Perumusan masalah Tujuan Penelitian Pengawas Menelan Obat PMO

1.2. Perumusan masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh kepatuhan dan motivasi penderita TB Paru terhadap tingkat kesembuhan dalam pengobatan di Puskesmas Sadabuan Kota Padangsidimpuan Tahun 2011.

1.3. Tujuan Penelitian

Untuk menjelaskan pengaruh kepatuhan dan motivasi penderita TB Paru terhadap tingkat kesembuhan dalam pengobatan di Puskesmas Sadabuan Kota Padangsidimpuan Tahun 2011.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Sebagai informasi dan bahan masukan kepada pihak Dinas Kesehatan Kota Padangsidimpuan dalam penanggulangan penyakit TB Paru. 2. Sebagai bahan masukan bagi Puskesmas Sadabuan Kota Padangsidimpuan dalam melaksanakan program penanggulangan TB Paru dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan kepada penderita TB paru. 3. Sebagai bahan informasi dan pengembangan bagi penelitian sejenis dan berkelanjutan. Universitas Sumatera Utara BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tuberkulosis Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman yang disebut Mycobacterium tuberculosis dan bukanlah penyakit keturunan tetapi dapat ditularkan dari seseorang ke orang lain. Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya Aditama, 1994. Kuman tuberkulosis mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan sehingga disebut sebagai Basil Tahan Asam BTA. Kuman TB Paru cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat dormant, tertidur lama selama beberapa tahun Depkes RI, 2002.

2.1.1. Cara Penularan

Sumber penularan adalah penderita TB Paru BTA positif yang belum diobati. Kuman TB menyebar dalam bentuk percikan dahak droplet nuclei, pada waktu penderita batuk atau bersin. Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak. Percikan dahak dapat bertahan selama beberapa jam dalam keadaan yang gelap dan lembab. Daya penularan seorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat kepositifan hasil pemeriksaan dahak, makin menular penderita tersebut. Kemungkinan seseorang terpajan kuman TB ditentukan oleh konsentrasi percikan dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut Depkes RI, 2008. 9 Universitas Sumatera Utara

2.1.2. Risiko Penularan

Risiko penularan setiap tahun Annual Risk of Tuberculosis Infection = ARTI yaitu proporsi penduduk yang berisiko terinfeksi TB selama satu tahun. ARTI sebesar 1 , berarti diantara 1000 penduduk terdapat sepuluh orang terinfeksi setiap tahun. ARTI di Indonesia bervariasi antara 1-3 . Kemungkinan seseorang menjadi penderita TB adalah daya tahan tubuh yang rendah, diantaranya infeksi HIVAIDS dan malnutrisigizi buruk Depkes RI, 2008.

2.1.3. Gejala-Gejala Tuberkulosis

Gejala utama penderita TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, rasa kurang enak badan malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu bulan. Setiap orang dengan gejala tersebut dianggap sebagai seorang tersangka suspek penderita TB dan perlu dilakukan pemeriksaan dahak secara mikroskopis Depkes RI, 2008.

2.1.4. Penemuan Penderita Tuberkulosis Paru

Menurut Depkes RI 2008, penemuan penderita merupakan langkah pertama dalam kegiatan program penanggulangan TB Paru yang terdiri dari penjaringan suspek, diagnosis, penentuan klasifikasi penyakit dan tipe penderita. Penemuan penderita TB paru dilakukan secara pasif dengan promosi aktif. Penjaringan tersangka penderita dilakukan di Unit Pelayanan Kesehatan UPK; didukung dengan penyuluhan secara aktif baik oleh petugas kesehatan maupun Universitas Sumatera Utara masyarakat untuk meningkatkan cakupan penemuan tersangka penderita TB. Selain itu, semua kontak penderita TB Paru BTA positif dengan gejala sama, harus diperiksa dahaknya.

2.1.5. Diagnosis Tuberkulosis Paru

Untuk mengetahui adanya tuberkulosis, dokter biasanya berpegang pada tiga patokan utama. Pertama, hasil wawancaranya tentang keluhan pasien dan hasil pemeriksaan yang dilakukan pada pasien yang disebut dengan anamnesis. Kedua, hasil pemeriksaan laboratorium untuk menemukan adanya BTA pada spesimen penderita dengan cara pemeriksaan 3 spesimen dahak dalam waktu 2 hari berturut- turut yaitu sewaktu-pagi-sewaktu SPS. Ketiga, pemeriksaaan rontgen dada yang akan memperlihatkan gambaran paru yang akan diperiksanya. Selain ketiga patokan tersebut kadang dokter juga mengumpulkan data tambahan dari hasil pemeriksaan darah atau pemeriksaan tambahan lain Aditama, 1994.

2.1.6. Klasifikasi Penyakit

1. Tuberkulosis TB Paru

Menurut Depkes RI 2008, Tuberkulosis TB Paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan paru, tidak termasuk pleura selaput paru dan kelenjar pada hilus. Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak, TB paru dibagi dalam : a. TB Paru BTA + Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak Sewaktu-Pagi-Sewaktu SPS hasilnya BTA positif. Satu spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks dada menunjukkan gambaran TB. Universitas Sumatera Utara b. TB Paru BTA - Pemeriksaan 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif dan foto toraks menunjukkan gambaran TB. Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika dan non OAT Obat Anti Tuberkulosis.

2. Tuberkulosis TB Ekstra Paru

Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru, misalnya pleura selaput paru, selaput otak, pericardium selaput jantung, kelenjar lymfe, tulang, ginjal dan lain-lain. TB ekstra paru dibagi berdasarkan tingkat keparahan penyakitnya, yaitu : a. TB ekstra paru ringan, misalnya TB kelenjar lymfe, tulang kecuali tulang belakang, sendi dan kelenjar adrenal. b. TB ekstra paru berat, misalnya Meningitis millier, perikarditis, TB tulang belakang, TB usus, TB saluran kemih dan alat kelamin Depkes RI, 2008.

2.1.7. Tipe Penderita Tuberkulosis Paru

Menurut Depkes RI 2008, tipe penderita ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya, ada beberapa tipe penderita yaitu : 1. Baru adalah penderita yang belum pernah diobati dengan Obat Anti Tuberkulosis OAT atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan 4 minggu. Universitas Sumatera Utara 2. Kambuh Relaps adalah penderita tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapatkan pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh, kemudian didiagnosis kembali dengan BTA positif. 3. Pengobatan setelah putus berobat Default adalah penderita yang telah berobat dan putus berobat 2 bulan atau lebih dengan BTA positif. 4. Gagal Failure adalah penderita yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali menjadi positif pada bulan ke lima atau lebih selama pengobatan. 5. Pindahan Transfer In adalah penderita yang dipindahkan dari Unit Pelayanan Kesehatan UPK yang memiliki register TB lain untuk melanjutkan pengobatannya. 6. Lain-lain adalah kasus yang tidak memenuhi ketentuan diatas. Dalam kelompok ini termasuk Kasus Kronis, yaitu penderita dengan hasil pemeriksaan masih BTA positif setelah selesai pengobatan ulangan.

2.1.8. Pengobatan Tuberkulosis Paru

2.1.8.1. Prinsip Pengobatan Tuberkulosis Paru

Menurut Depkes RI 2008, OAT diberikan dalam bentuk kombinasi dari beberapa jenis obat, dalam jumlah cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan. Pengobatan TB Paru diberikan dalam dua tahap, yaitu tahap awal intensif dan lanjutan. Universitas Sumatera Utara 1. Tahap Awal Intensif Pada tahap awal Intensif penderita mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi langsung untuk mencegah terjadinya resistensi kekebalan. Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya penderita menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu. Sebagian besar penderita TB Paru BTA positif menjadi BTA negatif konversi dalam 2 bulan. 2. Tahap Lanjutan Pada tahap lanjutan penderita mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam jangka waktu yang lebih lama. Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persisten dormant sehingga mencegah terjadinya kekambuhan. Apabila paduan obat yang digunakan tidak adekuat jenis, dosis dan jangka waktu pengobatan, kuman TB Paru akan berkembang menjadi kuman kebal obat resisten. Untuk menjamin kepatuhan penderita menelan obat, pengobatan perlu dilakukan dengan pengawasan langsung DOTS = Directly Observed Treatment Shortcourse oleh seorang Pengawas Menelan Obat Depkes RI, 2002.

2.1.8.2. Hasil Pengobatan

1. Sembuh Penderita telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap dan pemeriksaan ulang dahak sebelum akhir pengobatan dan pada akhir pengobatan hasilnya negatif. Universitas Sumatera Utara 2. Pengobatan Lengkap Adalah pasien yang telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap tetapi tidak memenuhi persyaratan sembuh atau gagal. 3. Meninggal Adalah penderita yang meninggal dalam masa pengobatan karena sebab apapun. 4. Pindah Adalah pasien yang pindah berobat ke unit dengan register TB 03 yang lain dan hasil pengobatannya tidak diketahui. 5. Default Drop Out Penderita yang tidak berobat selama 2 bulan berturut-turut atau lebih sebelum masa pengobatannya selesai. 6. Gagal Penderita yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali menjadi positif sebelum akhir pengobatan atau pada akhir pengobatan Depkes RI, 2008.

2.2. Penanggulangan TB

2.2.1. Rencana Global Penanggulangan TB

Menurut Depkes RI 2007, Rencana Global 2006-2015 mencakup enam elemen utama dalam strategi baru Stop TB –WHO yang terdiri dari : 1. Memperluas dan meningkatkan ekspansi DOTS yang berkualitas, meningkatkan penemuan kasus dan kesembuhan melalui pendekatan yang Universitas Sumatera Utara terfokus pada penderita agar pelayanan DOTS yang berkualitas dapat menjangkau seluruh penderita, khususnya kelompok masyarakat yang miskin dan rentan. 2. Menghadapi tantangan TBHIV , MDR-TB dan tantangan lainnya, dengan cara meningkatkan kolaborasi TBHIV, DOTS-Plus dan pendekatan lainnya. 3. Berkontribusi dalam memperkuat sistem kesehatan melalui kerjasama dengan berbagai program dan pelayanan kesehatan lainnya, misalnya dalam memobilisasi sumber daya manusia dan finansial untuk implementasi dan mengevaluasi hasilnyaserta pertukaran informasi dalam keberhasilan pencapaian dalam program penanggulangan TB. 4. Melibatkan seluruh penyedia pelayanan kesehatan, pemerintah, lembaga swadaya masyarakat LSM dan swasta, dengan cara memperluas pendekatan berbasis public-private mix PPM dengan menggunakan ISTC. 5. Melibatkan penderita TB dan masyarakat untuk memberikan kontribusi dalam penyediaan pelayanan yang efektif. Hal ini meliputi perluasan pelayanan TB di masyarakat, menciptakan kebutuhan masyarakat akan pelayanan TB, advokasi yang spesifik; komunikasi dan mobilisasi sosial; serta mendukung pengembangan piagam pasien TB dalam masyarakat, dan 6. Memberdayakan dan meningkatkan penelitian operasional.

2.2.2. Strategi DOTS Directly Observed Treatment Shortcourse

Strategi DOTS adalah strategi penanggulangan TB Paru nasional yang telah direkomendasikan oleh WHO, yang dimulai pelaksanaannya di Indonesia pada Tahun Universitas Sumatera Utara 19951996. Sebelum pelaksanaan strategi DOTS 1969-1994 angka kesembuhan TB Paru yang dapat dicapai oleh program hanya 40-60 saja. Dengan strategi DOTS diharapkan angka kesembuhan dapat dicapai minimal 85 dari penderita TB Paru BTA positif yang ditemukan Aditama, 2002. Pengertian DOTS dimulai dengan keharusan pengelola program TB untuk memfokuskan perhatian dalam usaha menemukan penderita. Dalam arti deteksi kasus dengan pemeriksaan mikroskopik, yaitu dengan keharusan mendeteksi kasus secara baik dan akurat. Kemudian, setiap pasien harus diobservasi dalam memakan obatnya, setiap obat yang ditelan pasien harus di depan seorang pengawas. Pasien juga harus menerima pengobatan yang tertata dalam sistem pengelolaan, distribusi dan penyediaan obat secara baik. Kemudian setiap pasien harus mendapat obat yang baik, artinya pengobatan jangka pendek standard yang telah terbukti ampuh secara klinik. Akhirnya, harus ada dukungan dari pemerintah yang membuat program penanggulangan TB mendapat prioritas yang tinggi dalam pelayanan kesehatan Aditama, 2002. Prinsip DOTS adalah mendekatkan pelayanan pengobatan terhadap penderita agar secara langsung dapat mengawasi keteraturan menelan obat dan melakukan pelacakan bila penderita tidak datang mengambil obat sesuai dengan yang ditetapkan. Strategi DOTS mempunyai lima komponen : 1. Komitmen politis dari para pengambil keputusan, termasuk dukungan dana. 2. Diagnosa TB dengan pemeriksaan dahak secara mikroskopis. Universitas Sumatera Utara 3. Pengobatan dengan paduan Obat Anti Tuberkulosis OAT jangka pendek dengan pengawasan langsung oleh Pengawas Menelan Obat PMO. 4. Kesinambungan persediaan OAT jangka pendek dengan mutu terjamin. 5. Pencatatan dan pelaporan secara baku untuk memudahkan pemantauan dan evaluasi program penanggulangan TB.

2.3. Pengawas Menelan Obat PMO

Salah satu komponen DOTS adalah pengobatan paduan OAT jangka pendek dengan pengawasan langsung. Untuk menjamin keteraturan pengobatan diperlukan seorang PMO. Menurut Depkes RI 2008, persyaratan seorang PMO adalah : a. Seseorang yang dikenal, dipercaya dan disetujui, baik oleh petugas kesehatan maupun penderita, selain itu harus disegani dan dihormati oleh penderita. b. Seseorang yang tinggal dekat dengan penderita. c. Bersedia membantu penderita dengan sukarela. d. Bersedia dilatih dan atau mendapat penyuluhan bersama-sama dengan penderita. Sebaiknya PMO adalah petugas kesehatan, misalnya bidan di desa, perawat, sanitarian, juru imunisasi, dan lain-lain. Bila tidak ada petugas kesehatan yang memungkinkan, PMO dapat berasal dari kader kesehatan, guru, anggota Perhimpunan Pemberantasan Tuberkulosis Indonesia PPTI, atau tokoh masyarakat lainnya atau anggota keluarga. Universitas Sumatera Utara Tugas seorang PMO antara lain : 1. Mengawasi penderita TB Paru agar menelan obat secara teratur sampai selesai pengobatan. 2. Memberi dorongan kepada penderita agar mau berobat teratur. 3. Mengingatkan penderita untuk periksa ulang dahak pada waktu yang telah ditentukan. 4. Memberi penyuluhan pada anggota keluarga penderita TB Paru yang mempunyai gejala-gejala mencurigakan TB Paru untuk segera memeriksakan diri ke Unit Pelayanan Kesehatan.

2.4. Faktor- faktor yang memengaruhi Kesembuhan

Dokumen yang terkait

Tingkat Kepatuhan Minum Obat Penderita Tuberculosis Paru Di Poli Paru Rumah Sakit Haji Medan 2012

4 85 65

Hubungan Dukungan Keluarga Dan Karakteristik Penderita Tb Paru Dengan Kesembuhan Pada Pengobatan Tb Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Polonia Medan

3 51 102

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG TB PARU DENGAN KEPATUHAN MENJALANI PROGRAM PENGOBATAN Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang TB Paru Dengan Kepatuhan Menjalani Program Pengobatan Pada Penderita TB Paru di BBKPM Surakarta.

0 0 15

Gambaran Perilaku Keluarga Penderita TB Paru Terhadap Pencegahan TB Paru di Wilayah Puskesmas Padangmatinggi Kota Padangsidimpuan Tahun 2015

1 1 16

Gambaran Perilaku Keluarga Penderita TB Paru Terhadap Pencegahan TB Paru di Wilayah Puskesmas Padangmatinggi Kota Padangsidimpuan Tahun 2015

0 0 2

Gambaran Perilaku Keluarga Penderita TB Paru Terhadap Pencegahan TB Paru di Wilayah Puskesmas Padangmatinggi Kota Padangsidimpuan Tahun 2015

0 0 8

Gambaran Perilaku Keluarga Penderita TB Paru Terhadap Pencegahan TB Paru di Wilayah Puskesmas Padangmatinggi Kota Padangsidimpuan Tahun 2015

0 1 26

Gambaran Perilaku Keluarga Penderita TB Paru Terhadap Pencegahan TB Paru di Wilayah Puskesmas Padangmatinggi Kota Padangsidimpuan Tahun 2015

0 1 3

Gambaran Perilaku Keluarga Penderita TB Paru Terhadap Pencegahan TB Paru di Wilayah Puskesmas Padangmatinggi Kota Padangsidimpuan Tahun 2015

0 0 32

HUBUNGAN PERAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KESEMBUHAN PADA PENDERITA TB PARU DI BALAI PENGOBATAN PENYAKIT PARU-PARU UNIT MINGGIRAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI - Hubungan Peran Keluarga dengan Tingkat Kesembuhan pada Penderita TB Paru di Balai Pengobatan Penya

0 0 11