tersebut tentang nilai suatu prestasi sebagai wahana untuk mencapai tujuan tersebut Siagian, 1995.
2. Teori Penguatan
Teori penguatan menggunakan pendekatan keperilakuan, dalam arti bahwa penguatan menentukan perilaku seseorang. Para penganut teori penguatan melihat
perilaku seseorang sebagai akibat lingkungannya. Yang dimaksud dengan faktor- faktor penguatan adalah setiap konsekuensi yang apabila timbul mengikuti suatu
respon, memperbesar kemungkinan bahwa tindakan itu akan diulangi Siagian, 1995. Teori ini menjelaskan bagaimana konsekuensi perilaku di masa yang lalu
mempengaruhi tindakan di masa datang dalam suatu siklus proses belajar. Dalam pandangan teori ini jika seseorang individu berperilaku tertentu dan diikuti oleh
konsekuensi yang menyenangkan maka perilaku tersebut cenderung akan diulangi, dan sebaliknya jika suatu perilaku tertentu menghasilkan konsekuensi negatif, maka
perilaku ini cenderung tidak akan diulang di masa datang Notoadmodjo, 2003. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa inti teori ini terletak pada
pandangan bahwa jika tindakan seorang manajer kepada bawahan mendorong perilaku positif tertentu, bawahan yang bersangkutan akan cenderung mengulangi
tindakan serupa. Sebaliknya, jika seorang manajer menegur bawahannya karena melakukan sesuatu hal yang seharusnya tidak dilakukannya, bawahan tersebut akan
cenderung untuk tidak mengulangi tindakan tersebut terlepas dari dalam diri orang yang bersangkutan. Singkatnya, motivasi seseorang bawahan untuk melakukan atau
tidak melakukan sesuatu sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor di luar dirinya seperti sikap pimpinan, pengaruh rekan kerja dan sejenisnya Siagian, 1995.
Universitas Sumatera Utara
Dalam hal kepatuhan berobat pada penderita TB Paru, faktor-faktor di luar dirinya seperti dukungan keluarga, pengawasan PMO dan dorongan petugas dapat
menjadi faktor-faktor penguat yang mendorong penderita TB Paru untuk persisten dalam menjalani pengobatannya sehingga tidak menyebabkan penderita putus
berobat. Bentuk penguatan tersebut dapat berupa perhatian maupun teguran dari keluarga dan PMO bila penderita jenuh dalam menjalani proses pengobatan, serta
sikap petugas yang senantiasa mendengar segala keluhan penderita, meresponsnya dan memberikan solusi dengan baik.
2.5. Kerangka Konsep