Tugas seorang PMO antara lain : 1.
Mengawasi penderita TB Paru agar menelan obat secara teratur sampai selesai pengobatan.
2. Memberi dorongan kepada penderita agar mau berobat teratur.
3. Mengingatkan penderita untuk periksa ulang dahak pada waktu yang telah
ditentukan. 4.
Memberi penyuluhan pada anggota keluarga penderita TB Paru yang mempunyai gejala-gejala
mencurigakan TB Paru untuk segera
memeriksakan diri ke Unit Pelayanan Kesehatan.
2.4. Faktor- faktor yang memengaruhi Kesembuhan
2.4.1. Kepatuhan Berobat
Menurut Sacket dalam Ester 2000, kepatuhan pasien adalah sejauh mana perilaku pasien sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh profesional kesehatan.
Menurut Sarafino dalam Bart 1994, ketidaktaatan meningkatkan risiko berkembangnya masalah kesehatan atau memperpanjang atau memperburuk
kesakitan yang sedang diderita. Perkiraan yang ada menyatakan bahwa 20 jumlah opname di rumah sakit merupakan akibat dari ketidaktaatan pasien terhadap aturan
pengobatan. Kepatuhan atau ketaatan merupakan tingkat pasien melaksanakan cara pengobatan dan perilaku yang disarankan oleh dokternya atau boleh yang lain.
Kepatuhan berobat adalah tingkah perilaku penderita dalam mengambil suatu tindakan atau upaya untuk secara teratur menjalani pengobatan. Penderita yang
patuh berobat adalah yang menyelesaikan pengobatannya secara teratur dan lengkap
Universitas Sumatera Utara
tanpa terputus selama 6 bulan sampai dengan 8 bulan, sedangkan penderita yang tidak patuh berobat dan minum obat bila frekuensi minum obat tidak dilaksanakan sesuai
rencana yang ditetapkan Depkes RI, 2002. Faktor-faktor yang memengaruhi ketidakpatuhan dapat digolongkan menjadi
empat bagian yaitu : 1.
Pemahaman Tentang Instruksi Tak seorang pun mematuhi instruksi jika ia salah paham tentang instruksi
yang diberikan padanya. Ley dan Spelman dalam Ester 2000 menemukan bahwa lebih dari 60 yang diwawancarai setelah bertemu dengan dokter salah mengerti
tentang instruksi yang diberikan pada mereka. Kadang-kadang hal ini disebabkan oleh kegagalan profesional kesehatan dalam memberikan informasi yang lengkap,
penggunaan istilah-istilah medis dan banyak memberikan instruksi yang harus diingat oleh pasien.
Pendekatan praktis untuk meningkatkan kepatuhan pasien ditemukan oleh DiNicola dan DiMatteo dalam Ester 2000, yaitu:
a. Buat instruksi tertulis yang jelas dan mudah diinterpretasikan.
b. Berikan informasi tentang pengobatan sebelum menjelaskan hal-hal
lain. c.
Jika seseorang diberikan suatu daftar tertulis tentang hal-hal yang harus diingat, maka akan ada efek keunggulan, yaitu mereka berusaha
mengingat hal-hal yang pertama kali ditulis. d.
Instruksi-instruksi harus ditulis dengan bahasa umum non medis dan hal-hal yang perlu ditekankan.
Universitas Sumatera Utara
2. Kualitas Interaksi
Kualitas interaksi antara profesional kesehatan dan pasien merupakan bagian yang penting dalam menentukan derajat kepatuhan. Hal ini perlu ditingkatkan untuk
memberikan umpan balik pada pasien setelah memperoleh informasi tentang diagnosis. Pasien membutuhkan penjelasan tentang kondisinya saat ini, apa
penyebabnya dan apa yang dapat mereka lakukan dengan kondisi seperti ini. 3.
Isolasi Sosial dan Keluarga Keluarga dapat menjadi faktor yang sangat berpengaruh dalam menentukan
keyakinan dan nilai kesehatan individu, menentukan program pengobatan yang dapat mereka terima juga dapat memberikan dukungan dan membuat keputusan mengenai
perawatan anggota keluarga yang sakit 4.
Keyakinan, Sikap, Kepribadian Ahli psikologis telah menyelidiki tentang hubungan antara pengukuran-
pengukuran kepribadian dan kepatuhan. Mereka menemukan bahwa data kepribadian secara benar dibedakan antara orang yang patuh dengan orang yang gagal. Orang-
orang yang tidak patuh adalah orang-orang yang lebih mengalami depresi, ansietas, sangat memerhatikan kesehatannya, memiliki kekuatan ego yang lebih lemah dan
yang kehidupan sosialnya lebih memusatkan perhatian pada dirinya sendiri. Blumenthal et al dalam Ester 2000, mengatakan bahwa ciri-ciri kepribadian yang
disebutkan di atas itu yang menyebabkan seseorang cenderung tidak patuh drop out dari program pengobatan.
Dalam proses penyembuhan, penderita TB Paru dapat diberikan obat anti- TB OAT yang diminum secara teratur sampai selesai dengan pengawasan yang
Universitas Sumatera Utara
ketat. Masa pemberian obat memang cukup lama yaitu 6-8 bulan secara terus- menerus, sehingga dapat mencegah penularan kepada orang lain. Oleh sebab itu, para
penderita TB jika ingin sembuh harus minum obat secara teratur. Tanpa adanya keteraturan minum obat, penyakit sulit disembuhkan. Jika tidak teratur minum obat
penyakitnya sukar diobati, kuman TB dalam tubuh akan berkembang semakin banyak dan menyerang organ tubuh lain yang akan membutuhkan waktu lebih lama untuk
dapat sembuh Ainur, 2008. Beberapa faktor yang mempengaruhi keteraturan berobat antara lain:
a. Tingkat pendidikan
Semakin tinggi tingkat pendidikan responden, maka semakin baik penerimaan informasi tentang pengobatan penyakitnya sehingga akan
semakin teratur proses pengobatan dan penyembuhan. b.
Mutu pelayanan kesehatan Pelayanan kesehatan yang memuaskan pasien tersebut akan menimbulkan
keinginan pasien untuk datang kembali. c.
Sarana dan Prasarana Pelayanan Pada sarana dan prasarana memadai, penderita TB paru lebih banyak yang
teratur minum obat dan yang tidak teratur terbukti lebih sedikit. d.
Efek samping obat e.
Regimen pengobatan Mukhsin et al, 2006.
Universitas Sumatera Utara
2.4.2. Motivasi 2.4.2.1. Definisi Motivasi