Latar Belakang Penelitian PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Penelitian

Pemilihan Kepala Desa yang sering disingkat dengan Pilkades mungkin bukan istilah yang asing lagi untuk saat ini. Sebagai wadah untuk menampung aspirasi politik masyarakat sekaligus sarana pergantian atau kelanjutan pemerintahan desa pilkades diharapkan mampu memenuhi keinginan dan harapan masyarakat desa tertentu, untuk mengangkat calon yang layak sebagai kepala desa. Pilkades merupakan sebuah instrumen dalam pembentukan pemerintahan modern dan demokratis. Pesta demokrasi yang dilakukan ditingkat wilayah terkecil ini pada dasarnya sudah diatur oleh peraturan perundang-undangan pemerintah tentang tata cara penyelenggaraan pilkades. Sehingga seluruh rangkaian tahapan-tahapannya mulai dari pembentukan panitia pilkades sampai pada pelantikan kepala desa terpilih diharapkan sesuai dengan ketentuan yang sudah ditetapkan. Dengan demikian proses pemilihan kepala desa akan berjalan dengan baik tanpa mempengaruhi keutuhan masyarakat. Dan harapan masyarakat dapat terpenuhi untuk terpilihnya kepala desa yang baru dan dinyatakan layak untuk memimpin dan menjalankan roda pemerintahan desa. Hal inilah yang didambakan oleh setiap masyarakat desa demi terciptanya keadaan yang kondusif. Namun dalam prakteknya pilkades yang sudah diatur oleh perundang-undangan pemerintah untuk saat ini sangat sulit terselenggara dengan lancar dan berkualitas karena bermainnya faktor-faktor kepentingan politik, kepentingan untuk ingin berebut kekuasaan ketimbang hakikat yang diingini oleh pilkades yaitu pemerintahan desa Universitas Sumatera Utara yang legitimate 1 . Disamping itu penyelenggaraan pilkades juga tersentuh dan tidak terlepas dari pengaruh kebudayaan 2 Desa Sosor Mangulahi yang berada di Kabupaten Humbang Hasundutan dikenal masih sangat homogen yang mana hanya terdapat Etnis Batak Toba dan didominasi oleh Agama Kristen Protestan. Masyarakatnya terdiri dari tiga marga masyarakat desa. Sehingga sering kali budaya sangat berperan didalamnya. Seiring dengan hal ini didalam pelaksanaan pilkades tidak jarang menuai kericuhan dan konflik. Di dalam penyelenggaraan pesta demokrasi ini terdapat banyak masalah dan persoalan sebagai gejala awal konflik pilkades. yang diwarnai dengan kericuhan, kekerasan, yang dapat merusak keutuhan dan eksistensi masyarakatnya. Situasi yang memprihatinkan ini tidak jarang lagi terjadi di berbagai daerah desa yang terdapat di Tanah Air Indonesia. Seperti misalnya yang terjadi di Desa Sosor Mangulahi Kabupaten Humbang Hasundutan. Proses pelaksanaan pilkades diwarnai dengan persaingan tidak sehat, kericuhan, kekerasan yang akhirnya menuai konflik. 3 1 Legitimate merupakan pemerintahan yang sah ataupun resmi dan diakui oleh masyarakat maupun secara hukum. Lihat, Haw Widjaja, Pemerintahan Desa dan Administrasi Desa , 1996. Jakarta, PT. Raja Grafindo. 2 Kebudayaan memiliki defenisi yang cukup kaya dan belum dapat dirangkumkan menjadi satu konsep, karena para ahli mengartikannya berbeda antara satu dengan yang lainnya. Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan cara belajar. Lihat, Koentjaraningrat, Sejarah Teori Antropologi I 1990, Jakarta. UI-Press. 3 Marga bagi orang batak merupakan nilai ataupun harga sekaligus keabsahannya selaku orang batak, sehingga tidak ada orang batak yang tidak bermarga. Marga secara silsilah ataupun tarombo batak juga dapat mengetahui derajat atau posisi seseorang itu mulai dari nenek moyangnya dengan mengacu pada sistem kekerabatan. Dan pada dasarnya marga sudah mempunyai makna tersendiri dan sejarahnya masing-masing. Lihat, Bungaran Antonius Simanjuntak, Sruktur Sosial dan Sistem Politik Batak Toba hingga 1945 2006, : 79. Jakarta, Yayasan Obor Indonesia. besar yaitu Purba, Manalu, Simamora. Pada Silsilah Marga Batak Toba ketiga marga tersebut diatas adalah satu, yang artinya memiliki ikatan kekeluargaan yang cukup kuat dan dekat. Ketiganya bersaudara yang sangat sulit untuk dipisahkan oleh siapapun. Tetapi Universitas Sumatera Utara kuatnya ikatan tersebut melemah ketika bersinggungan dengan pilkades sehingga terpecahbelah sepertinya tidak ada lagi nilai-nilai kekeluargaan yang tidak sesuai dengan hakekat ketiga marga tersebut, yang ditandai dengan adanya persaingan politik yang tidak sehat diantara ketiga marga tersebut. Dalam hal ini kebudayaan bersinggungan dengan kepentingan politik. Sehingga masyarakat lupa diri akan pentingnya kekeluargaan dan kebudayaan demi kepentingan politik yaitu memenangkan calon mereka masing-masing dan berusaha untuk mengalahkan calon yang lain sebagai lawan politiknya. Situasi seperti ini mengundang penulis untuk mengulas dan mengkaji lebih mendalam. Apa sebenarnya yang terjadi di tengah-tengah masyarakat desa, sekaligus bagaimana penyelesaian konflik yang terjadi. secara khusus penulis juga ingin melihat bagaimana kebudayaan berperan didalamnya dalam hal mengatasi dan menyelesaikan konflik tersebut. Konflik pilkades dan penyelesaiannya sebagai judul penelitian, tentunya memiliki latar belakang ataupun penjelasan tentang alasan-alasan sehingga penelitian layak untuk dilakukan. Seiring dengan hal diatas, dalam bab ini juga akan dimuat ketertarikan peniliti terhadap objek penelitian, yang berawal dari adanya gejala-gejala sosial meggambarkan ketidakcocokan dan ketidakharmonisan ditengah-tengah masyarakat. Seperti misalnya retaknya komunikasi antara satu dengan yang lain, bahkan yang bersaudara sekalipun, semakin berkurangnya nilai-nilai kekeluargaan diantara warga masyarakat, bahkan adanya kecenderungan mereka untuk membentuk kelompok-kelompok tertentu dan tidak bersatu lagi, sampai pada pertikaian, konflik yang terlihat dari perkelahian dan masih banyaknya masalah yang lainnya. Gejala- gejala sosial seperti disebutkan diatas sudah terjadi sebelum pelaksanaan pilkades. Yang selalu menghebohkan masyarakatnya dalam menantikan pelaksanaannya. Keinginan peneliti untuk mengulas lebih mendalam objek penelitian dalam hal ini Universitas Sumatera Utara pilkades merupakan respon dari gejala-gejala sosial yang timbul ditengah masyarakat khususnya pada warga Desa Sosor Mangulahi, sebagai lokasi penelitian saya. Gejala- gejala sosial dimaksud timbul sebagai persoalan baru yang mampu mempengaruhi masyarakat. Seperti yang dijelaskan diatas terjadi hubungan-hubungan sosial yang sebelumnya tidak pernah terjadi baik antar individu maupun antar kelompok. Peneliti melihat hal ini sebagai sebuah pendekatan politik yang berusaha mempengaruhi pihak-pihak yang lain. Yang jelasnya terdapat kepentingan-kepentingan atau kekuasaan 4 4 Kekuasaan adalah kemampuan seseorang atau kelompok untuk mempengaruhi tingkah laku orang atau kelompok lain sesuai dengan keinginan dari pelaku Miriam Budiardjo,2002 Kekuasaan merupakan kemampuan mempengaruhi pihak lain untuk berpikir dan berperilaku sesuai dengan kehendak yang mempengaruhi Ramlan Surbakti,1992. dan politik sedang dijalankan oleh pihak tertentu. Masyarakat desa juga masyarakat yang berpolitik, yang menjalankan kekuasaan-kekuasaannya melalui hubungan tertentu. Kumpulan marga pada masyarakat batak misalnya mungkin salah satu wadah untuk menampung aspirasi politiknya. mulanya saya meneropong pilkades itu adalah jembatan untuk mencapai sebuah kedudukan atau kakuasaan, yang mana penyelenggaraannya sudah diatur oleh undang-undang. ternyata kacamata itu tidak sesuai dengan apa yang terjadi di lapangan. Pelaksanaan pilkades dimaksud lebih dipengaruhi oleh person-person yang ada didalamnya, termasuk calon-calon yang ada, para pendukung masing-masing calon, dan juga pihak yang terlibat melalui cara- cara tertentu. Sehingga terjadi gejala-gejala sosial seperti pembentukan kelompok- kelompok tertentu, hubungan yang kurang baik, saling mencari kelemahan lawan, menunjukkan kemampuan masing-masing, bahkan terjadinya konflik dan kekerasan. Banyaknya persoalan yang timbul dalam masyarakat lebih mengarah pada kepentingan politik. Organisasi-organisasi masyarakat tidak lagi diarahkan untuk menampung aspirasi dan menjalin kerjasama tetapi lebih dimanfaatkan untuk Universitas Sumatera Utara kekuatan politik sekaligus tujuan politik. Dari rangkaian gejala-gejala sosial yang timbul melahirkan sebuah keingintahuan bagi peneliti untuk mencari eksplanan penjelasannya sekaligus mengangkat pilkades sebagai objek penelitian eksplanandum. Bagaimana konflik terjadi sementara masyarakat yang saya kaji adalah masyarakat Batak Toba, yang masih bersifat homogen, apa yang melatar- belakangi hal tersebut akan menjadi tugas peneliti. Antropologi politik mengatakan kekerabatan mempengaruhi kekuasaan dan keduanya saling berkaitan. Hal ini dikarenakan oleh pentingnya kekerabatan sebagai kekuatan politik sehingga manipulasi kekerabatan merupakan strategi politik. Pemilihan kepala desa pilkades merupakan proses untuk memilih atau dipilihnya orang yang mampu untuk memimpin jalannya roda pemerintahan di wilayah desa tertentu sesuai dengan aturan dan ketentuan yang berlaku. Proses sosial ini tentunya memberikan kesempatan dan hak yang sama kepada warga masyarakat desa untuk menunjukkan partisipasi politiknya, baik sebagai hak pilih maupun sebagai hak untuk dipilih. Adanya persamaan hak diantara warga masyarakat akan menimbulkan persaingan sosial untuk memperoleh kekuasaan yang diinginkan dengan berbagai cara dan usaha untuk mencapai tujuan tersebut. Masing-masing person akan melakukan pendekatan tersendiri terhadap masyarakat dengan maksud untuk menarik perhatian dan simpati warga. Dengan demikian person tersebut mengharapkan suara warga untuk mendukung dan memilihnya. Person sebagai calon kepala desa yang juga sebagai bagian dari warga desa tertentu dituntut untuk menjalin komunikasi dan hubungan yang baik terhadap warga yang lain. Yang terdiri dari individu, kelompok sosial, lembaga sosial, norma-norma sosial, dan lapisan-lapisan sosial atau stratifikasi sosial. Dengan memulai dari lingkungan keluarga dan kerabat terdekat sebagai kekuatan politik yang pertama. Seperti yang dikemukakan diatas Universitas Sumatera Utara bahwa kekuasaan dan kekerabatan merupakan dua hal yang saling berkaitan dan berpengaruh bahkan saling mendukung dalam konteks politik. Mengingat kekerabatan merupakan sebuah sistem melibatkan sangat banyak orang yang terdapat didalamnya dan masih adanya hubungan darah ataupun hubungan kekeluargaan memungkinkan seseorang lebih mudah untuk melakukan pendekatan dengan cepat. Dan kegagalan seseorang didalam menjalin hubungannya terhadap kerabat dekatnya akan menimbulkan kesulitan untuk mencapai dukungan dari pihak lain. Dan hal inilah yang biasanya memicu konflik dan menciptakan persoalan baru. Masyarakat desa yang pada umumnya masih menjung-jung tinggi nilai-nilai kekeluargaan terlebih hubungan darah. Sesuatu yang mustahil untuk memilih orang lain apabila masih ada orang yang lebih dekat dalam artian masih adanya pertalian darah. Kentalnya rasa solidaritas pada masyarakat desa pada sisi lain merupakan sebuah kelemahan untuk menentukan pilihan nantinya dalam konteks politik, baik sebelum pemilihan kades, pada saat pilkades maupun sesudah terlaksananya pemilihan tersebut. Hal ini terjadi di dukung oleh adanya kesempatan dan hak yang sama bagi setiap warga untuk memilih dan juga untuk dipilih. Pemilihan kepala desa sebagai sebuah proses terdiri dari beberapa tahapan- tahapan dan memerlukan waktu sesuai dengan tahapan yang ada. Mulai dari rapat yang dihadiri oleh kepala desa, lembaga musyawarah desa dan camat dua bulan sebelum berakhirnya masa jabatan. Setelah itu rapat dipimpin oleh kepala desa untuk menyusun kepanitiaan pencalonan dan pelaksanaan pilkades selanjutnya membahas hal-hal yang berkaitan dengan pemilihan misalnya pembiayaan. Hasilnya diajukan kepada Bupati kepala daerah tingkat dua untuk memperoleh pengesahan. Kemudian panitia akan menentukan jadwal pelaksanaan pemilihan dengan syarat sudah mempersiapkan segala sesuatunya sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pada tahap Universitas Sumatera Utara pencalonan panitia akan mengadakan pendaftaran, dan disahkan sesuai dengan persyaratan administratif, yang akan diumumkan dipapan pengumuman yang terbuka dengan mencantumkan nama-nama bakal calon dan daftar pemilih yang telah disahkan. Setelah mengetahui orang-orang yang bakal calon, keadaan akan mengalami perubahan ditengah masyarakat. Perubahan dalam hal ini ditandai oleh hubungan dan jalinan komunikasi diantara warga desa sudah berkurang. Dan yang lebih memprihatinkan adalah mereka cenderung membentuk kelompok-kelompok sesuai dengan jumlah calon yang ada. Berkurangnya hubungan yang baik tidak hanya diantara para calon saja tetapi juga diantara masyarakat pendukung masing-masing calon. Dalam konteks ini hubungan antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, kelompok dengan kelompok ataupun sebaliknya sudah tidak eksis lagi. Tetapi hubungan itu hanya ada diantara mereka yang mempunyai calon yang sama. Masyarakat telah terkotak-kotak sesuai dengan calon yang ada dan interaksi sosial menunjukkan adanya nilai-nilai budaya yang mengalami pergeseran dan perubahan kearah yang kurang baik. Penulis juga melihat terjadinya konflik sosial ini mempengaruhi pada semua aspek kehidupan sehari-hari masyarakat. Yang secara keseluruhannya berdampak terhadap hubungan sosial masyarakat. bahkan hubungan diantara anggota masyarakat yang bersaudarapun terpengaruh oleh keadaan itu, sehingga nilai kekeluargaan dan hubungan darah sudah luntur dan sangat memprihatinkan. Karena calon-calon yang ada pada dasarnya merupakan orang-orang yang masih ada hubungan kekerabatan dan kekeluargaan. Hal inilah yang menjadi daya tarik sekaligus latar belakang sehingga penelitian sangat perlu dilakukan. Universitas Sumatera Utara

I.2. Masalah dan Fokus Penelitian