Hak Penerjemah dalam Pelaksanaan Penerbitan Buku Terjemahan

38 menyangkut produksi dan pemasaran buku, jumlah buku yang akan diterbitkan, honorarium, jangka waktu perjanjian serta cara penyelesaian jika terjadi sengketa 48

C. Hak dan Tanggung Jawab Penerjemah dalam Pelaksanaan Penerbitan

Buku Terjemahan.

1. Hak Penerjemah dalam Pelaksanaan Penerbitan Buku Terjemahan

Dua esensi hak yang terkandung dalam buku terjemahan : a. Hak Eksklusif Penerjemah. Hak cipta adalah hak eksklusif bagi pencipta maupun penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya maupun memberi izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut perundang-undangan yang berlaku. 49 Hak cipta merupakan hak eksklusif bagi pencipta atau pemegang hak cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya, yang timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut peraturan perundang-undangann yang berlaku. 50 Ketentuan diatas menegaskan pengakuan hak yang dimiliki pencipta untuk melarang atau memberi izin menyewakan ciptaannya. Yang dimaksud dengan hak 48 Hasil wawancara dengan Abdul Halim, Direktur PT. Ciputat Press Jakarta Selatan, Tanggal 20 April 2011. 49 Tim Lindsey, dkk, Hak Kekayaan Intelektual, Suatu Pengantar, asian law group pty ltd bekerjasama dengan penerbit alumni, bandung, 2006. 50 Arif Lutviansori, Hak Cipta dan Perlindungan Folklor di Indonesia, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2010, hal 74. Universitas Sumatera Utara 39 eksklusif adalah bahwa tidak ada orang lain boleh melakukan hak itu, kecuali dengan izin penerjemah. Sebagai contoh beberapa hak eksklusif yang dimiliki penerjemah, adalah hak untuk : 1 Mengumukan atau memperbanyak ciptaan yang dilindunginya. 2 Mendistribusikan ciptaan yang telah diperbanyak dengan cara menjualnya, menitipjualkan konsinyasi, menyewakan atau cara-cara lain 51 Konsep pengumuman yang dianut dalam UUHC tahun 2002 adalah pengumuman adalah pembacaan, penyiaran, pameran, penjualan, pengedaran, atau penyebaran suatu ciptaan dengan menggunakan alat apapun, termasuk media internet, atau melakukan dengan acara apapun sehingga suatu ciptaan dapat dibaca, didengar, atau dilihat orang lain. Kemudian yang dimaksud dengan perbanyakan dalam konteks regulasi hak cipta ini adalah perbanyakan adalah penambahan jumlah sesuatu ciptaan, baik secara keseluruhan maupun bagian yang sangat subtansial dengan menggunakan bahan- bahan yang sama ataupun tidak sama, termasuk mengalihwujudkan secara permanen atau temporer. Di samping itu, hak untuk memberikan izin, dalam Undang-Undang No.19 Tahun 2002 lebih sering disebut dengan istilah lisensi. Lisensi yang dimaksud dalam undang-undang ini adalah izin yang diberikan oleh pemegang hak cipta atau 51 Eddy damian, Hukum Hak Cipta, penerbit alumni, bandung, 2009. Universitas Sumatera Utara 40 pemegang hak terkait kepada pihak lain untuk mengumumkan danatau memperbanyak ciptaannya atau produk hak terkaitnya dengan persyaratan tertentu. 52 Kegiatan penerbitan buku yang memuat suatu ciptaan karya tulis, pada dasarnya merupakan suatu proses manufaktur yang dikelola oleh penerbit sebagai suatu badan usaha. Penerbit merupakan pihak yang mewujudkan suatu ciptaan karya tulis seorang penerjemah. Untuk keperluan menerbitkan buku, dana dan wawasan kewiraswastaan perlu dimiliki oleh penerbit. Untuk menerbitkan suatu karya tulis, penerbit akan terlebih dahulu menyuntingnya. Baru kemudian akan melengkapinya dengan susunan perwajahan lay-out karya tulis typhographical arrangement pada sampul luar dan isi karya tulis, serta menyusun huruf-huruf cetaknya. Jika segala sesuatunya telah siap, karya tulis penerjemah dicetak disebuah percetakan yang dimilikinya sendiri atau dimiliki orang lain. Khusus untuk susunan perwajahan karya tulis yang diciptakan penerbit dalam suatu buku yang diterbitkannya, UUHC 2002 menetapkan jangka waktu pearlindungannya dalam pasal 30 2, sebagai berikut : ”Hak cipta atas susunan perwajahan karya tulis yang diterbitkan berlaku selama 50 lima puluh tahun sejak pertama kali diterbitkan.” Penerbit sebagai suatu badan usaha yang melakukan proses manufaktur atau kegiatan penerbitan, harus dibedakan dengan badan usaha percetakan. Suatu badan 52 Arif Lutviansori, Op.Cit, hal 72. Universitas Sumatera Utara 41 usaha percetakan. Suatu badan usaha percetakan semata-mata melakukan kegiatan memproduksi jasa cetak mencetak. Lain halnya dengan badan usaha penerbitan, selain melakukan kegiatan bisnis juga mempunyai tugas yang mengandung aspek- aspek idelalisme seperti digariskan dalam GBHN 1993 dengan ketentuan tentang masalah perbukuan yang dicantumkan dalam Bab “kesejahteraan rakyat, pendidikan dan kebudayaan”, butir 1 kesejahteraan social Sub. 12, yang berbunyi : Penulisan, penerjemahan dan penggandaan buku pelajaran, buku bacaan, khususnya bacaan anak yang berisikan cerita rakyat, buku ilmu pengetahuan dan teknologi serta terbitan buku pendidikan lainnya, digalakkan untuk membantu peningkatan kualitas pendidikan dan memperluas cakrawala berfikir serta menumbuhkan budaya baca. Jumlah dan kualitasnya perlu terus ditingkatkan serta disebarkan merata diseluruh tanah air dengan harga yang terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Bersamaan dengan itu, dikembangkan iklim yang dapat mendorong penulisan dan penerjemahan buku dengan penghargaan yang memadai dan jaminan perlindungan hak cipta. Walaupun iklim kondusif seperti yang dikehendaki GBHN mengenai dunia perbukuan dan penerbitan belum tercapai sampai sekarang, tidak dapat disangkal bahwa peran penerbit sebagai motor dalam dunia buku-buku yang memuat karya- karya tulis dibidang ilmu pengetahuan, sastra dan seni mempunyai fungsi yang esensinya ialah memberikan layanan informasi. Penerbit yang menerbitkan buku-buku merupakan penyalur primer yang menyebarkan bahan-bahan tertulis diperbagai bidang tersebut diatas kepada masyarakat pemakai. Mereka mendapat bahan-bahan pustaka yang diterbitkan penerbit dengan cara membeli dan berlangganan. Didalam memberikan pelayanannya, penerbit bertanggung jawab atas pengadaan, pengorganisasian Universitas Sumatera Utara 42 pengawasan serta penyebarluasannya kepada penyalur-penyalur sekunder, yaitu perpustakaan-perpustakaan, toko-toko buku, dan para distributor buku. Dalam menjalankan fungsinya itu, hendaknya penerbit buku bersikap transparan terhadapa semua pihak dan terbuka atas perkembangan baru dalam dunia penerbitan yang membawa horizon baru dalam menyongsong millennium baru. 53 b. Hak Ekonomi dan Hak Moral Penerjemah Hak eksklusif yang diberikan kepada pemegang hak cipta secara umum terhimpun dalam tiga bagian, seperti yang disampaikan oleh Prof. Abdulkadir Muhammad tersebut. Namun oleh beberapa pakar hak eksklusif ini mencoba untuk disistematiskan ke dalam bagian-bagian tertentu, dalam istilah yang lebih umum sering didengar adanya hak moral moral right dan hak ekonomi economic right. Menurut Jumhana bahwa perlindungan hukum harus ditekankan kepada pencipta dalam arti memberikan perlindungan hukum terhadap hasil karya atau ciptaan seorang pencipta. Seseorang dapat dikatakan tidak menjiplak, meniru bahkan membajak hasil karya cipta dari pencipta apabila dalam hal ini ada suatu perjanjian antara pencipta dengan yang ingin meniru atau menjiplaknya untuk dapat dikatakan bahwa suatu ciptaan itu benar-benar merupakan ciptaan dari pengarang itu sendiri maka dalam hukum Indonesia harus terlebih dahulu dapat dibuktikan dengan adanya pendaftaran merk dagang atau merk suatu jenis karya cipta di Departemen Kehakiman Perlindungan hukum hak cipta sebagai hak khusus atau tunggal merupakan hak monopoli pencipta terhadap suatu karya cipta hak tersebut meliputi dua aspek yaitu hak ekonomi dan hak moral. 54 Hak ekonomi adalah hak yang dimiliki pencipta untuk mendapatkan keuntungan atas ciptaannya hak ekonomi yang melekat pada pencipta meliputi hak 53 Eddy damian, Loc.Cit, hal 177. 54 Jumhana, Hak Kekayaan Intlektual Teori dan Praktek, Citra Aditya Bakti Bandung, 1999, hal. 25 Universitas Sumatera Utara 43 untuk mengumumkan, memperbanyak dan memberi ijin kepada orang lain untuk mengumumkan atau memperbanyak hasil ciptaan tersebut. Sedangkan hak moral merupakan hak yang meliputi kepentingan pribadiindividu. Hak moral melekat pada pribadi pencipta. Hak moral yang dalam keadaan bagaimanapun dan dengan jalan apapun tidak dapat ditinggalkan daripadanya seperti mengumumkan karyanya, menetapkan judulnya, mencantumkan nama sebenarnya atau nama samarannya dan mempertahankan keutuhanintegritas ceritanya. 55 Hak ekonomi dari seorang pencipta adalah untuk mendapatkan keuntungan secara ekonomi atas ciptaannya, hal ini antara lain meliputi : 1 Hak reproduksi atau penggandaan reproduction right. Yaitu penambahan jumlah sesuatu ciptaan baik secara keseluruhan maupun sebagian yang samgat subtansial dengan menggunakan bahan-bahan yang sama atau tidak, termasuk mengalihwujudkan secara permanen atau temporer. Bentuk penggandaan atau perbanyakan itu dapat dilakukan secara tradisional maupun melalui peralatan modern. Hak reproduksi ini juga mendakup perubahan bentuk ciptaan satu kebentuk ciptaan lainnya, misalnya rekaman music, pertujukan drama, juga pembuatan duplikat dalam rekaman suara dan film. 2 Hak adaptasi adaptation right. 55 Rahmadi Usman, Hukum Atas Kekayaan Intlektual Perlindungan Dan Dimensi Hukumnya, PT Alumni Bandung 2003 Hal. 86 Universitas Sumatera Utara 44 Hak untuk mengadakan adaptasi dapat berupa penerjemahan dari bahasa satu ke bahasa lain, aransemen musik, dramatisasi dari nondramatik, mengubah menjadi cerita fiksi dari karangan nonfiksi atau sebaliknya. 3 Hak distribusi distribution right. Hak yang dimiliki pencipta untuk menyebarkan kepada masyarakat setiap hasil ciptaannya. Penyebaran tersebut dapat berupa bentuk penjualan, penyewaan atau bentuk lain yang dimaksudkan agar ciptaan tersebut dikenal dengan istilah pengumuman, yaitu pembacaan, penyiaran, pameran, penjualan, pengedaran, atau penyebaran suatu ciptaan dengan menggunakan alat apapun, termasuk media internet, atau melakukan dengan cara apapun, sehingga suatu ciptaan dapat dibaca, didengar, atau dilihat orang lain. 4 Hak pertunjukan public performance right. Hak ini dimiliki oleh para pemusik, dramawan maupun seniman lainnya yang karyanya dapat terungkapkan dalam pertunjukan. Dalam UUHC, hak penampilan ini menjadi bagian dalam istilah yang disebut pelaku, yaitu aktor, penyanyi, pemusik, penari atau mereka yang menampilkan, memperagakan, mempertujukkan, menyajikan, menyampaikan, mendeklamasikan, atau memainkan suatu karya music, drama, tari, sastra, folklore, atau karya seni lainnya. 5 Hak penyiaran broadcasting right Universitas Sumatera Utara 45 Hak untuk menyiarkan dapat berupa mentransmisikan suatu ciptaan dengan atau tanpa peralatan kabel atau melalui sistem elektromagnetik. Termasuk dalam pengertian menyiarkan adalah menyewakan, melakukan pertunjukan umum public performance, mengkomunikasikan pertunjukan langsung life performance, dan mengkomunikasikan secara interaktif suatu karya rekaman pelaku. 6 Hak pinjam masyarakat public lending right Hak ini dimiliki pencipta yang karyanya tersimpan diperpustakaan, yaitu pencipta berhak atas suatu pembayaran dari pihak tertentu yaitu karena karya yang diciptakannya sering dipinjam oleh masyarakat dari perpustakaan milik pemerintah tersebut. Lamanya perlindungan atas hak pinjam oleh masyarakat public lending right tersebut secara umum sama dengan lamanya perlindungan hak cipta yaitu selama hidup pencipta dan ditambah 50 tahun setelah meninggal. Pencipta yang memiliki hak pinjam oleh masyarakat harus memenuhi kualifikasi tertentu. 56 Makna dari Hak Moral seperti diatur dalam Pasal 24 UUHC No. 19 Tahun 2002 adalah bahwa dengan Hak Moral, penerjemah dari suatu karya cipta memiliki hak untuk : 1 Dicantumkan nama atau nama samarannya didalam ciptaannya ataupun salinannya dalam hubungan dengan penggunaan secara umum. 56 Muhammad djumhara, hak milik intelektual sejarah, teori dan prakteknya di iindonesia, PT. aditya bakti, bandung, 2010, hal 72. Universitas Sumatera Utara 46 2 Mencegah bentuk-bentuk distorsi, mutilasi atau bentuk pemotongan, perusakan, penggantian yang berhubungan dengan karya cipta yang pada akhirnya akan merusak apresiasi dan reputasi penerjemah. Hak moral adalah hak-hak pribadi penerjemah untuk dapat mencegah perubahan atas karyanya dan untuk tetap disebut sebagai penerjemah karya tersebut. Hak-hak ini menggambarkan hidupnya hubungan berkelanjutan dari si penerjemah dengan karyanya walaupun control ekonomi atas karya tersebut hilang, Karena telah diserahkan sepenuhnya oleh pemegang hak cipta atau lewatnya waktu perlindungannya seperti diatur dalam UUHC yang berlaku. UUHC di Indonesia menekankan hak-hak moral secara jelas dibandingkan dengan UUHC yang berlaku di Negara yang menganut sistem common law. UUHC Indonesia terlihat lebih menggambarkan pengaruh sistem hukum sipil. Pasal 1 ayat 2 dalam mendefenisikan “pencipta” mengacu kepada “sesuatu yang bersifat pribadi” dari suatu hasil karya yang lahir berdasarkan kemampuan pikiran, imajinasi, kecekatan, keterampilan atau keahlian yang diterangkan dalam bentuk khas, hak untuk mempertahankan keutuhan karya tersebut seperti yang dipahami si pencipta terlihat memperoleh perlindungan hak cipta yang diatur dalam Undang-undang. 57

2. Tanggung Jawab Penerjemah