masyarakat untuk meningkatkan cakupan penemuan tersangka penderita TB. Selain itu, semua kontak penderita TB Paru BTA positif dengan gejala sama, harus diperiksa
dahaknya.
2.1.5. Diagnosis Tuberkulosis Paru
Untuk mengetahui adanya tuberkulosis, dokter biasanya berpegang pada tiga patokan utama. Pertama, hasil wawancaranya tentang keluhan pasien dan hasil
pemeriksaan yang dilakukan pada pasien yang disebut dengan anamnesis. Kedua, hasil pemeriksaan laboratorium untuk menemukan adanya BTA pada spesimen
penderita dengan cara pemeriksaan 3 spesimen dahak dalam waktu 2 hari berturut- turut yaitu sewaktu-pagi-sewaktu SPS. Ketiga, pemeriksaaan rontgen dada yang
akan memperlihatkan gambaran paru yang akan diperiksanya. Selain ketiga patokan tersebut kadang dokter juga mengumpulkan data tambahan dari hasil pemeriksaan
darah atau pemeriksaan tambahan lain Aditama, 1994.
2.1.6. Klasifikasi Penyakit
1. Tuberkulosis TB Paru
Menurut Depkes RI 2008, Tuberkulosis TB Paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan paru, tidak termasuk pleura selaput paru dan kelenjar pada
hilus. Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak, TB paru dibagi dalam : a.
TB Paru BTA + Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak Sewaktu-Pagi-Sewaktu
SPS hasilnya BTA positif. Satu spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks dada menunjukkan gambaran TB.
Universitas Sumatera Utara
b. TB Paru BTA -
Pemeriksaan 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif dan foto toraks menunjukkan gambaran TB. Tidak ada perbaikan setelah
pemberian antibiotika dan non OAT Obat Anti Tuberkulosis.
2. Tuberkulosis TB Ekstra Paru
Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru, misalnya pleura selaput paru, selaput otak, pericardium selaput jantung, kelenjar lymfe, tulang,
ginjal dan lain-lain. TB ekstra paru dibagi berdasarkan tingkat keparahan penyakitnya, yaitu :
a. TB ekstra paru ringan, misalnya TB kelenjar lymfe, tulang kecuali
tulang belakang, sendi dan kelenjar adrenal. b.
TB ekstra paru berat, misalnya Meningitis millier, perikarditis, TB tulang belakang, TB usus, TB saluran kemih dan alat kelamin Depkes
RI, 2008.
2.1.7. Tipe Penderita Tuberkulosis Paru
Menurut Depkes RI 2008, tipe penderita ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya, ada beberapa tipe penderita yaitu :
1. Baru adalah penderita yang belum pernah diobati dengan Obat Anti
Tuberkulosis OAT atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan 4 minggu.
Universitas Sumatera Utara
2. Kambuh Relaps adalah penderita tuberkulosis yang sebelumnya pernah
mendapatkan pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh, kemudian didiagnosis kembali dengan BTA positif.
3. Pengobatan setelah putus berobat Default adalah penderita yang telah
berobat dan putus berobat 2 bulan atau lebih dengan BTA positif. 4.
Gagal Failure adalah penderita yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap
positif atau kembali menjadi positif pada bulan ke lima atau lebih selama pengobatan.
5. Pindahan Transfer In adalah penderita yang dipindahkan dari Unit
Pelayanan Kesehatan UPK yang memiliki register TB lain untuk melanjutkan pengobatannya.
6. Lain-lain adalah kasus yang tidak memenuhi ketentuan diatas. Dalam
kelompok ini termasuk Kasus Kronis, yaitu penderita dengan hasil pemeriksaan masih BTA positif setelah selesai pengobatan ulangan.
2.1.8. Pengobatan Tuberkulosis Paru
2.1.8.1. Prinsip Pengobatan Tuberkulosis Paru
Menurut Depkes RI 2008, OAT diberikan dalam bentuk kombinasi dari beberapa jenis obat, dalam jumlah cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori
pengobatan. Pengobatan TB Paru diberikan dalam dua tahap, yaitu tahap awal intensif dan lanjutan.
Universitas Sumatera Utara
1. Tahap Awal Intensif
Pada tahap awal Intensif penderita mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi langsung untuk mencegah terjadinya resistensi kekebalan. Bila
pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya penderita menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu. Sebagian
besar penderita TB Paru BTA positif menjadi BTA negatif konversi dalam 2 bulan.
2. Tahap Lanjutan
Pada tahap lanjutan penderita mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam jangka waktu yang lebih lama. Tahap lanjutan penting untuk
membunuh kuman persisten dormant sehingga mencegah terjadinya kekambuhan.
Apabila paduan obat yang digunakan tidak adekuat jenis, dosis dan jangka waktu pengobatan, kuman TB Paru akan berkembang menjadi kuman kebal obat
resisten. Untuk menjamin kepatuhan penderita menelan obat, pengobatan perlu dilakukan dengan pengawasan langsung DOTS = Directly Observed Treatment
Shortcourse oleh seorang Pengawas Menelan Obat Depkes RI, 2002.
2.1.8.2. Hasil Pengobatan
1. Sembuh
Penderita telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap dan pemeriksaan ulang dahak sebelum akhir pengobatan dan pada akhir
pengobatan hasilnya negatif.
Universitas Sumatera Utara
2. Pengobatan Lengkap
Adalah pasien yang telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap tetapi tidak memenuhi persyaratan sembuh atau gagal.
3. Meninggal
Adalah penderita yang meninggal dalam masa pengobatan karena sebab apapun.
4. Pindah
Adalah pasien yang pindah berobat ke unit dengan register TB 03 yang lain dan hasil pengobatannya tidak diketahui.
5. Default Drop Out
Penderita yang tidak berobat selama 2 bulan berturut-turut atau lebih sebelum masa pengobatannya selesai.
6. Gagal
Penderita yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali menjadi positif sebelum akhir pengobatan atau pada akhir pengobatan
Depkes RI, 2008.
2.2. Penanggulangan TB
2.2.1. Rencana Global Penanggulangan TB
Menurut Depkes RI 2007, Rencana Global 2006-2015 mencakup enam elemen utama dalam strategi baru Stop TB –WHO yang terdiri dari :
1. Memperluas dan meningkatkan ekspansi DOTS yang berkualitas,
meningkatkan penemuan kasus dan kesembuhan melalui pendekatan yang
Universitas Sumatera Utara