tentang Pencegahan Diare Pada Balita Di Des

0 0 19

HUBUNGAN ANTARA PENDAPATAN KELUARGA DAN PENGETAHUAN GIZI IBU DENGAN STATUS GIZI BALITA DI DESA SELODOKO Hubungan Antara Pendapatan Keluarga Dan Pengetahuan Gizi Ibu Dengan Status Gizi Balita Di Desa Selodoko Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali.

0 3 17

PENGARUH FAKTOR SOSIAL EKONOMI IBU TERHADAP STATUS GIZI BALITA DI KABUPATEN MERANGIN.

0 0 1

Makalah Gizi Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi Ibu Terhadap Status Gizi Balita

0 0 26

PENGARUH KONSELING GIZI DENGAN MEDIA BOOKLET TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN IBU DALAM UPAYA PENCEGAHAN GIZI BURUK BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PUUWATU KOTA KENDARI TAHUN 2017

2 3 12

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan Gizi Pada Ibu Balita Gizi Buruk

0 0 16

View of HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG GIZI DENGAN KELUARGA SADAR GIZI (KADARZI) PADA BALITA DESA CIKONENG

0 0 15

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI BURUK PADA BALITA DI DESA BLANG JAMBEE KECAMATAN JULOK KABUPATENACEH TIMUR TAHUN 2015

0 1 9