27
mempunyai akibat hukum terhadap pihak ketiga, perjanjian Lisensi wajib dicatatkan di Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum dan HAM
lihat Pasal 47 ayat 2 UUHC. Dengan mengantongi lisensi dari pemegang hak cipta buku asing, maka
penerbit dapat, antara lain, menerjemahkan, memperbanyak, dan menjual hasil terjemahan buku asing tersebut. Pemegang lisensi juga berhak melarang perbanyakan
buku terjemahan tersebut oleh pihak lain tanpa seizinnya lihat Pasal 45 jo Pasal 2 UUHC serta penjelasannya.
Berdasarkan perjanjian lisensi itu, penerbit juga dapat memerintahkan pihak lain dalam hubungan dinas ataup hubungan kerja atau berdasarkan pesanan untuk
melaksanakan penerjemahan buku tersebut lihat Pasal 8 UUHC.
39
2. Penerbit Membuat Perjanjian dengan Penerjemah untuk Menerjemahkan
Buku Terjemahan. Ketentuan Pasal 12 ayat 1 UUHC No. 19 Tahun 2002 dapat dilihat bahwa
perlindungan yang diberikan oleh Undang-Undang tidak hanya pada karya-karya atau ciptaan-ciptaan yang asli saja, akan tetapi juga terhadap karya-karya atau ciptaan-
ciptaan yang bersifat turunan derivatif atau pengalihwujudan atau juga pengolahan. Ciptaan dari hasil karya turunan atau pengolahan itu juga dilindungi sebagai
hak cipta, sebab bentuk pengolahan itu merupakan suatu ciptaan yang baru dan
39
Hasil wawancara dengan Abdul Halim, Direktur PT. Ciputat Press Jakarta Selatan, Tanggal 20 April 2011.
Universitas Sumatera Utara
28
tersendiri pula. Pemberian perlindungan dimaksud dengan tidak mengurangi hak cipta atas ciptaan aslinya.
Pihak yang mengelola hasil karya cipta secara turunan diharuskan pula untuk mendapatkan izin terlebih dahulu dari pemegang hak ciptaan asli atau si penerima
haknya. Demikianlah halnya jika hendak menerjemahkan karya orang lain si penterjemah harus terlebih dahulu meminta izin dari si pemegang hak cipta aslinya..
Dilihat daari perspektif hukum hak kekayaan intelektual, khususnya hak cipta, karya-karya terjemahan juga diakui memiliki tingkat orisinalitas tersendiri sehingga
layak mendapatkan perlindungan hak cipta yang terlepas dari perlindungan hak cipta terhadap karya aslinya. Dari ketentuan UU Hak Cipta tersebut di atas, setidaknya
terdapat dua hal penting yang harus diperhatikan terkait urusan hak cipta atas karya terjemahan ini.
Hal pertama adalah meskipun bukunterjemahan termasuk dalam objek perlindungan Hak Cipta, namun proses penerjemahan itu sendiri harus dilakukan
dengan tetap menghormati Hak Cipta atas karya aslinya. Pasal 2 ayat 1 menyatakan Hak Cipta sebagai hak eksklusif pencipta untuk mengumumkan atau memperbanyak
Ciptaannya. Sebagaimana yang lebih lanjut diuraikan dalam Penjelasan terhadap Pasal 2 ayat 1 tersebut, “mengumumkan dan memperbanyak” di sini mencakup pula,
antara lain, kegiatan menerjemahkan. Hal kedua yang penting untuk diperhatikan adalah bahwa buku terjemahan
mendapatkan perlindungan Hak Cipta yang berdiri sendiri, terlepas dari perlindungan
Universitas Sumatera Utara
29
Hak Cipta terhadap karya aslinya. Manakalah sebuah karya tulis habis masa perlindungan Hak Ciptanya dan memasuki public domain, maka konsekuensinya
adalah semua orang bisa melakukan penerjemahan karya tersebut tanpa harus meminta ijin dari siapapun.
Pemberian hak penerjemahan ini merupakan salah satu “hak eksklusif” yang dimiliki oleh Pemegang Hak Cipta berkat Hak Ciptanya tersebut. Dalam
melaksanakan hak eksklusif itu, terserah kepada si Pemegang Hak Cipta apakah hak penerjemahan yang diberikan berlaku eksklusif hanya kepada satu penerjemah untuk
satu wilayah tertentu, atau memberikannya kepada banyak penerjemah sekaligus di suatu wilayah. Maka itu, jangan heran kalau menemukan banyak versi terjemahan
atas suatu karya dimana semua versi tersebut mengklaim sebagai terjemahan resmi, atau authorized translation.
Penerjemah terbagi atas 2 macam : a. Penerjemah resmi yaitu penerjemah yang berada dibawah naungan instansi
pemerintah atau instansi-instansi lainnya sehingga penerjemah ini tidak bebas melakukan penerjemahan karna dibawah sumpah.
b. Penerjemah tidak resmi yaitu penerjemah yang tidak dinaungi instansi manapun tapi tetap mempunyai profesionalisme yang bagus sehingga diakui
hasil terjemahannya oleh pihak manapun layaknya penerjemah resmi. Dimaksudkan dalam penelitian ini adalah penerjemah tidak resmi.
Universitas Sumatera Utara
30
Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 3 ayat 2 hak cipta dapat beralih atau dialihkan haknya. Beralih atau dialihkan hak cipta tidak dapat dilakukan secara lisan,
tetapi harus dilakukan secara tertulis baik dengan akta dibawah tangan maupun dengan akta notariil. Bentuk peralihan dapat dilakukan melalui pewarisan, hibah,
wasiat, perjanjian tertulis dan sebab-sebab yang lain yang dibenarkan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Khusus dalam konteks yang terakhir
dalam penjelasan UUHC No. 19 Tahun 2002 dikatakan bahwa sebab-sebab lain yang dibenarkan
oleh peraturan
perundang-undangan, misalnya
pengalihan yang
disebabkan oleh putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum yang tetap.
Dalam Penerbitan suatu buku untuk melindungi hak cipta dari siapapun atas penerbitan karya tulisnya maka harus diadakan perjanjian tertulis terlebih dahulu hal
ini dimaksudkan untuk melindungi hak-hak penerjemah dan juga hak-hak penerbit. Bentuk kesepakatan antara penerjemah dengan penerbit dalam melakukan kerjasama
penerbitan buku dituangkan dalam kontrak atau perjanjian yang disepakati para pihak. Isi perjanjian tersebut memuat hak-hak dan kewajiban bagi penerjemah dan
penerbit, diantaranya hak penerbitan, tenggang waktu penerbitan, biaya yang menyangkut produksi dan pemasaran buku, jumlah buku yang akan diterbitkan,
honorarium, jangka waktu perjanjian serta cara penyelesaian jika terjadi sengketa
40
40
Hasil wawancara dengan Abdul Halim, Direktur PT. Ciputat Press Jakarta Selatan, Tanggal 20 April 2011.
Universitas Sumatera Utara
31
B. Hubungan Hukum antara Penerbit dan Penerjemah dalam Penerbitan
Buku Terjemahan. Dengan lahirnya perjanjian yang ditetapkan dalam Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata, dengan azas hukum kebebasan berkontrak yang menjadi dasar bagi lahirnya perjanjian antara penerjemah dan penerbit, yang dengan perjanjian
penerbitan tersebut telah timbul hubungan hukum yaitu adanya hak dan kewajiban yang melahirkan aturan hukum untuk membuktikan tanggung jawab hukum bagi para
pihak. Di dalam pasal kesatu menjelaskan penerjemah diberi tanggung jawab untuk
menerjemahkan buku berbahasa asing kedalam bahasa Indonesia. Pasal kedua penerbit membatasi lingkup pekerjaan penerjemah seperti jenis
dan ukuran fort hasil terjemahan, spasi dan paper size, penerjemah tidak berhak menyerahkan hasil terjemahan kepada pihak manapun selain penerbit yang membuat
perjanjian ini baik sebelum atau sesudah terjemahan ini diselesaikan dan dibeli oleh penerbit, penerjemah juga mempunyai tanggung jawab untuk memperbaiki hasil
terjemahan selama proses editing saat diketahui penerbit ada beberapa hal yang dipertanyakan materi isi naskah atau ada teks yang terlewatkan dalam proses
penerjemahan sedang editing adalah tanggung jawab penerbit. Pasal ketiga menerangkan bahwa jangka waktu pelaksanaan buku tersebut
maksimal 2 dua bulan terhitung sejak perjanjian ini ditandatangani. Dan penerjemah tidak terikat jam normal dari penerbit.
Universitas Sumatera Utara
32
Pasal keempat memuat bahwa penerjemah dan penerbit telah menyetujui royalty yang akan diterima oleh penerjemah dan royalty yang akan diterima tidak
akan berubah seperti kesepakatan dari awal. Pasal kelima lanjutan dari pasal keempat bahwa pemberian royalty ini dilakukan dengan cara 2 dua tahap. Tahap pertama
akan diberikan saat penandatanganan dan tahap selanjutnya akan diberikan pada saat naskah buku terjemahan diterima oleh penerbit dan penerbit diberi tenggang waktu
pembayarannya yaitu 7 tujuh hari sejak naskah terjemahan diterima. Pasal keenam menerangkan bahwa penerbit wajib mencantumkan nama
penerjemah dalam buku terjemahan yang kan diterbitkan oleh penerbit dan penerjemah berhak mendapat buku yang akan dicetak oleh penerbit.
Penyelesaian sengketa antara penerbit dan penerjah diatur dalam pasal 7 dari perjanjian penerbitan ini yaitu pertama dengan cara musyawarah dan mufakat dan
jika musyawarah dan mufakat tidak dapat menyelesaikan permasalahan diantara mereka, penerjemah dan penerbit sepakat membawanya ke Pengadilan Negeri.
Pasal 8 menerangkan bahwa keduabelah pihak setuju untuk selalu beritikad baik didalam pelaksanaan perjanjian penerbitan ini dan perjanjian ini dibuat tanpa
tekanan berwujud dari pihak luar dan perjanjian ini dibuat dalam 2 dua rangkap dan masing-masing ditandatangani diatas materai cukup. Ganda pertama untuk
penerjemah dan ganda kedua untuk penerbit. Kreditur berhak atas prestasi yang diperjanjikan, dan debitur wajib
melaksanakan prestasi dimaksud. Kalau demikian, intisari atau hakikat perjanjian
Universitas Sumatera Utara
33
tiada lain dari pada prestasi. Jika undang-undang telah menetapkan “subjek” perjanjian, yaitu pihak kreditur yang berhak atas prestasi dan pihak debitur yang
wajib melaksanakan prestasi, maka intisari atau “objek” dari perjanjian adalah prestasi itu sendiri.
41
Seperti yang diterangkan dalam pasal 8 penerbit dan penerjemah sepakat untuk beritikad baik dalam pelaksanaan prestasi yang telah mereka sepakati.
Sesuai dengan ketentuan pasal 1234 BW, prestasi yang diperjanjikan itu ialah untuk “menyerahkan” menyerahkan sesuatu” melakukan sesuatu
atau “untuk tidak melakukan sesuatu”.
Tentang prestasi perjanjian harus dapat ditentukan adalah suatu yang logis dan praktis.
42
Menurut ketentuan Pasal 1320 KUHPerdata syarat sah perjanjian adalah : a. Adanya persetujuan kehendak antara pihak-pihak yang membuat perjanjian.
Kesepakatan para pihak merupakan unsur mutlak untuk terjadinya suatu kontrak. Kesepakatan ini dapat terjadinya dengan berbagai cara, namun yang paling
penting adalah adanya penawaran dan penerimaan atas penawaran tersebut. Cara-cara untuk terjadinya penawaran dan penerimaan dapat dilakukan secara tegas maupun
dengan tidak tegas, yang penting dapat dipahami atau dimengerti oleh para pihak bahwa telah terjadi penawaran dan penerimaan. Sebagai cara kesepakatan penawaran
dan penerimaan adalah : 1 Dengan cara tertulis
2 Dengan cara lisan
41
M. Yahya harahap, Segi-Segi Hukum Perjanjian, Alumni, Bandung, 1986, hal. 10.
42
Ibid, hal 10
Universitas Sumatera Utara
34
3 Dengan symbol-simbol tertentu 4 Dengan berdiam diri.
Secara garis besar terjadinya kesepakatan tersebut secara tertulis dan tidak tertulis. Seseorang yang melakukan kesepakatan secara tertulis biasanya dilakukan
baik dengan akta dibawah tangan maupun dengan akta autentik.
43
b. Ada kecakapan pihak-pihak untuk membuat perjanjian. Kecakapan adalah kemampuan menurut hukum untuk melakukan perbuatan
hukum perjanjian. Kecakapan ini ditandai dengan dicapainya umur 21 tahun atau telah menikah, walaupun usianya belum menikah. Khususnya untuk orang yang
menikah sebelum usia 21 tahun tersebut, tetap dianggap cakap walaupun dia bercerai sebelum mencapai usia 21 tahun, jadi janda atau duda tetap dianggap cakap walaupun
usianya belum mencapai 21 tahun.
44
c. Ada suatu hal tertentu. Suatu hal tertentu merupakan pokok perjanjian, objek perjanjian, prestasi yang
wajib dipenuhi . prestasi itu harus tertentu atau sekurang-kurangnya dapat ditentukan. Kejelasan
mengenai pokok
perjanjian atau
objek perjanjian
ialah untuk
memungkinkan pelaksanaan hak dan kewajiban pihak-pihak. Jika pokok perjanjian atau objek perjanjian kabur, tidak jelas, sulit bahkan tidak mungkin dilaksanakan,
maka perjanjian itu batal.
45
43
Ahmad Miru, Hukum Kontrak perancangan kontrak, Rajawali Pres, Jakarta, 2007, hal. 14
44
Ibid.
45
Abdulkadir, Hukum Perdata Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000, hal. 228.
Universitas Sumatera Utara
35
d. Ada suatu sebab yang halal.
46
Berdasarkan Pasal 1320 tujuan prestasi yang melahirkan perjanjian, harus memuat kausa yang sah atau kausa yang halal. Persetujuan yang mengisi perjanjian
itu tidak boleh bertentangan dengan undang-undang, kepentingan umum dan nilai- nilai kesusilaan.
47
Syarat pertama dan kedua Pasal 1320 KUHPerdata disebut syarat subjektif, karena melekat pada diri orang yang menjadi subjek perjanjian. Jika syarat ini tidak
dipenuhi, perjanjian dapat dibatalkan. Tetapi jika tidak dimintakan pembatalan kepada hakim, perjanjian ini tetap mengikat pihak-pihak, walaupun diancam
pembatalan sebelum lampau waktu lima tahun Pasal 1454 KUHPerdata. Syarat ketiga dan keempat Pasal 1320 KUHPerdata disebut syarat objektif,
karena mengenai sesuatu yang menjadi objek perjanjian. Jika syarat ini tidak dipenuhi, perjanjian batal. Kebatalan ini dapat diketahui apabila perjanjian tidak
mencapai tujuan karena salah satu pihak tidak memenuhi kewajibannya. Kemudian diperkarakan ke muka hakim, dan hakim menyatakan perjanjian batal, karena tidak
memenuhi syarat objektif. Menurut ketentuan Pasal 1338 KUHPerdata, perjanjian yang dibuat secara sah
berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya, tidak dapat ditarik kembali tanpa persetujuan kedua belah pihak atau karena alasan-alasan yang cukup
menurut undang-undang dan harus dilaksanakan dengan itikad baik.
46
Ibid. hal. 231.
47
M. yahya harahap, Op. Cit, hal 11
Universitas Sumatera Utara
36
Perjanjian berlaku sebagai undang-undang bagi pihak-pihak artinya perjanjian mempunyai kekuatan mengikat dan memaksa serta memberi kepastian hukum kepada
pihak-pihak yang membuatnya. Pihak-pihak harus menaati perjanjian itu sama dengan menaati undang-undang. Jika ada pihak yang melanggar perjanjian yang
mereka buat, ia dianggap sama dengan melanggar undang-undang, sehingga diberi akibat hukum tertentu yaitu sanksi hukum. Jadi siapa yang melanggar perjanjian, ia
dapat dituntut dan diberi hukuman seperti yang telah ditetapkan undang-undang perjanjian.
Karena perjanjian itu adalah persetujuan kedua belah pihak, maka jika akan ditarik kembali atau dibatalkan adalah wajar jika disetujui oleh kedua belah pihak
pula. Tetapi apabila ada alasan yang cukup menurut undang-undang , perjanjian dapat ditarik kembali atau dibatalkan secara sepihak. Alasan-alasan yang ditetapkan oleh
undang-undang itu yaitu perjanjian yang bersifat terus menerus berlakunya dapat dihentikan secara sepihak, perjanjian sewa rumah pasal 1587 KUHPerdata setelah
berakhir sewa, perjanjian pemberian kuasa Pasal 1814 KUHPerdata, perjanjian
pemberian kuasa Pasal 1817 KUHPerdata. Pelaksanaan dengan itikad baik dalam Pasal 1338 KUHPerdata adalah ukuran
objektif untuk menilai pelaksanaan perjanjian, perjanjian itu harus mengindahkan norma-norma kepatutan dan kesusiaan.
Seorang penerjemah menurut Undang-undang Hak Cipta untuk melaksanakan haknya menikmati hasil ciptaan melakukannya dengan pengalihan hak yang dimiliki
Universitas Sumatera Utara
37
hak yang dialihkan pada dasarnya tiada lain adalah hak pengalihan hak eksklusif pencipta atas suatu ciptaan yang dapat berupa suatu karya tulis misalnya kepada
penerbit. Penerbit yang kemudian akan mengeksploitasi ciptaan karya tulis seseorang pencipta dalam suatu jangka waktu tertentu. Caranya dengan mendayagunakan atau
mengelola suatu karya cipta seorang penulis selanjutnya pihak lain memberi suatu imbalan sebagai kompensasi atas hak untuk mengeksploitasi suatu ciptaan karya tulis
misalnya berupa royalti, honorarium, fee atau bentuk-bentuk imbalan lain yang disepakati bersama dalam suatu perjanjian. Salah satu dari berbagai jenis perjanjian
yang mengatur pengalihan hak cipta suatu ciptaan khususnya karya tulis yang diterbitkan dalam wujud buku untuk dieksploitasi adalah perjanjian penerbitan buku
antara penerjemah dengan penerbit buku. Berdasarkan hasil penelitian lapangan para penerbit berpendapat bahwa :
1. Dalam Penerbitan suatu buku untuk melindungi hak cipta dari siapapun atas penerbitan karya tulisnya maka harus diadakan perjanjian tertulis terlebih
dahulu hal ini dimaksudkan untuk melindungi hak-hak penerjemah dan juga hak-hak penerbit.
2. Bentuk kesepakatan antara penerjemah dengan penerbit dalam melakukan kerjasama penerbitan buku dituangkan dalam kontrak atau perjanjian yang
disepakati para pihak. 3. Isi perjanjian tersebut memuat hak-hak dan kewajiban bagi penerjemah dan
penerbit, diantaranya hak penerbitan, tenggang waktu penerbitan, biaya yang
Universitas Sumatera Utara
38
menyangkut produksi dan pemasaran buku, jumlah buku yang akan diterbitkan, honorarium, jangka waktu perjanjian serta cara penyelesaian jika
terjadi sengketa
48
C. Hak dan Tanggung Jawab Penerjemah dalam Pelaksanaan Penerbitan
Buku Terjemahan.
1. Hak Penerjemah dalam Pelaksanaan Penerbitan Buku Terjemahan