Reformasi Kontrak Perlindungan Hukum Terhadap Hak-Hak Penerjemah Dalam Perjanjian Penerbitan Buku

86 c. Alasan untuk resisi adalah karena adanya cacat dalam kesepakatan kehendak atau kecakapan berbuat, sementara untuk nullity, cacatnya pada causa yang tidak diperbolehkan, objek dari kontrak yang tidak jelas, aatu kontraknya bertentangan dengan moral, ketertiban umum dan kebiasaan. 69

4. Reformasi Kontrak

Jika dengan resisi dimaksudkan untuk membatalkan kontrak sehingga kontrak dianggap tidak pernah ada sama sekali, maka dengan pranata hukum kontrak yang disebut dengan reformasi dimaksudkan untuk mengubah bahasa dalam kontrak sehingga sesuai dengan maksud para pihak. Dengan demikian, jika dengan resisi dimaksudkan untuk membatalkan kontrak yang bersangkutan, sementara dengan reformasi lebih dimaksudkan untuk mempertahankan kontrak yang sudah ada, bukan untuk membatalkannya. Misalnya jika dalam perjanjian penerbitan dimana pihak penjual bermaksud member royalty sebesar 9000 lembar hasil terjemamhan, tetapi sekretaris salah mengetiknya sehingga tertulis dalam perjanjian 15000lembar, maka terhadap kontrak seperti ini dapat ditempuh upaya “reformasi”, yakni upaya hukum untuk mengubah bahasa dalam kontrak sehingga sesuai dengan maksud dari para pihak. Dengan demikian, kontrak tersebut tidak pernah dibatalkan dan tetap valid berlakunya. Adapun yang merupakan landasan terhadap berlakunya upaya “reformasi” adalah adanya kesalahan dari perumus dari kontrak. Dalam hal ini sudah semestinya 69 Ibid. Universitas Sumatera Utara 87 kontrak tersebut diperbaiki direformasi agar sesuai dengan kehendak dari para pihak. 70

B. Wan Prestasi oleh Penerbit dalam Penerbitan Buku Terjemahan

Kewaajiban dari penerbit yaitu : 1. Membayar honorarium yang telah disepakati. Dalam perjanjian yang telah mereka sepakati tentang honorarium penerjemah tercantum dalam Pasal 4 dan Pasal 5, bahwa kedua belah pihak telah setuju dengan jumlah honor yang akan didapatkannya, pembayaran dilakukan melalui 2 dua tahap. 2. Memberitahu kepada pemegang hak cipta bahwa naskah telah diterbitkan. 3. Memberikan persen eksemplar setiap kali terbit. 4. Memberitahukan bahwa buku edisi pertama telah terjual habis dan perlu dicetak ulang. 5. Penerbit harus mencantumkan nama penerjemah dalam buku terjemahan yang akan diterbitkan tersebut. Berdasarkan Pasal 6 perjanjian penerbitan antara penerjemah dan penerbit telah disepakati bahwa penerbit harus mencantumkan nama penerjemah dalam buku terjemahan. Pasal 24 ayat 1 UUHC juga mengatur pencipta atau ahli warisnya berhak menuntut Pemegang Hak Cipta supaya nama pencipta tetap dicantumkan dalam ciptaannya. 70 http:www.google.com wanprestasi.html, diakses 20 Juni 2011. Universitas Sumatera Utara 88 6. Penerbit harus meminta izin dari pemegang hak cipta asli sebelum meminta penerjemah menerjemahkan buku berbahasa asing. 71 Suatu perjanjian lisensi antara penerbit dan pemegang hak cipta asli yang menerima pengalihan hak cipta untuk dieksploitasi hak ekonominya hakikatnya merupakan suatu perjanjian keperdataan yang mengatur pengalihan hak cipta dari pemegang hak cipta asli kepada penerbit. Selanjutnya pemegang hak cipta akan mengumumkan atau memperbanyak ciptaan yang dialihkan untuk dieksploitasi hak ekonominya berdasarkan suatu perjanjian lisensi tertulis yang disepakati antara pemegang hak cipta asli dengan penerbit. Pada saat kewajiban yang telah disepakati oleh penerbit dan penerjemah, oleh penerbit tidak melaksanakan kewajiban tersebut, disinilah wan prestasi terjadi.

C. Penyelesaian Sengketa atas Wanprestasi Penerbit dalam Penerbitan Buku Terjemahan.

Didalam perjanjian penerbitan buku yaitu dalam Pasal 7 menyatakan bahwa apabila terjadi perselisihan anatara penerjemah dan penerbit mengenai perjanjian ini, maka segala sesuatu akan diselesaikan secara musyawarah untuk menncapai mufakat. Apabila musyawarah tidak menghasilkan mufakat, kedua belah pihak setuju untuk menyerahkan penyelesaian perselisihan tersebut kepada Pengadilan Negeri. Untuk menyelesaikan perselisihan yang terjadi ada 2 dua cara penyelesaian : 71 Hasil wawancara dengan Abdul Halim, Direktur PT. Ciputat Press Jakarta Selatan, Tanggal 20 April 2011 Universitas Sumatera Utara 89

1. Pengadilan.