I.2. Masalah dan Fokus Penelitian
Dari gambaran di atas kajian ini berupaya untuk memahami anatomi konflik pilkades yang terjadi di Desa Sosor Mangulahi Kabupaten Humbang Hasundutan dan
juga proses penyelesaiannya. Masyarakat Desa Sosor Mangulahi masih bersifat
homogen yaitu Etnis Batak Toba menganut Agama Kristen Protestan. Terdiri dari tiga marga besar antara lain Purba, Manalu, Dan Simamora. Adapun marga selain itu
adalah orang-orang pendatang yang sudah lama berdomisili, berjumlah sangat sedikit dibandingkan ketiga marga tersebut.
Masyarakat Desa Sosor Mangulahi masih mempunyai ikatan darah kekeluargaan yang sangat kuat, ternyata tidak menjadi faktor pendukung ataupun kemudahan dalam
melaksanakan partisipasi politik masyarakat, yakni pemilihan kepala desa. Pada pemilihan kepala desa yang sudah berlalu tidak jarang ditemukannya berbagai konflik
dan persoalan-persoalan sosial. Seperti rusaknya hubungan-hubungan sosial, tanpa memandang kekeluargaan disamping itu pernah juga terjadi kekerasan, anarkis,
ancaman, perkelahian dan berbagai masalah lainnya. Penelitian diharapkan mampu untuk mengulas ataupun mengkaji, mendalami secara deskriptif bagaimanakah
anatomi konflik serta bagaimana konflik pilkades dapat diselesaikan pasca pilkades dan untuk saat ini termasuk peranan kebudayaan masyarakat didalamnya. Dengan
demikian maka masalah dan fokus penelitian dapat diperjelas melalui pertanyaan di bawah ini :
1. Mengapa dalam penyelenggaraan pilkades di Desa Sosor Mangulahi masih
terjadi konflik, sementara masyarakatnya masih terikat dengan kekeluargaan dan kekerabatan yang sangat kuat.
2. Bagaimanakah langkah-langkah penyelesaian konflik pilkades sehingga
keutuhan masyarakat bisa kembali seperti sebelumnya.
Universitas Sumatera Utara
I.3. Tujuan Dan Manfaat Penelitian
I.3.1. Tujuan penelitian
Pada hakekatnya penelitian ini dilatarbelakangi oleh timbulnya persoalan- persoalan politik, masalah-masalah sosial, hubungan-hubungan yang terjadi,
ketidakcocokan di tengah masyarakat baik individu dengan individu maupun individu dengan kelompok atau sebaliknya yang bersumber sosial, politik. Sehingga dengan
adanya penelitian ini diharapkan mampu untuk mengkaji masalah dan konflik yang terjadi dalam masyarakat, dalam kaitannya dengan pemilihan kepala desa pilkades.
Disamping itu penelitian ini juga dimaksudkan bertujuan untuk menjawab berbagai masalah penelitian yang ada, yaitu: untuk mengetahui dengan jelas latar belakang
ataupun penyebab konflik beserta penyelesaiannya. Dengan cara itu diharapkan akan tergambar anatomi
5
Penelitian ini diharapkan bermanfaat dalam menambah ataupun memperkaya tulisan ilmiah mengenai pelaksananan pemilihan kepala desa pilkades, kekuasaan-
kekuasaan yang terjadi di desa, ataupun kajian antropologi politik menyangkut konflik. Maka selanjutnya masyarakat luas secara umum dan masyarakat Desa Sosor
Mangulahi secara khusus mengetahui bagaimana penyelenggaraan pemilihan kepala desa berjalan lancar tanpa menuai konflik. Sehingga kedepannya masyarakat Desa
Sosor Mangulahi diharapkan mampu untuk melaksanakan pilkades dengan tetap konflik pilkades, sehingga peneliti mampu memberikan
sumbangsih pemikiran kepada masyarakat sesuai dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi, Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian.
I.3.2. Manfaat Penelitian
5
Anatomi konflik : merupakan susunan, sistematika, urutan bisa juga kronologis dan proses terjadinya
konflik mulai dari tahap awal sampai tahap akhir yaitu penyelesaiannya. Untuk memahami lebih jelasnya Lihat, Laode Ida, Anatomi Konflik 1996, Jakarta, Pustaka Sinar Harapan.
Universitas Sumatera Utara
menjaga nilai-nilai kekeluargaan, nilai-nilai budaya yang pada hakekatnya cukup kuat dan kokoh. Mencegah konflik secara dini dan tidak akan melunturkan nilai
budaya demi kepentingan politik dan kekuasaan. Jelasnya pemilihan kepala desa harus menjadi pemersatu masyarakat dan bukan sebagai gejala sosial yang
memecahkan kesatuan masyarakat desa. Pada akhirnya akan tercapai masyarakat yang aman dan sentosa.
Universitas Sumatera Utara
I.4. Tinjauan Pustaka.
Konflik sosial belakangan ini sudah semakin marak di Tanah Air Indonesia bahkan kedunia Internasional yang cukup mempengaruhi aspek-aspek kehidupan
masyarakat. Sehingga mendapat perhatian dari berbagai pihak terkait termasuk para ahli dibidangnya. Pada dasarnya konflik itu adalah pertentangan dan akan musnah
bersamaan dengan hilangnya umat manusia dari permukaan bumi. Hal ini sesuai dengan pendapat Dahrendorf
6
dalam poloma, 1994 : “Konflik merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
kehidupan masyarakat. Masyarakat tidak mungkin melepaskan diri dari konflik, karena konflik itu sendiri
sejalan dengan dinamika kehidupan manusia dalam perubahan sosial. Konflik antar perorangan dan antar
kelompok merupakan bagian sejarah kehidupan umat manusia. Berbagai macam keinginan seseorang dan
kelompok yang tidak terpenuhi seringkali berakhir dengan konflik. Konflik juga akan selalu ada pada setiap
masyarakat karena konflik merupakan gejala sosial”.
Demikian halnya dengan pemilihan kepala desa di Desa Sosor Mangulahi yang menuai konflik bersumber sosial politik, tidak terlepas dari masyarakat desa tersebut
selaku subjek dari konflik yang terjadi. Terdapat persaingan antara satu dengan yang lainnya untuk mencapai tujuan yang mereka inginkan masing-masing. Dalam
Sumber : Erna Lamsihar Nainggolan “Konflik Antar Remaja”, skripsi Antropologi 2004 halm 1.
6
Pendapat Dahrendorf Dalam Poloma, 1994 diatas, saya kutip dari Erna Lamsihar Nainggolan “Konflik Antar Remaja”, skripsi Antropologi 2004 halm 1.
Universitas Sumatera Utara
menjalankan persaingan tersebut seringkali terjadi tindakan-tindakan sebagai upaya penting yang merugikan pihak lain. Keadaan inilah pada akhirnya akan menuai
konflik ditengah-tengah masyarakat. Kata konflik tersebut mengacu kepada perkelahian., perlawanan dan
pertentangan dimana dua orang atau kelompok berusaha menyingkirkan pihak lain dengan jalan menghancurkan atau membuatnya tidak berdaya Hendropuspito, 1989:
240. Hal senada disampaikan oleh Coser dalam Suparlan, 1999 yang mana pengertian konflik adalah perjuangan antar individu atau kelompok untuk
memenangkan sesuatu tujuan yang sama-sama ingin mereka capai. Dimana kekalahan dan kehancuran dipihak lawan, merupakan tujuan utama yang ingin mereka capai.
Dengan demikian konflik ibarat sebuah permainan. Timbulnya konflik adalah adanya pihak tertentu yang terlibat dalam konflik bukan untuk mencapai suatu tujuan
melainkan untuk menikmati konflik itu sendiri. Maka inti dari konflik itu adalah menyangkut masalah perbedaan dan pertentangan antar individu yang akhirnya
merebak menjadi konflik sosial. Konflik yang sedang marak saat sekarang ini dan sangat kaya untuk dikaji secara lebih mendalam adalah konflik politik. Dimana-mana
politik sudah semakin mendominasi aspek kehidupan masyarakat Indonesia, termasuk diwilayah tingkat pedesaan yang selalu dihadapkan dengan Pemilihan
Kepala Desa Pilkades. Yang sangat memprihatinkan lagi adalah pelaksanaannya yang dapat memecahkan masyarakat dan keluarga. Seperti halnya kutipan dibawah
ini, pemilihan kepala desa berujung pada konflik sosial tanpa memandang keluarga dan kerabat. Hal ini bisa menggambarkan Pemilihan Kepala Desa yang terjadi di Desa
Sosor Mangulahi sebagai lokasi penelitian saya.
Universitas Sumatera Utara
Kakak Adik pun Berseteru Dalam Pilkades Rahayu “Urusan berpolitik rupanya tak pandang garis
keturunan keluarga. Seorang calon kepala desa kades di Desa Rahayu Kec. Margaasih Kab. Bandung meminta
kepada Panitia Pemilihasn Kepala Desa PPKD Rahayu untuk membatalkan penetapan calon lainnya yang tak lain
adalah kakak kandungnya sendiri. Ia bahkan menilai PPKD bersikap tak independen hingga meloloskan kakaknya
menjadi calon kades. Ungkapan kekecewaan sang adik, H. Ansor Saeful Azhar, S.Sos., dilakukan dengan cara
mendatangi Sekretariat PPKD di Kantor Desa Rahayu, Senin 68. Ia tak sendiri, karena puluhan pendukungnya
juga ikut serta sembari melakukan iring-iringan kendaraan bermotor dari tempat tinggal Ansor di Kp. Kiaracondong
Desa Rahayu menuju kantor desa yang tak terlalu jauh jaraknya.Para pendukung Ansor melakukan orasi yang
bercampur kata-kata kasar menuntut PPKD Rahayu dibubarkan. Dengan membawa sejumlah spanduk, mereka
menuntut agar proses pilkades Rahayu dilakukan secara bersih. Tak hanya Sekretariat PPKD yang didemo, mereka
juga mendatangi kantor Kecamatan Margaasih dan Pemkab Bandung di Soreang. Kami menyerahkan surat pengaduan,
ada beberapa poin yang kami keluhkan. Salah satunya menyangkut keabsahan pembentukan PPKD serta
independensinya. Poin lainnya juga menyangkut pelolosan
Universitas Sumatera Utara
salah satu calon yang berstatus PNS, kakaknya. Ia mengaku akan mengutamakan asas musyawarah mufakat dalam
penyelesaian masalah itu. Namun demikian, Ketua BPD Rahayu, Mulawarman Sutan Rajo Nan Kayo, menilai
konflik itu dibuat oleh sejumlah pihak yang mengintervensi proses pilkades di Rahayu.
Konflik yang mendapat perhatian dari para ahli juga ditanggapi oleh berbagai media. Hal ini terlihat jelas dari banyaknya tulisan-tulisan yang terdapat pada situs
internet mengulas tentang konflik dan segala sesuatu yang berkaitan dengan konflik tersebut. Disamping itu masih banyak media-media lainnya berperan serta dalam
memperkaya kajian ini. Seperti yang dijelaskan melalui salah satu situs internet
id.wikipedia.orgwikiKonflik - 32k –03 April 2009: ”Konflik berasal dari kata kerja
Sumber : www.bandungkab.go.id “Kakak Adik pun Berseteru Dalam Pilkades Rahayu” 03 April 2009
Latin configere yang berarti saling memukul. maka konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih bisa juga kelompok dimana salah satu
pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya. Tidak satu masyarakatpun yang tidak pernah mengalami
konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri. Konflik
dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi. perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri fisik, kepandaian,
pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Dengan dibawasertanya
Kasus ini dikutip dari www.bandungkab.go.id “Kakak Adik pun Berseteru Dalam Pilkades Rahayu” Selasa, 07 Agustus 2007 Sumber : Pikiran Rakyat, 7 Agustus 2007.
Universitas Sumatera Utara
ciri-ciri individual dalam interaksi sosial, konflik merupakan situasi yang wajar dalam setiap masyarakat.
Pada prinsipnya konflik sesungguhnya tidak bisa dihindari oleh siapapun, namun yang paling penting adalah bagaimana cara untuk menyelesaikan konflik tersebut
supaya ancaman dan bahaya sebagai akibatnya dapat dicegah secara dini. Menurut Nader dan Todd 1978 : 9-10 dalam tulisan Ihromi 1993 : 210-212
ada beberapa tahap untuk mengatasi dan menyelesaikan terjadinya konflik, yaitu : 1.
Membiarkan saja lumping it : pihak yang merasakan perlakuan tidak adil, gagal dalam upaya menekan tuntutannya. Seseorang mengambil keputusan
untuk mengabaikan saja karena berbagai kemungkinan seperti kurangnya informasi mengenai bagaimana proses mengajukan keluhan itu ke pengadilan,
atau sengaja tidak diproses ke pengadilan karena diperkirakan bahwa kerugian lebih besar dari keuntungannya dalam arti materil maupun kejiwaan.
2. Mengelak avoidance: pihak yang merasakan dirugikan, memilih untuk
mengurangi hubungan-hubungan dengan pihak yang merugikannya atau sama sekali menghentikan hubungan tersebut.
3. Paksaan coercion: salah satu pihak memaksakan pemecahan pada pihak yang
lain. Tindakan yang bersifat memaksakan atau ancaman untuk menggunakan kekerasan, pada umumnya mengurangi penyelesaian secara damai.
4. Perundingan negotiation: dua pihak yang berhadapan merupakan pengambil
keputusan. Pemecahan dari masalah yang mereka hadapi dilakukan oleh kedua belah pihak, mereka sepakat, tanpa adanya pihak ketiga yang mencampuri.
5. Mediasi mediation: pemecahan suatu masalah dilakukan menurut perantara.
Dalam cara ini ada pihak ketiga yang membantu kedua belah pihak yang berselisih pendapat untuk menemukan kesepakatan. Pihak ketiga ini dapat
Universitas Sumatera Utara
ditentukan oleh kedua pihak yang bersengketa, atau ditunjuk oleh pihak yang berwenang. Kedua pihak yang bersengketa tidak harus menuruti atau setuju
terhadap upaya mencari pemecahan oleh pihak ketiga atau mediator, tetapi harus setuju bahwa jasa-jasa dari mediator akan digunakan dalam upaya
pemecahan masalah. 6.
Arbitrase arbitration: dua pihak yang besengketa sepakat untuk meminta perantara pihak ketiga, arbitrator, dan sejak semula telah setuju bahwa mereka
akan menerima keputusan dari arbitrator itu. 7.
Peradilan adjudication: pihak ketiga mempunyai wewenang untuk mencampuri pemecahan masalah, lepas dari keinginan para pihak yang
bersengketa. Pihak ketiga juga berhak membuat keputusan itu artinya berupaya bahwa keputusan dilaksanakan.
Sementara itu menurut Suparlan 1999, untuk dapat menghentikan konflik adalah adanya suatu pranata organisasi yang dipercaya dengan melibatkan partisipasi
masyarkat agar dapat menjaga dan mengawasi dinamika hubungan antar kelompok. Selain itu membuka jalur komunikasi yang dapat mengakomodasi atau meredam
perbedaan-perbedaan dan pertentangan-pertentangan yang terjadi. Sebagai gejala sosial, konflik akan selalu ada pada setiap masyarakat, karena antagonisme atau
perbedaan menjadi ciri dan penunjang terbentuknya masyarakat.” Karl Marx, 1986 Menyebutkan perbedaan-perbedaan sosial tidak mungkin bisa dihindari, tidak
mungkin ada lapisan atas jika tidak ada lapisan bawah dan menengah. Seseorang pasti akan menghadapi masalah dalam mengambil pilihan, keinginan, dan kepentingannya.
Pengambilan pilihan itu tergantung pada norma, realitas berpikir, dan argumentasi rasional maupun irrasional. Manusia ada yang mengambil pilihan itu secara tepat dan
cermat, bahkan ada yang mengambil keputusan tanpa ada perhitungan yang matang.
Universitas Sumatera Utara
kesalahan pengambilan keputusan akan membawa akibat pada perjalanan hidup manusia. Apalagi kesalahan pengambilan keputusan untuk berperilaku dengan orang
lain atau kelompoknya, kemampuan seseorang untuk beradaptasi terhadap lingkungan menjadi faktor yang sangat penting untuk dapat mempertahankan kelangsungan
hidupnya. Konflik antar kelompok juga sangat ditentukann oleh bangunan nilai dan
penggunaan simbol yang berbeda antar kelompok tersebut sehingga menimbulkan penafsiran yang berbeda untuk menghargai atau dihargai. Banyak hal yang
menyebabkan terjadinya konflik. Konflik dapat terjadi karena perebutan suatu tujuan, dan tujuan itu bervariasi mulai dari perebutan sumber daya alam sampai hal-hal
sederhana dan remeh yang dianggap bernilai tinggi Sihbudi, 2001. Sekalipun bermacam-macam nama dan sebutan serta asal mula terbentuknya
satuan-satuan organisasi kewarganegaraan kesatuan masyarakat hukum, namun azaznya atau landasan hukumnya hampir sama untuk seluruh indonesia. Yaitu
berlandaskan pada adat, kebiasaan dan hukum adat. dengan demikian dapatlah secara umum ditemukan suatu pengertian atau batasan tentang desa atau yang semacam
dengan sebagai berikut. Desa adalah suatu kesatuan masyarakat adat dan hukum adat yang menetap disuatu wilayah yang tertentu batas-batasnya, memiliki ikatan lahir dan
bathin yang sangat kuat, baik karena seketurunan maupun karena sama-sama memiliki kepentingan politik, ekonomi, sosial dan keamanan : memiliki susunan pengurusan
yang dipilih bersama, memiliki kekayaan dalam jumlah tertentu dan berhak menyelenggarakan urusan rumah tangganya sendiri. R. H. Unang Sunardjo, 1984.
Pada mulanya istilah desa dipakai didaerah Jawa, Madura, dan Bali. Secara etimologis kata desa berasal dari bahasa sansekerta, yaitu swa-desi. Yang artinya
Tanah asal, negeri asal, atau tanah leluhur. Desa diartikan sebagai suatupersekutuan
Universitas Sumatera Utara
hidup bersama yang mempunyai kesatuanhubungan organisasi, serta batas geografis tertentu. Kusnaedi, 1995. Suatu persekutuan hidup yang setingkat desa ditiap daerah
berbeda-beda. Misalnya di sumsel disebut dusun, maluku disebut dati, dibatak toba disebut huta, diaceh dikenal dengan istilah gampung dab meunasah, minagkabau
disebut nagari atau luha minahasa disebut wama, kalimantan adalah udik, dibugis dikenal matowa, makassar yaitu gaukang, dan masih banyak istilah yang lainnya.
Desa memiliki pemerintahannya yaitu pemerintahan desa. Yang dipimpin oleh kepala desa. Kades sebagai penyelenggara pemerintahan desa kedudukannya sebagai
alat pemerintah daerah terendah langsung dibawah camat. Tugas kades adalah menjalankan rumah tangga desanya sendiri, menjalankan urusan pemerintahan ,
melaksanakan program pembangunan baik yang berasal dari pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Penyelenggara pemerintah termasuk didalamnya
pembinaan ketenteraman dan ketertiban diwilayah desa. Tugas lainnya antara lain mengembangkan semangat gotong royong masyarakat dalam melaksanakan
pemerintahan dan pembangunan desa. Fungsi kades :
1. Melaksanakan kegiatan rumah tangga desanya sendiri.
2. Menggerakkan partisipasi masyarakat desa dalam pembangunan wilayahnya
3. Melaksanakan tugas dari pemerintah
4. Membina ketenteraman serta ketertiban masyarakat desa
5. Melaksanakan kordinasi dalam menjalankan pemerintahan, pembangunan, dan
pembinaan kehidupan masyarakat desa. Kepala desa dibantu oleh sekdes, kadus, kepala urusan masing-masing seksi, LKMD Lembaga Kesejahteraan Masyarakat
Desa, BPD Badan Perwakilan Desa.
Universitas Sumatera Utara
Menurut webster 1966, istilah conflict didalam bahasa aslinya berarti suatu perkelahian peperangan atau perjuangan. Yaitu berupa konfrontasi fisik antara
beberapa pihak. Tetapi arti kata itu berkembang dengan masuknya ketidaksepakatan yang tajam atau oposisi atas berbagai kepentingan, ide dll. Defenisi webster yang
kedua konflik berarti persepsi mengenai perbedaan kepentingan perceived divergence of interest, atau suatu kepercayaan bahwa aspirasi pihak-pihak yang
berkonflik tidak dapat dicapai secara simultan. Charles Darwin, Sigmund Freud dan Karl Marx 1986 dalam teori konflik sosial menyatakan beberapa fungsi positif
konflik. Pertama, konflik adalah persamain yang subur bagi terjadinya perubahan sosial. Kedua, konflik tersebut menfasilitasi tercapainya rekonsiliasi atas berbagai
kepentingan. Ketiga, konflik dapat mempererat persatuan kelompok. Konflik adalah persepsi mengenai perbedaan kepentingan-kepentingan adalah perasaan orang
mengenai apa yang sesungguhnya yang inginkan. Perasaan itu cenderung bersifat sentral dalam pikiran dan tindakan orang yang membentuk inti dari banyak sikap,
tujuan, dan niat intensinya. Raven dan Rubin, 1983. Manusia adalah makhluk politik yang selalu menjalankan kekuasaan-
kekuasaannya melalui hubungan-hubungan sosialnya dan selalu berusaha mempengaruhi yang lain. Aristoteles, 1986: 1. Maka demikian juga halnya dalam
aktifitas lainnya tidak terlepas dari kepentingan-kepentingan, kekuasaan-kekuasaan dalam rangka politik. Untuk mengetahui perilaku-perilaku politik beberapa
pendekatan yang sering digunakan, namun yang lebih relevan adalah struktural- fungsionalis.
Hubungan-hubungan politik adalah hubungan-hubungan melalui apa orang- orang atau kelompok-kelompok menjalankan kekuasaan atau kewenangan untuk
melanggengkan tata aturan soial didalam sebuah teritorial. 1985 : 1. ditekankan
Universitas Sumatera Utara
didalam hubungan-hubungan sosial terdapat hubungan politik yang bersamaan. Adanya gejala-gejala sosial sebagai tanda-tanda adanya konflik menurut struktural
fungsionalis didorong oleh kehadiran persaingan dalam masyarakat. Individu bersaing untuk mendapatkan akses kejenjang status peranan yang lebih tinggi
karena prestise yang terdapat disana, dan yang juga yang penting, ganjaran materi dan lainnya yang lebih besar. Sekurang-kurangnya dalam masyarakat demokratis,
persaingan ini relatif terbuka, karena orang memiliki kesempatan yang masuk akal untuk melakukan yang terbaik bagi mereka. Tatanan yang demikian itu fungsionalis
dalam hal tatanan tersebut akhirnya melayani kebutuhan individu untuk mencapai sesuatu dan memenuhi kebutuhan masyarakat untuk mengisi posisi-posisi penting
dengan orang-orang yang berkompeten. Pernyataan ini menegaskan masalah- masalah dan persoalan yang timbul dalam masyarakat disebabkan oleh
persaingan yang terbuka khususnya dalam masyarakat tradisional yang demokratis. Kesimpulan yang dibangun oleh Parson dan struktural-fungsionalis
lainnya adalah bahwa penggunaan kekuasaan secara kekerasan itu sendiri justru dapat menimbulkan gejolak atau kekacauan. Jadi untuk memahami bagaimana
masyarakat yang stabil itu bisa tercapai, kita harus mencari sumber keteraturan sosial di tempat lain Parson, 1953.
Berdasarkan perda No 132006
Syarat Calon Kades : 1. Bertaqwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa
2. Usia minimal 25 tahun 3. Sekurang-kurangnya 2 tahun berturut-turut
penduduk desa setempat 4. Tidak dicabut hak pilihnya
Universitas Sumatera Utara
5. Belum pernah jabat kades atau baru sekali 6. TNIPolriPNS, asal dapat izin atasannya
Syarat Pemilih : 1.
Terdaftar sebagai penduduk dengan minimal 6 bulan 2. Usia 17 tahun
3. Tak dicabut hak pilihnya 4. Tak Boleh diwakilkan saat menyoblos
Pemilihan kepala desa merupakan praktek demokrasi di daerah pedesaan yang menyangkut aspek legitimasi kekuasaan dan aspek penentuan kekuasaan sehingga
akan mengundang kompetisi dari golongan minoritas untuk merebut jabatan kepala desa Untuk mendapatkan jabatan kepala desa tersebut di butuhkan partisipasi aktif
dari masyarakat yang pada hakekatnya merupakan suatu kewajiban pada masyarakat itu sendiri dalam pemilihan kepala dasa.Mengingat fungsi Apaparatur Pemerintahan
Desa yang sangat menentukan maka calon kepala desa yang terpilih seharusnya bukan saja sekedar seorang yang mendapat suara terbanyak dalam pemilihan, akan tetapi
disamping memenuhi syarat yang cukup dan dapat di terima dengan baik oleh masyarakat juga mampu melaksanakan tugas pemerintahan, pembangunan sebagai
pembina masyarakat serta berjiwa panutan dan suri tauladan bagi warga desanya, Untuk itu harus benar-benar seorang pancasialis sejati yang penuh dedikasi dan
loyalitas yang cukup tinggi. Sebelum menjadi kepala desa, kepala desa dipilih secara langsung, umum, bebas dan rahasia, oleh penduduk desa warga negara Republik
Indonesia yang terdaftar sebagai penduduk desa setempat, sudah mencapai umur 17 tahun atau sudah pernah kawin, tidak dicabut hak pilihnya dan terdaftar dalam daftar
pemilih tetap. Tujuan dari skripsi ini adalah untuk mengetahui secara terperinci
Universitas Sumatera Utara
meliputi tahap persiapan pelaksanaan pemilihan pembentukan panitia tahap pendaftaran calon kepala desa, tahap penyeleksian calon kepala desa, tahap
pemungutan suara dan tahap pengesahan pelantikan calon kepala desa yang terpilih Adapun teknik yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut,
yaitu teknik wawancara teknik observasi teknik angket dan teknik kepustakaan. Setelah data dikumpulkan dengan menggunakan teknik-teknik diatas selanjutnya
dilakukan dengan pengolahan data, dalam rangka untuk melihat dan memeriksa kesempurnaannya. Selanjutnya akhir dari kegiatan ini adalah penarikan kesimpulan.
Proses pemilihan kepala desa Ngasinan Kecamatan Jetis Kabupaten Daerah tingkat II Ponorogo pada dasarnya telah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Karena
tahap-tahap yang ada telah dilaksanakan berdasarkan ketentuan-ketentuan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku dan sesuai pula dengan asas atau prinsip
Demokrasi Pancasila yang bersifat LUBER. Namun demikian dalam pemilihan kepala Desa Ngasinan Kecamatan Jetis Kabupaten Daerah Tingkat II Ponorogo, terdapat pula
suatu penyimpangan-penyimpangan atau praktek-praktek yang tidak sesuai dengan Undang-Undang dan peraturan yang berlaku.
sumber : www1.surya.co.idv2?p=9377
Masyarakat demokratis dalam hal ini sangat rentan dengan konflik atau persoalan-persoalan politik dalam persaingan terbuka untuk mencapai status yang
lebih tinggi yaitu kedudukan kekuasaan dan kepentingan. Studi tentang demokrasi sebagai sistem politik tidak dapat dilepaskan dari studi tentang hukum sebab antara
keduanya dapat diibaratkan dua sisi dari sekeping mata uang. Demokrasi tanpa hukum tidak akan terbangun dengan baik bahkan mungkin menimbulkan anarki,
sebaliknya hokum tanpa sistem politik yang demokratis hanya akan menjadi hukum yang elitis dan represif. Bagaimana bentuk dan mekanisme yang diinginkan
Universitas Sumatera Utara
dari gagasan tentang demokrasi tentu harus dituangkan didalam aturan-aturan hukum dan kepada aturan-aturan hukum itulah setiap konflik dalam berdemokrasi
harus dicarikan rujukannya. 1999 : 1. Sedikit dikaji mengenai sistem politik di Indonesia sebenarnya kenyataan
bahwa meskipun sejak semula bangsa kita mendirikan negara Indonesia diatas prinsip demokrasi namun dalam aktualisasinya tidak selamanya negara kita berlangsung
demokratis. Bahkan tidak kurang dari 37 tahun dari sejarah perjalanannya yang sudah berusia hampir 55 tahun ternyata indonesia terselenggara secara tidak
demokratis. Pewadahan hukum atas pilar-pilar demokrasi juga tidaklah responsif karena selalu memberi peluang bagi terjadinya kooptasi negara dan tampilnya
pemerintahan yang otoriter. Itulah sebabnya era reformasi ini harus dipandang sebagai momentum untuk melakukan pembenahan-pembenahan secara mendasar dalam
bidang politik dan hukum dengan meletakkan hukum pada posisi yang supreme. tanpa demokratisasi dalam kehidupan politik yang kemudian pilar-pilarnya diwadahi
dengan hukum yang responsif maka krisis akan selalu datang. Para pecinta hukum senantiasa meyakini bahwa jika pemerintah otoriter dan hukum tidak lagi supreme
maka krisis akan terus datang. Moh. Mahmud, 1999 : 3-4. yang artinya sistem politik yang demikian yang terjadi di daerah pemerintahan seluruh Indonesia,
termasuk daerah pemerintahan terkecil yaitu Desa yang masih bersifat trasidisional. Keadaan ini menggambarkan persoalan-persoalan dan bahkan konflik sosial yang
terjadi dilatarbelakangi oleh sistem politik desa yang masih mengikuti sistem yang berlaku di Indonesia secara umum.
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2005 tentang Desa, disebut bahwa Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah
yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat,
Universitas Sumatera Utara
berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kewenangan desa adalah:
Menyelenggarakan urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan hak asal usul desa Menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
kabupatenkota yang diserahkan pengaturannya kepada desa, yakni urusan pemerintahan yang secara langsung dapat meningkatkan pelayanan masyarakat.
Tugas pembantuan dari Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah KabupatenKota Urusan pemerintahan lainnya yang diserahkan kepada desa. Desa, atau udik, menurut definisi
universal, adalah sebuah aglomerasi permukiman di area pedesaan rural. Di Indonesia, istilah desa adalah pembagian wilayah administratif di Indonesia di bawah
kecamatan, yang dipimpin oleh Kepala Desa, sedangkan di Kutai Barat, Kalimantan Timur disebut Kepala Kampung atau Petinggi. Sejak diberlakukannya otonomi daerah
Istilah desa dapat disebut dengan nama lain, misalnya di Sumatera Barat disebut dengan istilah nagari, dan di Papua dan Kutai Barat, Kalimantan Timur disebut
dengan istilah kampung. Begitu pula segala istilah dan institusi di desa dapat disebut dengan nama lain sesuai dengan karakteristik adat istiadat desa tersebut.
Pemilihan Kepala Desa Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa :
1. BPD memproses pemilihan kepala desa, paling lama 4 empat bulan sebelum
berakhirnya masa jabatan kepala desa. 2.
Kepala Desa dipilih langsung oleh penduduk desa dari calon yang memenuhi syarat; Pemilihan Kepala Desa bersifat langsung, umum, bebas, rahasia, jujur
dan adil; Pemilihan Kepala Desa dilaksanakan melalui tahap pencalonan dan tahap pemilihan.
Universitas Sumatera Utara
3. Untuk pencalonan dan pemilihan Kepala Desa, BPD membentuk Panitia
Pemilihan yang terdiri dari unsur perangkat desa, pengurus lembaga kemasyarakatan, dan tokoh masyarakat.Panitia pemilihan melakukan
pemeriksaan identitas bakal calon berdasarkan persyaratan yang ditentukan, melaksanakan peinungutan suara, dan melaporkan pelaksanaan pemilihan
Kepala Desa kepada BPD. 4.
Panitia pemilihan melaksanakan penjaringan dan penyaringan Bakal Calon Kepala Den sesuai persyaratan;Bakal Calon Kepala Desa yang telah
memenuhi persyaratan ditetapkan sebagai Calon Kepala Desa oleh Panitia Pemilihan.
5. Calon Kepala Desa yang berhak dipilih diumumkan kepada masyarakat
ditempat-tempat yang terbuka sesuai dengan kondisi sosial budaya masyarakat setempat.
6. Calon Kepala Desa dapat, melakukan kampanye sesuai dengan kondisi sosial
budaya masyarakat setempat; Calon Kepala Desa yang dinyatakan terpilih adalah calon yang mendapatkan dukungan suara terbanyak; Panitia Pemilihan
Kepala Desa melaporkan hash pemilihan Kepala Desa kepada BPD; Calon Kepala Desa Terpilih sebagaimana dirnaksud pada ayat; ditetapkan dengan
Keputusan BPD berdasarkan Laporan dan Berita Acara Pemilihan dari Panitia Pemilihan.
7. Calon Kepala Desa Terpilih disampaikan oleh BPD kepada BupatiWalikota
melalui Camat untuk disahkan menjadi Kepala Desa Terpilih. 8.
BupatiWalikota menerbitkan Keputusan Bupati Walikota tentang Pengesahan Pengangkatan Kepala Desa Terpilih paling lama 15 lima belas
hari terhitung tanggal diterimanya penyampaian hasil pemilihan dari BPD.
Universitas Sumatera Utara
9. Kepala Desa Terpilih dilantik oleh BupatiWalikota paling lama 15 lima
belas hari terhitung tanggal penerbitan keputusan BupatiWalikota. 10.
Masa jabatan Kepala Desa adalah 6 enam tahun terhitung sejak tanggal pelantikan dan dapat dipilih kembali hanya untuk sate kali masa jabatan
berikutnya.
Diperoleh dari http:id.wikipedia.orgwikiPemilihan_Kepala_Desa” Kepala Desa merupakan pimpinan penyelenggaraan pemerintahan desa
berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama Badan Permusyawaratan Desa BPD. Masa jabatan Kepala Desa adalah 6 tahun, dan dapat diperpanjang lagi untuk
satu kali masa jabatan. Kepala Desa juga memiliki wewenang menetapkan Peraturan Desa yang telah mendapat persetujuan bersama BPD.
Kepala Desa dipilih langsung melalui Pemilihan Kepala Desa Pilkades oleh penduduk desa setempat. Desa merupakan satu kesatuan wilayah terkecil dalam suatu
negara yang terdiri dari beberapa dusun yang mana didalamnya terdapat masyarakat yang tinggal menetap dan saling berinteraksi satu sama yang lain dengan
pemerintahannya yang dipimpin oleh seorang kepala desa. sosiologi 1997. Nama desa untuk setiap daerah berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya sesuai dengan
etnis masing-masing. Misalnya saja pada masyarakat batak toba desa itu disebut dengan huta. Demikian juga halnya dengan masyarakat yang lain menyebutnya sesuai
dengan bahasanya masing-masing.
Berdasarkan undang-undang nomor 5 tahun 1979 pemerintahan desa terdiri atas : 1.
Kepala Desa 2.
Lembaga Musyawarah Desa
Universitas Sumatera Utara
Pemerintahan Desa dalam pelaksanaan tugasnya dibantu oleh perangkat desa, yang mana perangkat desa terdiri atas :
1. Sekretaris Desa sekdes
2. Kepala-kepala dusun
Susunan organisasi dan tata kerja pemerintahan desa diatur dengan Peraturan Daerah sesuai dengan pedoman yang ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri. Yang
masing-masing pejabat dan perangkat pembantu mempunyai kedudukan, tugas dan fungsinya masing-masing. Kedudukan kepala desa adalah sebagai alat pemerintah,
alat pemerintah daerah dan alat pemerintah desa. Disamping itu kepala desa juga bertugas untuk menjalankan urusan rumah tangganya, urusan pemerintah, pembinaan
masyarakat, dan mengembangkan semangat jiwa gotong royong. Adapun fungsinya kepala desa untuk megatur kegiatan dalam rumah tangganya sendiri, menggerakkan
partisipasi masyarakat, melaksanakan tugas dari pemerintah diatasnya, keamanan dan ketertiban masyarakat serta melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh
pemerintah diatasnya. Joko siswanto, Administrasi Pemerintahan Desa, 1995 menguraikan
pelaksanaan pemilihan sebagai berikut ; Setelah tugas-tugas awal diselesaikan oleh panitia dan telah menentukan tempat hari pemelihan, tujuh hari sebelum pemilihan
dilaksanakan, panitia pencalonan dan pelaksanaan pemilihan memberitahukan kepada penduduk desa yang berhak memilih dan mengadakan pengumuman-pengumuman di
tempat terbuka tentang akan dilaksanakannya pemilihan kepala desa. Pemilihan harus bersifat langsung, umum, bebas, dan rahasia. Pelaksanaan
demokrasi Pancasila harus dijaga dan dijamin. Pemilihan Kepala Desa dinyatakan sah apabila junlah yang hadir untuk menggunakan hak pilihnya sekurang-kurangnya 23
dari jumlah seluruh pemilih yang telah disahkan.
Universitas Sumatera Utara
I.5. Metode Penelitian