KONFLIK PILKADES Konflik Pilkades Dan Penyelesaiannya

Kaur Pembangunan : Arya Kaur Umum : Purwa Kadus I : Jhon Kadus II : Widodo Kadus III : Beny BPD Ketua : Chandra Wakil : Darwis Sekretaris : Hery Bendahara : Hotasi Purba Anggota : Erwin PPKD 2008 Ketua : Jaya Wakil : Rahmat Sekretaris : Surya Anggota : Sarif Hendra Aleks Rizki

BAB III KONFLIK PILKADES

Universitas Sumatera Utara III.1. Kronologis Proses Berlangsungnya Konflik Konflik pilkades pada dasarnya adalah pertentangan. Adanya pertentangan tentunya dilatarbelakangi oleh perebutan sesuatu yang dianggap sangat penting, dan melibatkan beberapa orang atau kelompok yang bertentang. Seperti halnya pendapat dari para ahli yang menanggapi dan melihat kehadiran konflik ditengah-tengah masyarakat. Kata konflik tersebut mengacu kepada perkelahian, perlawanan dan pertentangan dimana dua orang atau kelompok berusaha menyingkirkan pihak lain dengan jalan menghancurkan atau membuatnya tidak berdaya Hendropuspito, 1989: 240. Hal senada disampaikan oleh Coser dalam Suparlan, 1999 yang mana pengertian konflik adalah perjuangan antar individu atau kelompok untuk memenangkan sesuatu tujuan yang sama-sama ingin mereka capai. Dimana kekalahan dan kehancuran dipihak lawan, merupakan tujuan utama yang ingin mereka capai. Dengan demikian konflik ibarat sebuah permainan. Timbulnya konflik adalah adanya pihak tertentu yang terlibat dalam konflik bukan untuk mencapai suatu tujuan melainkan untuk menikmati konflik itu sendiri. Maka inti dari konflik itu adalah menyangkut masalah perbedaan dan pertentangan antar individu yang akhirnya merebak menjadi konflik sosial. Berbeda dengan persaingan atau kompetisi, dimana tujuan utama adalah pencapaian kemenangan melalui keunggulan prestasi dari yang bersaing, maka dalam konflik tujuannya adalah penghancuran pihak lawan sehingga seringkali tujuan untuk memenangkan sesuatu yang ingin dicapai menjadi tidak sepenting keinginan untuk menghancurkan pihak lawan. konflik sosial yang merupakan perluasan dari konflik individual, biasanya terwujud dalam bentuk konflik fisik atau perang antar dua kelompok atau lebih, yang biasanya selalu terjadi dalam keadaan berulang. Konflik pilkades periode 20082013 yang terjadi di Desa Sosor Mangulahi Kabupaten Humbang Hasundutan, sama halnya dengan penjelasan diatas Universitas Sumatera Utara yang memperebutkan kursi kepala desa oleh beberapa kelompok masyarakat. Konflik antar individu yang meluas menjadi konflik sosial ini, berawal dari perselisihan dan perdebatan kecil yang berkembang semakin besar dan akhirnya melahirkan sebuah konflik serius. Terhitung dari sejak masa jabatan kades lama dinyatakan berakhir hingga pada pasca pemilihan kepala desa 20082013. Pada bab ini penulis akan menguraikan serta menjelaskan secara mendetail dan terperinci asal mula konflik sampai pada klimaknya. Waktu yang sangat ditunggu oleh sebagian masyarakat terutama mereka yang berkepentingan, tgl 12 Februari 2008 sebagai masa berakhirnya kepemimpinan kades periode lama. Kepala Desa Sosor Mangulahi periode 20032008 Sukri, oleh Badan Permusyawaratan Desa dinyatakan berakhir yang diumumkan kepada masyarakat sebelum tgl 12 Februari 2008 tersebut. BPD selaku Badan perwujudan demokrasi desa membentuk rapat yang dihadiri oleh perangkat desa dan juga keanggotaannya. Rapat ini dilakukan dengan beragendakan pembentukan PPKD Panitia Pemilihan Kepala Desa. BPD menilai sangat penting dalam menindaklanjuti berakhirnya masa jabatan kades lama tersebut, sekaligus untuk mempertanggungjawabkan penyelenggaraan pilkades 20082013. setelah PPKD terbentuk ada sebagian masyarakat mengaku tidak setuju dengan keputusan rapat yaitu terbentuknya PPKD. Pihak yang tidak menerima hasil keputusan rapat tersebut sebagian besar adalah marga Simamora. Menurut mereka terjadi permainan antara BPD dengan kades lama Sukri. Pembentukan PPKD sangat membantu Sukri apabila masih mencalonkan nantinya karena keanggotaan PPKD merupakan orang-orangnya. Hal inilah yang menjadi alasan bagi sebagian marga simamora, sekaligus menjadi tahap prakonflik. Menurut Nader dan Todd 1978 : 4 dalam Ihromi 1993 : 210 Tahap Prakonflik atau keluhan adalah mengacu kepada keadaan atau kondisi oleh seseorang atau suatu Universitas Sumatera Utara kelompok yang dipersepsikan sebagai hal yang tidak adil dan alasan-alasan atau dasar-dasar dari adanya perasaan itu. Pelanggaran terhadap rasa ketidakadilan itu dapat bersifat nyata, atau imajinasi saja, tergantung pada persepsi dari pihak yang merasakan ketidakadilan bersangkutan. Situasi pendapat yang semula dari perdebatan diadik dua pihak menjadi hal yang memasuki bidang publik. Ini dilakukan secara sengaja dan aktif dengan maksud supaya ada sesuatu tindakan mengenai tuntutan yang diinginkannya. Mereka meminta kepada ketua BPD agar pembentukan PPKD diulang kembali dan lebih demokratis, namun BPD tidak bisa lagi merubah keputusannya. Jauh hari sebelumnya marga simamora sudah mempersiapkan calonnya, sehingga mereka tidak mau mengalami kegagalan kedua kalinya setelah kalah pada pilkades sebelumnya. PPKD yang diketuai oleh Jaya beserta kenggotaannya ternyata pendukung Sukri pada pilkades lalu. Terjadi kesalahpahaman diantara mereka membawa akibat yang sangat buruk terhadap hubungan sosial, karena keadaan dimasyarakat sudah mulai berubah dan mengawali perpecahan masyarakat sebelum konflik semakin serius. PPKD tidak terpengaruh terhadap hal diatas namun tetap menjalankan fungsinya sebagai mana mestinya. BPD juga mengharapkan PPKD untuk bertanggungjawab penuh dengan penyelenggaraan pilkades 20082013. Pihak marga simamora yang rencananya akan mengusung Antoni menjadi lebih kritis dalam menilai kinerja BPD dan PPKD. Mereka selalu mencari kelemahan dan tidak jarang protes terhadap apa yang diperbuat oleh kedua Badan tersebut. Masyarakat terpecah-pecah termasuk marga Purba yang ada di Desa Sosor Mangulahi terbagi menjadi dua kelompok. Pengelompokan itu dipicu oleh isu pengusungan calon dari marga purba sebanyak dua orang. Kubu-kubu yang ada saling memperjuangkan calon yang akan mereka usung, dengan berbagai macam cara dilakukan untuk mencapai kemenangan nantinya. Universitas Sumatera Utara Semakin hari keadaan semakin memprihatinkan ditandai dengan semakin berkurangnya interaksi, hubungan ditengah masyarakat. PPKD menjaring dan mengadakan penyaringan terhadap calon yang sudah mendaftar, melakukan berbagai tahapan seleksi akhirnya tiga orang calon dinyatakan sesuai dengan persyaratan dan berhak untuk ditetapkan oleh BPD. Adapun ketiga calon yang ditetapkan oleh BPD adalah : Sukri kades lama, Antoni mantan calon kades periode lama, Pratama calon kades baru. Penulis sangat tertarik dengan momen ini, karena ketiga calon diatas masih memiliki garis keturunankekerabatan yang sangat dekat. Masyarakat Desa Sosor Mangulahi dikenal sebagai masyarakat yang Homogen terdiri dari etnis Batak Toba, mayoritas bergama Kristen Protestan dan bahkan terdapat tiga marga besar ; Purba, Manalu, Simamora. Pada kenyataannya masyarakat yang homogen tidak menjadi faktor didalam penyelenggaraan pilkades supaya berjalan dengan lancar tanpa tersentuh konflik. Sejauh ini penulis melihat keadaan di Desa Sosor Mangulahi sangat membutuhkan perhatian ; interaksi sosial sudah tidak kelihatan, hubungan sosial yang terbatas, kekeluargaan juga ikut pudar. Masyarakat mengalami berbagai masalah termasuk pengelompokan yang semakin serius, yang mana penulis melihatnya menjadi empat kelompok masyarakat. Diantaranya kubu marga purba yang terdiri dari pendukung Sukri dan pendukung pratama tongam, kubu marga simamora yang mengusung Antoni dan kelompok terakhir adalah masyarakat yang tidak ikut serta kedalam kubu manapun. Masyarakat yang cenderung netral seperti pengurus gereja, pengetua adat dan sebagian dari masing-masing ketiga marga tersebut, dan juga para pendatang. Apabila dikaji lebih mendalam hubungan kekerabatan diantara ketiga calon kepala desa berada dalam dalam garis Tungku Yang Tiga atau lebih dikenal dengan Universitas Sumatera Utara Dalihan Na Tolu. Seperti yang kita ketahui Dalihan Na Tolu terdiri dari tiga unsur ; Hula-hula, Dongan Tubu, Boru. Hal ini jika dikaitkan dengan hubungan ketiga calon sangat relevan. Sukri dan Pratama Purba adalah dua orang yang mardongan tubu karena mereka bersaudara dan semarga. Mereka berdua juga hula-hula dari Antoni karena hubungan kekerabatan mereka adalah marlae, dan sebaliknya Antoni adalah boru dari Sukri dan Pratama. Walaupun mereka berada dalam satu payung adat, namun tidak menjadi jaminan untuk tetap solid. Keadaan yang semakin buruk ini mendapat perhatian dari pihak masyarakat bebas yang tidak terpengaruh, ikut kedalam ketiga kubu, para pengurus gereja, pengetua adat dan sebagian dari ketiga marga serta para pendatang. Mereka membuat sebuah pertemuan dan mengundang ketiga calon yang bertujuan untuk mempersatukan ketiganya. Masyarakat bebas ini menilai bahwa pertarungan ketiga calon memperebutkan kursi kepala desa sangat rawan konflik dan rentan dengan perpecahan, yang ditandai dengan kondisi memburuk sebelum pilkades. Sebelum konflik semakin meluas, Lukman 47 Thn selaku perwakilan pengurus gereja sekaligus pemimpin pertemuan mengharapkan ketiga calon bersatu demi keutuhan masyarakat. Artinya ketiga calon memilih satu diantara mereka yang lebih layak calon tunggal, sehingga masyarakat tetap bersatu tidak berkubu-kubu. Pertemuan yang digelar pada bulan maret 2008 itu tidak membuahkan hasil, ketiga calon tersebut tidak satu orangpun yang mau mengalah namun mereka ingin menunjukkan kemampuan masing-masing. Penuh dengan kekecewaan pihak gereja hanya pasrah dengan penolakan mereka, keadaan pun semakin mencekam. Gomgom yang sudah kecewa mengatakan : ” gabe ma oto do jolma na di huta on alani pemilihan kampung marbadai, tumagon do dinasida huaso sian hadameon. Nga lupa be halak i di adat batak i, tarlumobi ma dalihan na tolu i. Angka na marhula-hula, mardongan tubu, marboru, nungga Universitas Sumatera Utara marbadai. Nga muruk oppu i marnida na masa on. Dang marsipasangapan be angka na martondong, dan maila halak i mangida jolma na di luat na asing an. Molo jolma na maradat, boi do sahalak sian nasida gabe kampung. Na asing i tu periode na naeng ro. Dang porlu sai marbadai, sega partondongan alani i”. Masyarakat Desa Sosor Mangulahi menjadi bodoh dengan adanya pilkades, timbul pertengkaran dan lebih memilih kekuasaan daripada kebersamaan. Mereka melupakan adat istiadat terlebih Tungku Yang Tiga. Mereka yang ada didalamnya tidak lagi bersatu dan berselisih. Nenek moyang kita yang di alam sana bisa marah menyaksikan hal ini. Tidak saling menghormati saudara sendiri, tidak malu terhadap daerah yang lain. Seandainya mereka manusia yang berbudaya dan tau adat istiadat, mereka bisa saja menaikkan satu calon saja. Calon yang lain bisa menyusul untuk periode berikutnya. Tidak semestinya terjadi perselisihan, pertengkaran dalam keluarga. Hasil Wawancara, 2008. Hari demi hari tahapan pilkades tetap berjalan sesuai dengan kebijakan PPKD. Pertengahan bulan maret 2008, PPKD membagikan kartu pemilih dan surat undangan kepada masyarakat yang mempunyai hak pilih dan sesuai dengan persyaratan pemilih. Untuk berkampanye, PPKD memberikan waktu selama dua hari kepada masing- masing calon untuk menarik simpati masyarakat yang belum tersentuh calon termasuk yang tidak masuk kedalam kubu yang ada. Satu minggu sebelum pilkades diselenggarakan kampanye sudah harus berakhir yang dijadwalkan mulai dari tgl 31 Maret 2008 sd 5 April 2008. Sukri dijadwalkan 31 Maret sd 1 April 2008 ; Pratama 2 April sd 3 April 2008 ; Antoni 4 April sd 5 April 2008. Satu minggu sebelum pilkades dilaksanakan adalah minggu tenang bagi masyarakat dan juga para calon dalam mempersiapkan segala sesuatunya dalam menghadapi pilkades tersebut. Para pendukung calon kades yang sudah berkelompok Universitas Sumatera Utara menjadi terpecah-pecah. Minggu tenang yang dimaksudkan sebagai persiapan pilkades malah menjadi ajang pertengkaran, perselisihan dan berbagai masalah terjadi. Peristiwa ini semakin mempertajam konflik dan semakin menipisnya kekeluargaan diantara mereka. Pada hari minggu tanggal 6 april 2008 sekitar pukul 20.30 WIB, terjadi perselisihan antara pendukung calon kades Sukri dengan pendukung calon kades Antoni. Awalnya adalah masalah sepele antara dua orang pendukung calon yang berbeda. Mereka berdebat sembari menikmati minuman kopi di kedai yang tidak lain adalah tempat mereka biasanya nongkrong setiap malam harinya. Hidayat 45 tahun membanggakan Sukri sebagai calon pilihannya dengan berbagai macam pujian dan menyatakan sangat layak menjadi kepala desa. Ia sangat optimis calonnya menjadi pemenang. Demikian halnya dengan Charly 39 tahun adiknya sendiri yang juga membanggakan calonnya Antoni. Menurutnya Antoni lebih layak dan sangat tepat menjadi kepala desa yang baru dibandingkan dengan calon yang lain. Calon yang lain termasuk calon kakaknya sendiri adalah pembohong dan hanya mengumbar janji kepada masyarakat. Hidayat membanggakan Sukri : “Dung si Sukri gabe kampung godang do kemajuan ni Sosor Mangulahi on. Padenggan hon dalan, paiashon huta on, burju do ibana tu sude parhuta on, parminggu do ibana, molo adong si uruson dang hea maol, dang pola olo marjanji. Ibana do muse pilliton molo pemilihan kampung on. Dang adong hu ida na boi do pe mangganti ibana. Aha ma hurangna molo i pasahat calon Antoni dohot Pratama jo periode on tu si Sukri. Asa jolo di torus hon jo sa periode nai. Jadi boi tarida program ni ibana i. Molo calon na dua nai boi ma tu periode na naeng ro. Alai dang adong na patoru roha na, dang diargai na uttua sian ibana. Molo toho do dianggap ho au akkangmu, hulala denggan do urupanmu au. Dang tuaha hita sai marasing-asing pilihanta. Togihon ma angka donganmi, hulean pe parsigaretmu.” Setelah Sukri menjadi kepala desa kemajuan di Universitas Sumatera Utara Sosor Mangulahi cukup pesat. Memperbaiki jalan, mengadakan kebersihan bersama, bersikap baik terhadap semua warga, religius, tidak pernah mempersulit apabila rakyat ada urusan, dan tidak pernah mengumbar janji. Beliau lah yang nantinya yang akan saya pilih. Tidak ada yang bisa menggantikan posisi beliau. Supaya programnya bisa dilanjutkan kembali. Dengan demikian programnya dapat dilihat masyarakat. Calon yang lainnya masih bisa untuk periode berikutnya. Tetapi, tidak ada satu orang pun yang mau untuk mengalah, tidak menghargai yang lebih tua. Apabila kamu masih menganggap saya sebagai kakakmu, mungkin ada baiknya kita saling membantu. Tidak ada artinya kita berbeda pilihan. Sebaiknya kamu dan kawan- kawanmu bergabung menyukseskan Sukri. Sebagai uang rokok bisa saya berikan nantinya. Hasil Wawancara, 2008 Dengan tegas Charly langsung menolak tawaran kakaknya sendiri untuk ikut bergabung. Charly menjawab : “Ho pe nga gabe lam maoto alani si Sukri i. Aha dilean ibana allang on mu? Asa gabe dihalomohon roham ibana. Asal dipandohoni ho do hatam. Nga hea be ibana gabe kampung, nga di boto ibana be songon dia hakampungon i, alai boasa dang dilean ibana tingki tu angka na umposo ? ibana kan nga matua andigan be naposo on marsiajar ? molo toho do ibana natua-tua, ndang sai di halomohon rohana be gabe kampung muse. Ndang natua-tua songon i. Jadi tiop ma hepengmi dang porlu di au songoni.” Kakak sudah semakin bodoh akibat dari Sukri. Apa yang dia berikan sehingga kamu membanggakan dia sebagai kepala desa. Kamu seharusnya berpikir dahulu sebelum berbicara. Sukri sudah pernah menjadi Kepala Desa, sudah mengetahui bagaimana kekuasaan seorang Kepala Desa, tetapi mengapa dia tidak memberi kesempatan kepada yang lebih muda? Sukri sudah lebih tua dibanding dengan yang lain, Universitas Sumatera Utara apa salahnya memberi waktu kepada yang lebih muda untuk belajar? Sebagai seorang yang lebih tua seharusnya dia lapang dada, besar hati dan tidak perlu untuk mencalonkan lagi. Jadi saya tidak bisa menerima tawaran dan saya tidak butuh uangmu. Hasil Wawancara, 2008 Perdebatan semakin memanas diantara mereka yang masih kakak beradik untuk membela calon masing-masing sekaligus optimis akan kemenangannya. Mereka pun mengganti menu minuman, dengan menambahkan minuman beralkohol termasuk tuak ditengah-tengah perdebatan yang semakin memanas dan menantang. Malam mulai menjelang larut diiringi dengan orang-orang yang semakin banyak bardatangan untuk mengetahui hangatnya perkembangan pembicaraan tentang pilkades yang sedang ditunggu-tunggu. Charly dan Hidayat yang sudah dipengaruhi minuman mulai berbicara semberaut. Hidayat sangat kesal dengan adiknya yang bertahan membela Antoni dan menolak tawaran kakaknya untuk bergabung, bahkan menilai calon kakaknya tidak legowo. Dalam keadaan setengah sadar Hidayat langsung membantingkan botol minuman diatas meja. Adiknya juga yang sudah dalam keadaan emosi tidak tinggal diam, dia tidak segan-segan mendorongkan meja dihadapan kakaknya. Lupa dengan garis kekerabatan dan kekeluargaan mungkin tidak mereka sadari, karena perkelahiannya semakin arogan dan anarkis. Orang-orang yang ada di kedai juga sudah dipenuhi dengan perasaan sensitif karena adanya pengelompokan masyarakat dalam rangka pilkades. Membela anggota pendukung calon yang sama adalah satu-satunya pilihan mereka. Perkelahian pun semakin meluas dan besar yang membuat keadaan mencekam. Perkelahian berlangsung selama kurang lebih 2 jam, yang mengakibatkan banyak kerugian dan korban. Adapun orang yang mengalami kerugian adalah pemilik kedai tempat mereka berkelahi . Sementara 2 kelompok yang terlibat dalam perkelahian tersebut mengalami luka-luka akibat pukulan dan benturan Universitas Sumatera Utara benda-benda yang digunakan, seperti botol, gelas, asbak, kayu. Secara terpaksa pemilik kedai menutup rumahnya dan mengusir orang-orang yang berkelahi setelah gagal mendamaikan. Orang-orang yang berkelahi tidak memiliki tempat lain selain pulang ke rumah masing-masing, sekaligus membuat perkelahian berakhir untuk saat itu. Perkelahian ini tidak hanya mengakibatkan kerugian dan korban tetapi juga hubungan diantara mereka putus total. Tulus Sinaga pemilik kedai mengaku sangat kecewa terhadap tindakan orang-orang yang berkelahi dan menilai mereka bodoh. Tulus tidak tahu menuntut kerugiannya kepada siapa, melainkan hanya bisa memilih untuk tidak berjualan lagi dan menutup kedainya untuk selamanya. Para calon mengalami hal yang sama dengan pemilik kedai kebingungan dan tidak tahu harus berbuat apa selain berharap akan kemenangannya. Tidak disangka perkelahian belum berakhir dan masih terulang kembali ditempat yang berbeda. PPKD telah menentukan tempat pelaksanaan pilkades tepatnya di kompleks Gereja HKBP Desa Sosor Mangulahi. Maka pada hari Senin tanggal 7 April 2008 dijadwalkan untuk membersihkan kompleks tersebut yang sebelumnya sudah ditinjau dan dinyatakan layak karena lapangan cukup luas. Hasan 29 tahun yang sekelompok dengan Charly sedang ikut melakukan kebersihan kompleks gereja. Bersama dengan kawan- kawannya, Hasan sedang bekerja sambil bercanda dan tertawa ketika itu juga Iskandar 32 tahun berselisih pandangan dengan mereka. Iskandar bukanlah pendukung calon yang sama dengan mereka, rencananya Iskandar ingin bekerja ke ladangnya yang tidak jauh dari kompleks tersebut. Perjalanannya pun terganggu karena terjadi adu pandangan dengan Hasan. Mata mereka saling menatap sadis satu sama lain. Iskandar yang merasa diejek ketika mereka tertawa, sementara Hasan merasa disepelekan dengan tatapan matanya. Universitas Sumatera Utara Setelah mereka saling memplototi, Iskandar kemudian semakin terpancing emosi yang diikuti dengan Hasan yang memberhentikan kegiatannya. Perang mulut terjadi diantara mereka dengan bahasa-bahasa arogan, yang berujung pada perkelahian. Perkelahian yang kedua kalinya ini menyisakan dendam terhadap Iskandar, dia harus menerima pengeroyokan dari Hasan dan kawan-kawannya. Kelompok Iskandar sangat terpukul melihat kondisi Iskandar babak belur, lemah tak berdaya. Berbagai konflik selalu terjadi silih berganti setiap harinya diantara masyarakat Desa Sosor Mangulahi. Rangkaian peristiwa tersebut menimbulkan ketakutan terhadap semua pihak masyarakat termasuk ketiga calon kepala desa. Menanggapi pengeroyokan terhadap Iskandar, kelompoknya merencanakan serangan balasan terhadap Hasan dan kawan-kawannya. Rajio seakan mencium rencana balasan tersebut, sehingga dia jarang kelihatan dengan seorang diri. Dia mencegah rencana tersebut dengan selalu berkumpul dengankelompoknya pada hari Rabu, 9 April 2008 sekitar pukul 19.00 WIB. Perkelahian dua kelompok pendukung Antoni dan Sukri kembali terjadi. Kedai kopi Paraduan Simamora yang tidak jauh dari rumah Hasan menjadi saksi bisu perkelahian. Sebelumnya Hasan dan kawan-kawan kelompoknya sedang nongkrong sambil main gitar dan bernyanyi gembira. Kegembiraan mereka tiba-tiba dikelabui oleh kehadiran lawan kelompok yaitu pendukung Sukri yang datang untuk balas dendam terhadap pengeroyokan Iskandar. Perkelahian ini lebih serius dari sebelum-belumnya. Benda-benda tajam juga mewarnai perkelahian mereka. Sama halnya dengan perkelahian pertama, semua orang yang terlibat jadi korban luka-luka. Beberapa jam kemudian Sukri sebagai kepala desa lama sekaligus calon kades, datang bersama lima orang bawahannya untuk mengakhiri perkelahian tersebut. Butuh waktu cukup lama untuk menahan aksi mereka. Walaupun pada akhirnya berhasil dipulangkan ke rumah masing-masing. Ketakutan masyarakat Universitas Sumatera Utara semakin memuncak khususnya para ibu rumah tangga dan anak-anaknya. Peristiwa itu juga mengingatkan para pemilik kedai kopi dan kedai tuak. Esok harinya tidak satu pun kedai yang membuka pintunya untuk warga. Semua kedai yang ada trauma dengan tiga peristiwa tersebut dan tidak mau menjadi korban kerugian. Dalam hal mencegah peristiwa yang sama, maka mulai pada hari Kamis tanggal 10 April sampai pada berakhirnyapilkades periode 2008 2013, pihak kepolisian sektor setempat menurunkan personil untuk menjaga keamanan. Kehadiran pihak kepolisian di Desa Sosor Mangulahi sangat membantu untuk meredama rencana perkelahian antara kelompok pendukung kades tersebut. Ketiga kelompok tersebut saling bermusuhan antara pendukung Sukri, Antoni dan Pratama. Peneliti melihat pendukung Sukri dan pendukung Antoni merupakan 2 kelompok yang sangat anti antara satu dengan lainnya. Berbeda halnya dengan pandukung Pratama yang tidak pernah terlibat dengan perkelahian, walaupun mereka tidak mempunyai hubungan sosial yang baik dengan kelompok lain. Hasil wawancara dengan Andika Manalu 23 tahun ternyata calon Sukri dan Antoni adalah dua calon yang sudah bersaing sejak periode sebelumnya dan periode 2008 2013 persaingan kedua kalinya. Calon Pratama adalah calon perdana, yang dulunya pendukung Antoni. Predddy : “Dang olo sae halak on na marbadai, on ma tahe molo so marsikkola. Alani kepala desa pe marsitallikan. Na marhahaanggi pe naeng marsipamatean. Anggo calon Antoni dohot Sukri on do nga leleng halak on marsoal. Nunga padua hali on halak on na dua mencalon hon. Parjolo nga monang si Sukri alai calon muse saonari. So huboto mangida parhuta on”. Pertengkaran mereka tidak ada ujungnya, seperti inilah masyarakat yang tidak berpendidikan. Yang bersaudara ingin saling membunuh demi Pilkades. Sukri dan Antoni adalah dua orang calon kades yang bertarung dalam dua periode berturut- Universitas Sumatera Utara turut pada periode pertama dimenangkan oleh Sukri. Sementara Antoni mengalami kegagalan. Hasil Wawancara, 2008 Keadaan masyarakat benar-benar memprihatinkan, hubungan yang tidak harmonis, kurangnya interaksi dan hanya terlihat banyak masalah. Tidak satu orang pun yang mengetahui semuanya ini akan berakhir. Mereka hanya bisa menunggu waktu yang akan menentukan kemenangan mereka. III.1.1. Pilkades 2008 2013 Pemilihan kepala desa periode 2008 2013 dilaksanakan pada tanggal 12 April 2008 tepatnya hari Sabtu yang bertempat di kompleks Gereja HKBP Desa Sosor Mangulahi. Berlangsung mulai dari pukul 08.00 WIB – 18.20 WIB. Adapun pihak- pihak yang diikuti dalam pilkades tersebut adalah: 1. Masyarakat pemilih 2. PPKD 3. BPD 4. Calon kades 5. Saksi masing-masing calon 6. Pihak pemerintahb yaitu camat 7. Pihak keamanan 8. Penonton dari luar desa PPKD membuka acara setelah semua pihak yang diundang hadir di tempat yang telah ditentukan. Pertama, PPKD membacakan ketentuan-ketentuan pelaksanaan pemilihan yang tidak boleh dilanggar oleh siapa pun. Untuk meminta perlindungan selama berlangsungnya pilkades, selanjutnya diadakan kebaktian sesuai dengan Universitas Sumatera Utara agama yang dianut yaitu Kristen Protestan. Kebaktian sebagai acara terakhir sebelum pemilihan, berlangsung selama satu jam. Sekitar pukul 10.00 WIB, PPKD memanggil para pemilih sesuai dengan kartu pemilih dan surat panggilan yang sudah diberikan sebelumnya. Pencontrengan yang sedang berlangsung diwarnai dengan kericuhan, keributan berupa teriakan-teriakan dan sorak-sorakan dari masyarakat yang berada di TPS. Kericuhan sempat tidak terkendalikan ketika terjadi perdebatan antara pihak PPKD dengan pemilih. Anggota PPKD yang kebanyakan pendukung dari calon Sukri dinilai tidak adil terhadap pemilih. Salah seorang pemilih yang kebetulan pendukung calon Antoni kehilangan kartu pemilih dan surat undangan. Pemilih yang bersangkutan adalah Wiliam 40 tahun mengatakan bahwa hilangnya kartu pemilih dan surat undangannya tiba-tiba. Bernard pergi menjemput rekannya pendukung calon yang sama dengan menaiki kendaraan roda dua. Begitu mereka kembali ke TPS, kartu pemilihnya hilang dari kantung depannnya. Demikianlah penjelasannnya kepada pihak PPKD dibarengi dengan suara lantang dan emosi yang mulai memuncak. PPKD menanggapi penjelasan itu sebuah rekayasa dan permainan. Tidak lama kemudian keadaan kembali mencekam dan mengganggu berlangsungnya pencoblosan pencontrengan. PPKD tetap bertahan untuk tidak memperbolehkan Bernard memilih, karena Bernard tidak memiliki hak pilih. Perdebatan yang semakin panas terus berlanjut, tanpa menghiraukan kelancaran pencontrengan yang sedang berjalan. Hal ini mendapat tanggapan dari pemilih lainnya yang belum mencontreng mencoblos. Mereka merasa dirugikan karena pemilihan tertunda akibat dari perdebatan yang memakan waktu. Keributan dibarengi dengan perselisihan mewarnai suasana pemilihan. Tidak terima dengan keputusan PPKD, Wiliam berusaha melakukan perlawanan fisik terhadap ketua PPKD Jaya 53 tahun. Universitas Sumatera Utara Pihak keamanan mencegah niat tersebut dengan menahan Bernard karena sudah mengganggu berjalannya pilkades dan telah merugikan pemilih yang lain. Pemilihan kembali dilakukan setelah situasi kembali stabil. Pemilih yang llain melanjutkan pencontrengan pencoblosan sesuai dengan pilihan mereka masing- masing. Selama 6 jam pencontrengan pencoblosan berjalan diwarnai dengan konflik berupa keributan, pertentangan, perkelahian dan keadaan yang tidak stabil. Pukul 16.15 WIB para pemilih diberikan waktu untuk istirahat, sementara itu PPKD melakukan perhitungan suara dibantu oleh saksi dari masing-masing calon. Hasil perhitungan suara memutuskan bahwa Sukri pemenang pilkades. Hasil perhitungan suara sebagai berikut: Sukri : 410 orang Antoni : 225 orang Pratama : 208 orang Tidak Memilih : 32 orang Jumlah : 875 orang Sumber : PPKD 2008 Sukri dinyatakan sah menjadi kepala desa terpilih untuk periode 2008 2013. Papan tulis yang digunakan untuk perhitungan suara tiba-tiba dilempari batu oleh pemilih yang bukan pendukung Sukri, seakan tidak mengakui hasil perhitungan tersebut. Satu dari lemparan batu yang bertubi-tubi mengenai wakil ketua PPKD Rahmat 41 tahun. Rahmat mengalami luka dipunggungnya akibat terkena lemparan batu. Rahmat dan keluarganya merasa lega karena para pelaku lemparan berhasil diamankan polisi yang sebagian besar pendukung Antoni. Berakhirnya pemilihan tersebut menyisakan kekecewaan terhadap calon yang kalah, Antoni dan Pratama. Universitas Sumatera Utara Calon Pratama dan Antoni segera meninggalkan TPS tanpa bersedia meluangkan sedikit waktu untuk berjabat tangan untuk mengucapkan selamat atas kemenangan Sukri. Pulang meninggalkan TPS dengan tergesa-gesa kelihatan seperti orang stres putus asa seakan mencerminkan perasaan kalah yang tidak besar hati menerima kekalahannya dan kemenangan Sukri. Untuk menjamin keamanan dari konflik susulan, Sukri selaku kades terpilih pulang ke rumahnya dengan pengawalan ketat dari pihak Kepolisian dibantu oleh personil TNI dari Koramil setempat. Setiba di rumahnya yang tidak jauh dari TPS, Sukri yang sudah menang mendapat jabatan tangan sebagai ucapan selamat dari banyak orang. Termasuk para pendukungnya. Penulis juga tidak ketinggalan untuk mengucapkan selamat kepada kepala desa lama sekaligus kepala desa terpilih itu. Kedua calon kades yang kalah bersama pendukungnya sangat dinantikan oleh kades terpilih, namun tidak satu orang pun yang datang. Mereka memilih untuk berkumpul bersama calonnya masing-masing. Penulis prihatin melihat keadaan di Desa Sosor Mangulahi pasca pilkades, karena berakhirnya pilkades bukan berarti konflik di desa ini barakhir juga. Konflik bahkan semakin meluas dan terbawa-bawa dalam semua aspek kehidupan mereka bukan untuk urusan politik saja. Konflik yang terjadi sebelum-belumnya ternyata berdampak juga terhadap urusan adat. Mereka tidak saling menghadiri acara adat, misalnya : upacara perkawinan, resepsi, syukuran, dan acara lainnya. Mereka hanya menghadiri acara sesama pendukung calon yang sama. Sebaliknya mereka tidak mengundang lawan politiknya. Hubungan sosial diantara mereka tetap renggang, dendam tetap berkarat . Khususnya para kepala rumah tangga yang selau terlibat perkelahian menganggap lawannya sebagai orang lain walaupunpada dasarnya mereka mempunyai garis kekerabatan. Beberapa organisasi kemasyarakatan hancur dengan adanya perpecahan Universitas Sumatera Utara akibat konflik yang silih berganti. Karang Taruna organisasi kepemimpinan mendadak tidak aktif berjalan sebagai mana mestinya. Punguan marga mengalami hal yang sama. Karena, pilihan mereka berbeda satu sama lain. Perkelahian masyarakat sudah tidak terjadi lagi, namun putusnya hubungan diantara mereka sangat sulit dipulihkan, dendam masih menguasai benak mereka. Melihat kehidupan sosial masyarakatnya yang tidak karuan dan kurangnya interaksi, menuntut Sukri yang sudah dilantik pada bulan Mei 2008 itu untuk bersikap tidak berpihak pada siapapun untuk dapat merangkul semua. Beberapa kali Sukri berusaha untuk mempersatukan masyarakatnya yang telah terkotak-kotak selalu gagal. Tidak satu orang pun mereka yang mau untuk dipertemukan untuk berdamai. Dendam yang sudah berkarat terhadap lawannya masih setia bersama mereka. Sukri menganggap semua itu sebagai beban moral terhadapnya selaku pemimpin roda pemerintahan desa. Berbagai usaha selalu dilakukan walaupun tidak membuahkan hasil. Tahun 2008 telah terlewati namun penyelesaian konflik belum tercapai. Tidak ingin larut dalam konflik yang merugikan kehidupan sosial, seorang warga tergugah hatinya untuk ikut serta dan menciptakan penyelesaian konflik. Pada bulan Februari 2009, Evi 37 tahun yang menjabat sebagai wakil ketua PKK melaporkan semuanya kepada camat Wawan. Camat langsung menanggapi hal tersebut dan memanggil kepala desa terpilih Sukri. Sambil berdiskusi, camat berharap kepada kepala desa terpilih supaya segera menangani dan menciptakan penyelesaian konflik. Camat juga siap membantu apabila diperlukan turun ke lapangan. Secara tegas kepala desa berjanji kepada camat akan menyelesaikan dengan segera. III.2. Latar Belakang Penyebab Konflik Universitas Sumatera Utara Adapun hal-hal yang melatarbelakangi terjadinya konflik pilkades di Desa Sosor Mangulahi adalah sebagai berikut : a. Adanya unsur dendam antara mantan calon kades Antoni terhadap mantan calon kades sekaligus kades lama dan kades terpilih Sukri. Mereka sudah dalam dua periode berturut-turut ikut bersaing dalam pilkades yaitu periode 2003 2008 dan periode 2008 2013. Perebutan kekuasaan selama dua periode tersebut selalu dimenangkan oleh Sukri. Sementara Antoni selalu mengalami kekalahan. b. Sukri dinilai tidak legowo dan tidak demokratis. Karena, tidak memberikan kesempatan kepada calon kades lain untuk memimpin pemerintahan desa. Tapi cenderung ikut mencalonkan untuk kedua kalinya. c. Penolakan ketiga calon terhadap permintaan pengetua adat dan pengurus Gereja untuk menyatukan suara sebelum berlangsungnya pilkades calon tunggal saja. Akhirnya Pengetua Adat dan Pengurus Gereja yang tidak menginginkan terjadinya konflik kecewa terhadap penolakan oleh ketiga calon kades tersebut. Ketiga calon kades ; Sukri, Antoni, Pratama tidak ada yang mengalah dan cenderung menolak ketika Pengetua Adat dan Pengurus Gereja meminta untuk menyatukan suara mengusung satu calon, dinilai menjadi pemicu besar terjadinya konflik dan pengelompokankubu, yang mana antara satu dengan yang lainnya tidak saling berkomunikasi. Seperti yang dijelaskan pada kronologis konflik, konflik berawal dari masalah sepele ataupun konflik antar individu. Rangkaian konflik Pilkades 2008 2013 yang berakhir pada bulan Maret 2009 itu berawal dari perdebatan antar Hidayat Universitas Sumatera Utara pendukung Sukri dan Charly pendukung Antoni. Mereka yang masih kakak beradik membanggakan calon masing-masing dalam perdebatannya. Bahkan menilai calon lain tidak layak menjadi kepala desa karena bisanya hanya mengumbar janji tanpa ada bukti. Charly yang menolak rayuan kakaknya Hidayat untuk mendukung Sukri membuat Hidayat merasa tidak dihargai oleh adiknya sendiri. Perdebatan itu berujung pada pertengkaran keduanya. Hal inilah awal dari konflik-konflik berikutnya dan menjadi penyebab konflik menjadi lebih besar dan meluas. Kesemuanya terjadi tidak terlepas dari kepentingan politik yang memperjuangkan calon kades mereka masing-masing dalam rangka Pilkades 2008 2013. III.3. Pihak yang terlibat dalam Konflik Konflik Pilkades 2008 2013 melibatkan banyak masyarakat Desa Sosor Mangulahi termasuk masyarakat yang terkotak-kotak menjadi beberapa kubu kelompok. Dalam hal ini yang terlibat langsung pada peristiwa-peritiwa konflik seperti pertengkaran, pengeroyokan, pelemparan batu, dll ada beberapa orang. Yang saling melemahkan antara satu dengan yang lainnya. Baik individu maupun kelompok. Adapun orang-orang tersebut adalah : 1. Sukri : Calon kades dan kades terpilih 2. Antoni : Calon kades yang telah gagal 2 periode 3. Pratama : Calon kades yang kalah 4. Hidayat : Pendukung Sukri Universitas Sumatera Utara 5. Charly : Pendukung Antoni 6. Iskandar : Pendukung Sukri 7. Hasan : Pendukung Antoni 8. Jaya : Ketua PPKD 9. Wiliam : Pendukung Antoni 10. Rahmat : Wakil Ketua PPKD 11. Budi : Pendukung Antoni 12. Hery Purba : Pendukung Pratama 13. Niko : Pendukung Pratama Disamping itu, kelompok-kelompok masyarakat yang terbagi menjadi 3 kubu juga terlibat didalamnya. Satu kubu dengan kubu yang lainnya tidak ada hubungan dan interaksi yang baik. III.4. Lamanya Konflik Konflik berkepanjangan ini berawal dari sebelum pilkades berlangsung sampai pada pasca pilkades 20082013, terhitung sejak Maret 2008 sampai pada Maret 2009. Konflik yang diselesaikan pada Maret 2009 sekaligus mengakhiri perjalanannya, berlangsung kurang lebih selama satu tahun konflik telah menhancurkan kehidupan Universitas Sumatera Utara sosial masyarakat Desa Sosor Mangulahi. Dalam kurun waktu selama satu tahun ini telah banyak peristiwa yang terjadi. Seperti perkelahian, pengeroyokan, kerusuhan, kekerasan dan bentuk kontak fisik lainnya. Kesemuanya membawa kerugian materi dan banyaknya korban. Disamping itu masyarakat juga tidak merasakan kenyamanan tetapi selalu khawatir akan terjadinya peristiwa susulan. III.5. AkibatFungsi Konflik III.5.1. AkibatFungsi Negatif Konflik Konflik yang terjadi selalu mempunyai dua sisi yang berbeda, baik yang bermanfaat maupun yang sangat merugikan masyarakat berkonflik. Terlepas dari teori konflik yang menganggap konflik juga bernilai positif, sejarah dan kenyataan sehari- hari membuktikan bahwa konflik selalu mendatangkan akibat negatif. Bentrokan tersebut umumnya mendatangkan penderitaan begi kedua belah pihak yang bertikai seperti korban material, korban jiwa serta berkobarnya kebencian dan balas dendam Coser, 1956. Konflik Pilkades telah membawa dampak yang sangat buruk terhadap kehidupan masyarakat desa Sosor Mangulahi. 1. Pecahnya kesatuan masyarakat menjadi beberapa kubu kelompok. 2. Berkurangnya hubungan sosial. 3. Berkurangnya interaksi sosial. Universitas Sumatera Utara 4. Banyaknya warga menjadi korban kontak fisik seperti : perkelahian, pengeroyokan dan pelemparan batu. 5. Adanya warga yang mengalami kerugian atas pertengkaran termasuk pemilik kedai warung, karena sering dijadikan sebagai tempat pertengkaran oleh pihak yang berkonflik. 6. Berkurangnya hubungan dan interaksi membawa akibat lain misalnya apabila ada upacara adat mereka tidak saling mengundang lagi. 7. Kepala desa terpilih kesulitan menjalankan program dan tugas- tugasnya. 8. Rusaknya sistem kekerabatan, struktur sosial yang diatur dalam Dalihan Na Tolu. 9. Hilangnya ”budaya kebersamaan” seperti ; marsiadapari gotong royong, martandang berkunjung kerumah, marulaon acara adat. 10. Tidak adanya kenyamanan. III.5.2. AkibatFungsi Positif Konflik Konflik yang terjadi tidak hanya mempunyai fungsi negatif tetapi juga mempunyai fungsi positif. Fungsi positif itu mempunyai nilai fungsi sosial dan dalam derajat tertentu diperlukan bagi kelangsungan atau eksistensi kelompok. Fungsi konflik sosial dalam suatu kelompok tertentu dapat didefenesikan sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara 1. Meningkatkan solidaritas internal dan integrasi kelompok Dengan adanya tingkat permusuhan atau konflik dengan pihak luar semakin besar maka akan timbul kekompakan yang semakin tinggi dari suatu kelompok yang terlibat konflik untuk membantu memperkuat batas antara kelompok itu dengan kelompok lainnya dalam lingkungan. 2. Memperkuat identitas kelompok dan sebagai pengikat kelompok. Identitas kelompok dapat diperkuat karena batas-batas kelompok, sehingga identitas kelompok mempersatukan kelompok untuk dapat bereksistensi. Identitas itu dapat diciptakan dengan mengeluarkan perasaan permusuhan langsung terhadap musuh atau sumber frustasi konflik. Selain itu identitas masing-masing kelompok akan kuat karena masing- masing individu yang berada dalam kelompok atau in-group mengidentifikasikan dan mengganti dirinya bagian dari internal kelompok. Istilah “kami” akan tercipta untuk melawan kelompok lain atau out-group yang disebut dengan istilah “mereka”. Hal senada juga diutarakan oleh Bogardus dalam Sunaryo 1999 bahwa suatu kelompok memiliki perasaan “ke-kita-an” atau we feeling yang dirasakn oleh masing-masing warga kelomppok. Sifat ini timbul dengan adanya pertemuan wajah atau face to face sehingga masing-masing warga kelompok dapat mengenal satu sama lain dengan intensif. Dengan adanya perasaan “ke-kita-an” akan memperkuat identitas suatu kelompok dengan memperbesar solidaritas internal. Oleh karena itu, konflik sebagai bentuk sosialisasi dalam masyarakat dengan asumsi bahwa tidak ada kehidupan yang selalu dalam keadaan harmoni melainkan selalu dalam proses antara harmoni dan disharmoni, atau selalu terdapat faktor-faktor positif dan negatif yang membangun relasi kehidupan manusia. Universitas Sumatera Utara Konflik pilkades 20082013 disamping membawa dampak yang buruk, ternyata konflik juga memilki fungsi diantaranya adalah semakin kuatnya solidarirtas dan kebersamaan diantar mereka yang berkelompok. Terbukti kekompakan sangat kuat dan perasaan senasib sepenanggungan oleh anggota kelompok. Misalnya saja Iskandar yang dikeroyok oleh kelompok lain, esok harinya kelompoknya merencanakan pembalasan atas pemukulan terhadap Iskandar. Pertengkaran terjadi diantara kedua kelompok berbeda. III.6. Keadaan Masyarakat Sebelum Konflik dan Pada Saat konflik Sebelum terjadinya konflik Pilkades, masyarakat Desa Sosor Mangulahi baik- baik saja tanpa ada perselisihan, pertikaian dan pertengkaran. Bahkan mereka terkenal dengan warga yang solid dan sangat erat kekeluargaan diantara mereka. Hubungan sosial normal dan juga interaksi satu dengan lainnya sangat mendominasi keseharian mereka. Setelah adanya isu pilkades keadaan berubah dan membentuk kubu-kubu berdasarkan calon yang mereka dukung. Dan semakin parah ketika terjadi pertengkaran, perselisihan. Adanya konflik tersebut kesatuan masyarakat Desa Sosor Mangulahi hancur dan terpecah-pecah menjadi beberapa kubu. Maka dapat digambarkan keadaan masyarakat pada saat konflik sangat memprihatinkan, satu sama lainnya saling melemahkan dan tidak adanya persatuan. Kebersamaan yang sebelumnya sudah terbina mengalami perubahan menjadi pudar. III.7. Analisa Faktor Pendorong Perebutan Kades Bukan hal yang jarang lagi pemilihan kepala desa pilkades berujung pada konflik, baik konflik individu maupun yang meluas menjadi konflik sosial. Konflik yang terjadi bahkan tidak memandang bulu, artinya siapapun bisa terlibat dalam Universitas Sumatera Utara konflik termasuk orang-orang yang masih memiliki hubungan kekerabatan. Hal itu telah dibuktikan dengan banyaknya konflik-konflik pilkades yang terjadi diantara satu kesatuan masyarakat desa dan pada umumnya masih terikat dengan hubungan keluarga. Perebutan kepala desa kades yang lebih sering menuai konflik tentunya dilatarbelakangi oleh faktor pendorong, sehingga segala sesuatunya dipertaruhnkan termasuk nyawa dengan tujuan mencapai kemenangan yaitu menjadi Kepala Desa. Hal inilah yang tergambar pada pemilihan kepala desa di Sosor Mangulahi periode 20082013. Adapun faktor pendorong perebutan kades khususnya pada masyarakat desa Sosor Mangulahi yang mayoritas etnis Batak Toba adalah : a. Faktor Budaya b. Faktor Ekonomi c. Faktor Politik a. Faktor Budaya Bangsa Indonesia adalah bangsa yang sangat kaya akan budaya masyarakatnya. Salah satu diantara masyarakatnya adalah etnis Batak Toba. Termasuk didalamnya masyarakat Desa Sosor Mangulahi. Masyarakat Batak Toba pada umumnya memiliki falsafah hidup yang merupakan bagian dari budayanya, dan biasanya dijadikan pedoman untuk sehari-harinya. Adapun falsafah dimaksud adalah 3H ; Hamoraon, Hagabeon. Hasangapon. Falsafah 3H tersebut menjadi tolak ukur dalam keberhasilan orang Batak. Di lain sisi falsafah 3H menjadi faktor pendorong pada orang Batak dalam merebut kekuasaan kepala desa. Hamoraon Kekayaan Universitas Sumatera Utara Kaya raya, salah satu nilai budaya yang mendasari dan mendorong orang Batak, khususnya orang Batak Toba, untuk mencari harta benda yang banyak. Hagabeon Sukses Dalam Keturunan Banyak keturunan dan panjang umur. satu ungkapan tradisional Batak yang terkenal yang disampaikan pada saat upacara pernikahan adalah ungkapan yang mengharapkan agar kelak pengantin baru dikaruniakan putra 17 dan putri 16. Sumber daya manusia bagi orang Batak sangat penting. Kekuatan yang tangguh hanya dapat dibangun dalam jumlah manusia yang banyak. Ini erat hubungannya dengan sejarah suku bangsa Batak yang ditakdirkan memiliki budaya bersaing yang sangat tinggi. Konsep Hagabeon berakar, dari budaya bersaing pada jaman purba, bahkan tercatat dalam sejarah perkembangan, terwujud dalam perang huta. Dalam perang tradisional ini kekuatan tertumpu pada jumlah personil yang besar. Mengenai umur panjang dalam konsep hagabeon disebut Saur Matua Bulung seperti daun, yang gugur setelah tua. Dapat dibayangkan betapa besar pertambahan jumlah tenaga manusia yang diharapkan oleh orang Batak, karena selain setiap keluarga diharapkan melahirkan putra-putri sebanyak 33 orang, juga semuanya diharapkan berusia lanjut. Hasangapon Kehormatan Dan Kekuasaan Kemuliaan, kewibawaan, kharisma, suatu nilai utama yang memberi dorongan kuat untuk meraih kejayaan. Nilai ini memberi dorongan kuat, lebih-lebih pada orang Toba, pada jaman modern ini untuk meraih jabatan dan pangkat yang memberikan kemuliaan,kewibawaan, kharisma dan kekuasaan. Perebutan kepala desa dianggap mampu memenuhi dua unsur dari falsafah 3H tersebut, yaitu Hamoraon dan Hasangapon. Kepala desa sebagai orang nomor satu di desa cukup besar pengaruhnya terhadap masyarakatnya. Misalnya saja dalam Universitas Sumatera Utara pengurusan KTP, Surat Keterangan, dan masih banyak urusan administrasi desa lainnya. Di samping itu kepala desa juga memperoleh pendapatan lebih dibandingkan dengan masyarakat biasa, sehingga seorang kepala desa tidak harus bekerja keras mencari nafkah seperti yang lainnya. Hal inilah yang menjadi salah satu faktor pendorong sehingga berbagai konflik terjadi dalam perebutan kepala desa. b. Faktor Ekonomi Pada faktor budaya telah dijelaskan sekilas mengapa ekonomi menjadi faktor pendorong perebutan kades kepala desa. Dilihat dari segi pendapatan, kepala desa lebih mampu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dibandingkan masyarakat biasa. Disamping memperoleh pendapatan pokok seorang kepala desa juga menerima uang tambahan, baik dari pemerintah maupun masyarakatnya. Manusia adalah makhluk ekonomi yang tidak pernah terlepas dari kebutuhan sehari-harinya. Manusia juga tidak akan mampu bertahan hidup apabila tidak dapat memenuhi kebutuhannya. Dengan demikian berbagai usaha akan dilakukan untuk memperoleh uang untuk dapat menutupi kebutuhan, salah satunya perebutan kepala desa. Berdasarkan hasil wawancara bahwa seorang kepala desa memperoleh pendapatan minimal 1,5 juta rupiah dari gaji pokoknya. Gaji yang diterima setiap bulan tersebut belum termasuk tunjangan dan pendapatan sampingan lainnya. Seperti pengurusan KTP, pembangunan jalan dan juga pengurusan lainnya. Maka apabila ditotalitaskan gaji tersebut bisa mencapai hampir 3 juta rupiah. Sementara masyarakat biasa dengan bekerja keras setiap harinya belum tentu bisa memperoleh pendapatan sebanyak itu disamping menutupi kebutuhannya sehari-hari. c. Faktor Politik Faktor terakhir yang mendorong adanya perebutan kepala desa adalah faktor politik. Manusia adalah makhluk politik yang selalu menjalankan kekuasaan- Universitas Sumatera Utara kekuasaannya melalui hubungan-hubungan sosialnya dan selalu berusaha mempengaruhi yang lain. Aristoteles, 1986: 1. Manusia sebagai makhluk politik selalu berusaha untuk mendapat kekuasaan dan mempengaruhi orang lain. Dengan berbagai cara dan upaya akan dilakukan demi mendapatkan kepentingan-kepentingan politik termasuk menjadi seorang kepala desa. Seseorang yang mempunyai kekuasaan akan lebih mudah untuk mempengaruhi orang lain sesuai dengan keinginannya. Misalnya saja kepala desa selaku pemegang kekuasaan tertinggi di tingkat desa, memiliki wewenang yang lebih untuk mengendalikan roda pemerintahan desa. Untuk urusan politik segala sesuatunya bisa menjadi taruhan, termasuk hubungan kekerabatan bahkan nyawa sekalipun. Dalam perebutan kepala desa Sosor Mangulahi yang telah banyak dijumpai peristiwa-peristiwa konflik semakin membuktikan bahwa urusan politik sangat mahal nilainya terlebih untuk saat ini. Struktur kekerabatan “Dalihan Na Tolu” yang selama ini sangat dijunjung tinggi nilainya oleh masyarakat Batak menjadi tidak berarti apa-apa ketika bergesekan dengan urusan politik. Seperti yang terjadi di desa Sosor Mangulahi, calon-calon kades ternyata masih terlihat dalam hubungan Dalihan Na Tolu tetap saja dilanda konflik. Faktor politik sebagai faktor pendorong perebutan kepala desa telah mengorbankan hubungan persaudaraan, keluiarga ataupun kekerabatan. Faktor inilah yang menyebabkan berbagai usaha dilakukan demi tercapainya kedudukan kepala desa sebagai pemimpin di tingkat desa. III.8. Hubungan Kekerabatan Tidak Selalu Faktor Pendukung Politik Berbagai referensi telah banyak mengkaji tentang hubungan kekerabatan yang sangat berkaitan dengan kegiatan politik. Banyak buku bacaan yang menjelaskan Universitas Sumatera Utara bahwa kekerabatan merupakan salah satu faktor pendukung dalam kegiatan faktor politik. Hal itu terjadi karena orang-orang yanng terikat dalam hubungan kekerabatan tertentu bisa saling membantu dan saling mendukung sehingga tujuan poltiknya dapat tercapai. Seperti pada Buku Antropologi Politik Balandier juga menyebutkan adanya tiga faktor pendukung dalam kegiatan politik misalnya pilkades, diantaranya adalah :  Hubungan kekerabatan  Suku Bangsa  Agama Hal itu juga sudah terbukti secara praktis, yang mana masyarakat pemilih lebih mendukungmemilih figur yang lebih dekat baik dari segi agama, suku bangsa dan hubungan kekerabatan. Dalam konteks masyarakat pluralisme hal itu sangan relevan. Pada pilkades 20082013 terdapat konflik, baik individu maupun sosial. Pada kenyataannnya hubungan kekerabatan tidak lagi menjadi faktor pendukung dalam pesta demokrasi tersebut. Bahkan tidak jarang hubungan kekerabatan menjadi sumber konflik Horizontal. Masyarakat Desa Sosor Mangulahi adalah masyarakat Homogen yang hanya terdiri dari etnis Batak Toba. Tetapi hal ini tidak menjadi jaminan dalam pemilihan kepala desa berlangsung dengan aman. Semakin memberikan bukti bahwa hubungan kekerabatan tidak menjadi faktor pendukung kegiatan politik dalam konteks masyarakat Homogen seperti Sosor Mangulahi Apabila ditinjau lebih dalam, calon kades yang ada pada pilkades 20082013 masih terikat dalam hubungan kekerabatan dan bahkan terdapat dalam “Dalihan Na Tolu”. Maka dapat disimpulkan dalam masyarakat Homogen, hubungan kekerabatan tidak menjadi faktor pendukung dalam kegiatan politik dalam hal ini pilkades. Pada kenyataannya konflik terjadi diantara mereka yang memang masih mempunyai hubungan kekerabatan dan kekeluargaan. Universitas Sumatera Utara

BAB IV PENYELESAIAN KONFLIK