Pengertian Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

c. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

1) Pengertian

Metode Jigsaw adalah suatu teknik pembelajaran metode kooperatif yang memilki kesamaan dengan “pertukaran antar kelompok” tetapi menuntut tanggung jawab besar dari siswa dalam pembelajaran.

Arends (1997) mengemukakan pengrtian metode jigsaw secara rinci seperti berikut. Model pembelajaran kooperatif teknik jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang secara heterogen, bekerjasama dan saling ketergantungan yang positif serta bertanggung jawab terhadap ketuntasan bagian pelajaran yang harus dipelajari atau dikuasai kemudian menyampaikan materi yang telah dikuasainya tersebut kepada kelompok yang lain

Senada dengan Isjoni (2007:54) pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal. Dalam model belajar ini terdapat tahap-tahap dalam penyelenggaraannya. Pada kegiatan ini keterlibatan guru dalam proses belajar mengajar semakin berkurang dalam arti guru menjadi pusat kegiatan kelas, guru berperan sebagai fasilitator yang mengarahkan dan memotivasi siswa untuk belajar mandiri serta menumbuhkan rasa tanggung jawab serta siswa akan merasa senang berdiskusi tentang matematika dalam kelompoknya. Mereka dapat berinteraksi dengan teman sebayanya dan juga dengan gurunya sebagai pembimbing.

2) Tujuan Metode Jigsaw Metode yang dikemukakan oleh Elliot Aronson dkk. dari universitas Texas yang kemudian diadaptasi oleh Slavin dkk

ini mempunyai tujuan: (a) Mengembangkan kerja sama tim ( kelompok) (b) Mewngasah ketrampilan belajar kooperatif (c) Menguasai pengetahuan secara mendalam yang tidak bisa

diperoleh jika mempelajarinya sendirian

Menurut Arends (1997:111) langkah-langkah penerapan model pembelajaran Jigsaw dilakukan dengan prosedur berikut;

1) Guru membagi topik yang besar menjadi beberapa subtopik

2) Siswa dibagi ke dalam kelompok belajar kooperatif (kelompok awal) yang terdiri dari 4-6 orang siswa dan setiap anggotanya bertanggung jawab terhadap penguasaan setiap subtopik yang ditugaskan guru dengan sebaik- baiknya.

3) Siswa dari masing-masing kelompok yang bertanggung jawab terhadap subtopik yang sama kemudian berpindah ke “kelompok jigsaw”. Dimana anggotanya berasal dari kelompok lain yang telah menguasai bagian tugas yang berbeda.

4) Di dalam kelompok jigsaw ini, para siswa bekerja sama untuk menyelesaikan tugas kooperatifnya dalam: (a) belajar dan menjadi ahli dalam subtopik bagiannya.(b) Merencanakan bagaimana mengajarkan subtopik bagiannya kepada anggota kelompoknya semula.

5) Setelah itu siswa tersebut kembali lagi ke kelompok masing-masing (kelompok awal) sebagai ”ahli” dalam subtopiknya dan mengajarkan informasi atau pengetahuan yang baru mereka pelajari dalam kelompok ”jigsaw” tadi kepada temannya.

6) Ahli di dalam subtopik lainnya juga berbuat sama sehingga seluruh siswa bertanggung jawab untuk menunjukkan 6) Ahli di dalam subtopik lainnya juga berbuat sama sehingga seluruh siswa bertanggung jawab untuk menunjukkan

Langkah utama dari pembelajaran ini adalah menugaskan anggota kelompok untuk menguasai bidang tertentu dengan berkolaborasi dari anggota kelompok lain dan menyampaikan pengetahuan dan pemahaman yang diperoleh kepada sesama anggota kelompok awal.

Penerapan metode belajar Jigsaw memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan, menurut Ibrahim dkk (2000) mengemukakan kelebihan dari metode jigsaw sebagai berikut di antaranya ;

1) Dapat mengembangkan tingkah laku kooperatif.

2) Menjalin atau mempererat hubungan yang lebih baik antar siswa.

3) Dapat mengembangkan kemampuan akademis siswa.

4) Siswa lebih banyak belajar dari teman mereka dalam belajar kooperatif dari pada guru.

Sementara itu Ratumanan (2002) menyatakan bahwa interaksi yang terjadi dalam bentuk kooperatif dapat memacu terbentuknya ide baru dan memperkaya perkembangan intelektual. Kelemahan metode Jigsaw, di antaranya :

1) Guru dan siswa kurang terbiasa dengan metode ini karena masih terbawa kebiasaan menggunakan metode konven- sional, dimana pemberian materi terjadi secara satu arah.

2) Memerlukan waktu yang relatif lama.

3) Tidak efektif untuk siswa yang banyak.

4) Memerlukan perhatian dan pengawasan ekstra ketat dari guru

5) Memerlukan persiapan yang matang.

Dan ada beberapa hal lagi yang bisa menjadi kendala aplikasi model ini dilapangan yang harus kita cari jalan keluarnya, menurut Roy Killen (1996), adalah:

1). Prinsip utama pola pembelajaran ini adalah ‘peer teaching” pembelajaran oleh teman sendiri, akan menjadi kendala karena perbedaan persepsi dalam memahami suatu konsep yang akan didiskusikan bersama dengan siswa lain.

2). Dirasa sulit meyakinkan siswa untuk mampu berdiskusi menyampaikan materi pada teman, jika siswa tidak memiliki rasa kepercayaan diri.

3). Rekod siswa tentang nilai, kepribadian, perhatian siswa harus sudah dimiliki oleh pendidik dan ini biasanya dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk mengenali tipe- tipe siswa dalam kelompok tersebut.

4). Awal penggunaan metode ini biasanya sulit dikendalikan, biasanya membutuhkan waktu yang cukup dan persiapan yang matang sebelum model pembelajaran ini bisa berjalan dengan baik.

5). Aplikasi metode ini pada kelas yang besar ( lebih dari 40 siswa) sangatlah sulit, tapi bisa diatasi dengan model team teaching .

Berdasarkan strategi belajar melalui metode kooperatif tipe Jigsaw, diharapkan siswa akan saling membantu teman satu kelompok untuk dapat menguasaai materi sesuai dengan keahlian yang mereka miliki. Agar metode ini tidak menjemukan, guru bidang studi perlu mengantisipasi agar siswa yang pintar tidak terjebak pada anggota kelompoknya.

Sintesa metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah kegiatan belajar kelompok, yang setiap siswa berperan sebagai pakar yang akan memberi bantuan pada anggota kelompok dalam memahami masalah tertentu dalam materi pelajaran. Pada pembelajaran tipe Jigsaw ini setiap siswa menjadi anggota dari 2 kelompok, yaitu anggota kelompok asal dan anggota kelompok ahli. Anggota kelompok asal terdiri dari 4-6

secara heterogen, bekerjasama dan saling ketergantungan serta bertanggung jawab terhadap materi yang diberikan.