METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di kelas VII SMP Negeri 09 dan SMP Negeri 34 Kecamatan Jatiasih Bekasi dan akan dijadwalkan bulan April tahun 2013 sampai dengan bulan Juli tahun 2013.

Tabel 3.1. Jadwal Kegiatan Penelitian

Juni Kegiatan 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Penyerahan Proposal

Persetujuan Judul

Survei lokasi

Persiapan

Pelaksanaan penelitian

Pengolahan hasil penelitian

Penyusunan laporan

Pembuatan Laporan

B. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen, metode ini dipilih sebab merupakan metode penelitian yang tujuannya untuk menemukan faktor-faktor penyebab dan akibat, untuk mengontrol peristiwa-peristiwa dalam interaksi variabel, serta meramalkan hasilnya pada tingkat ketelitian tertentu (Surachmad, 1980). Menurut Wiersma (1991: 99) dalam (Sri S, 2012:78) mendefinisikan eksperimen sebagai suatu situasi penelitian yang sekurang- Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen, metode ini dipilih sebab merupakan metode penelitian yang tujuannya untuk menemukan faktor-faktor penyebab dan akibat, untuk mengontrol peristiwa-peristiwa dalam interaksi variabel, serta meramalkan hasilnya pada tingkat ketelitian tertentu (Surachmad, 1980). Menurut Wiersma (1991: 99) dalam (Sri S, 2012:78) mendefinisikan eksperimen sebagai suatu situasi penelitian yang sekurang-

Penelitian ini melibatkan satu variabel bebas yang yang terdiri dari : Variabel bebas yang diperlakukan sebagai kontrol serta dua variabel terikat :

1. Satu variabel bebas perlakuan adalah metode pembelajaran kooperatif yang terdiri dari metode pembelajaran tipe STAD dan metode pembelajaran tipe Jigsaw.

2. Kelompok yang memiliki kemampuan penalaran matematika tinggi yang diberi pembelajaran mengunakan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD.

3. Kelompok yang memiliki kemampuan penalaran matematika rendah yang diberi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.

4. Kelompok yang memiliki penguasaan konsep matematika tinggi yang diberi pembelajaran kooperatif mengunakan tipe STAD.

5. Kelompok yang memiliki penguasaan konsep matematika rendah yang diberi metode pembelajaran koopertif mengunakan tipe Jigsaw.

Tabel 3.2 Desain Penelitian

(A)

(A 1 )

(A 2 )

Keterangan :

A = Metode Pembelajaran Kooperatif.

A 1 = Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD.

A 2 = Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw. Y 1 = Kemampuan Penalaran Matematika. Y 2 = Penguasaan Konsep Matematika.

C. Validasi Penelitian

Penelitian ini mengandung 2 validasi, yaitu validitas internal dan validitas eksternal, Validitas internal terkait dengan tingkat pengaruh perlakuan (treatment) artribut yang ada terhadap kemampuan penalaran matematika yang didasarkan atas ketepatan prosedur dan data yang dikumpulkan serta penarikan kesimpulan. Dan penguasaan konsep matematika yang didasarkan atas kemampuan siswa dalam memahami suatu konsep atau struktur baru melalui pengalaman belajar. Sedang validitas eksternal terkait dengan dapat tidaknya hasil penelitian ini untuk digeneralisasikan pada subyek lain yang tidak memiliki kondisi dan karakteristik sama. Dalam penelitian ini tidak dilakukan pengontrolan terhadap pengaruh variabel-variabel ekstra, sebagai berikut :

1. Pengaruh variabel sejarah, dikontrol dengan pemberian materi pelajaran yang sama, dalam jangka waktu yamg sama dan oleh guru yang sama.

2. Pengaruh variabel kematangan, dikontrol dengan cara proses treatment dalam variabel internal waktu yang tidak terlalu lama. Demikian 2. Pengaruh variabel kematangan, dikontrol dengan cara proses treatment dalam variabel internal waktu yang tidak terlalu lama. Demikian

3. Pengaruh variabel pretesting, dikontrol dengan jalan tidak memberikan pretest pada kedua kelompok sampel. Hal ini dilakukan agar pengalaman pretest tersebut tidak mempengaruhi penampilan subjek selama proses perlakuan.

4. Pengaruh variabel instrument, dikontrol dengan pemberian test yang sama pada kelompok eksperimen dan kontrol.

5. Pengaruh variabel mortalitas, dikontrol dengan pemberian perlakuan yang sama pada siswa lain yang tidak menjadi anggota sampel, sehingga jika terjadi mortalitas dapat secepatnya diganti dengan siswa lain yang setara.

6. Pengaruh interaksi antar subjek, dikontrol dengan tidak memberitahukan, bahwa sedang dilakukan proses penelitian dan memberi kegiatan proses pembelajaran yang berbeda.

Sebagai usaha mengontrol validitas eksternal dilakukan sebagai berikut:

1. Interaksi pembelajaran dengan metode kooperatif tipe STAD kelompok eksperimen dan metode Jigsaw kelompok dikontrol, dengan pengambilan kelas eksperimen dan kelas kontrol seimbang. Hal ini dilakukan agar kondisi awal pada kedua kelas diasumsikan sama. Kemudian kedua percobaan diberi perlakuan yang berbeda.

2. Pengaturan penelitian reaktif, dikontrol dengan:

a) Suasana perlakuan tidak artificial sehingga tidak merasa sedang diteliti.

b) Subjek tidak diberikan informasi bahwa sedang diteliti.

c) Perlakuan untuk semua siswa dalam satu kelas belajar sama, baik yang dijadikan sampel.

d) Guru diusahakan hanya satu orang untuk kedua kelas eksperimen.

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi Target

Populasi target disebut populasi teoritik, yaitu keseluruhan subyek penelitian secara teori yang banyaknya tidak terjangkau atau terbilang. Menurut Supardi dkk (2011 :25), dalam penelitian kuantitatif populasi adalah subyek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah atau objek penelitian. Dengan kalimat tersebut, maka populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMP Negeri yang ada di Kecamatan Jatiasih Bekasi.

2. Populasi Terjangkau

Yang dimaksud populasi terjangkau yaitu populasi atau keseluruhan subjek penelitian yang banyaknya terjangkau atau terbilang. Oleh karenanya populasi terjangkau dalam penelitian ini seluruh siswa kelas VII-1 dan VII-2 SMP Negeri 9 dan SMP Negeri 34 di Kecamatan Jatiasih Bekasi. Yang berjumlah 160 siswa dan terdaftar pada tahun pelajaran 2012/2013.

3. Sampel

Sampel adalah sebagaian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh Populasi tersebut (Sugiyono, 2010:118), Sampel dalam penelitian kuantitatif merupakan subyek penelitian yang dianggap mewakili populasi, dan biasanya disebut responden penelitian

Sampel penelitian adalah siswa kelas VII SMP Negeri di sekecamatan Jatiasih dengan jumlah siswa sebanyak 80 siswa yang terdiri dari 40 siswa kelas VII-1 dan VII-2 SMP Negeri 9 sebagai kelas eksperimen, serta 80 siswa terdiri dari 40 siswa kelas VII-1 dan VII-2 SMP Negeri 34 sebagai kelas kontrol. Dan dengan perlakuan yang berbeda dari masing-masing sekolah.

4. Teknik Sampling

Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cluster sampling (Sugiyono, 2010:122). Penulis mengambil 50% siswa yang urutan tingkat kemampuan penalaran tertinggi dan 50% siswa urutan kemampuan penalarannya rendah pada kelas eksperimen, serta 50% siswa urutan penguasaan konsep tinggi dan 50% siswa penguasaan konsep rendah pada kelas kontrol. Dengan demikian diperoleh empat kelompok sampel penelitian yaitu : 20 siswa kemampuan penalaran tinggi diajar dengan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD, 20 siswa kemampuan penalaran rendah diajar dengan metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, 20 siswa penguasaan konsep tinggi diajar dengan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dan 20 siswa dengan penguasaan konsep rendah diajar dengan metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.

E. Teknik Pengumpulan Data

Sampel penelitian adalah siswa kelas VII-1 dan VII-2 SMP Negeri 9 dengan jumlah siswa 20 siswa sebagai kelas eksperimen dengan metode STAD, dan 20 siswa kelas VII-1 dan VII-2 SMP Negeri 34, sebagai kelas kontrol dengan metode Jigsaw. Pengumpulan data ini untuk mengetahui kemampuan penalaran dan penguasaan konsep matematika tinggi dan rendah.

1. Teknik Mendapatkan Data

a. Teknik mendapatkan data kemampuan penalaran matematika Pengumpulan data tentang kemampuan penalaran matematika dengan pemberian evaluasi melalui test tertulis bentuk soal berupa uraian kepada siswa kelas VII-1 dan VII-2 sebagai sampel penelitian, dengan

Kompetensi Dasar 4.5. Menggunakan konsep himpunan dalam pemecahan masalah.

b. Teknik mendapatkan data penguasaan konsep matematika siswa. Pengumpulan data tentang penguasaan konsep matematika siswa dilakukan dengan pemberian test tertulis bentuk soal berupa pilihan ganda kepada siswa kelas VII-1 dan VII-2 sebagai sampel penelitian, dengan Kompetensi Dasar : 5.1. menentukan hubungan antara dua garis serta besar dan jenis sudut dan 5.2 memahami sifat-sifat sudut yang terbentuk, jika dua garis berpotongan atau dua garis sejajar berpotongan dengan garis lain.

c. Teknik mendapatkan data metode pembelajaran kooperatif Yaitu dalam bentuk pemberian metode pembelajaran kooperatif

pada kelas STAD diberikan pengajaran matematika dengan Kompetensi Dasar 4.5. Menggunakan konsep himpunan dalam pemecahan masalah. Kompetensi Dasar : 5.1. Memahami dan menentukan hubungan antara dua garis serta besar dan jenis sudut dan Kompetensi Dasar : 5.2. Memahami sifat-sifat sudut yang terbentuk jika dua garis berpotongan, atau dua garis sejajar berpotongan dengan garis lain. Sedangkan kelompok kontrol diberikan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan Kompetensi Dasar : 4.5. Menggunakan konsep himpunan dalam pemecahan masalah. kompetensi dasar 5.1. Menentukan hubungan antara dua garis, serta besar dan jenis. Dan kompetensi dasar : 5.2. Memahami dan menentukan hubungan antara dua garis serta besar dan jenis sudut dan sifat-sifat sudut yang terbentuk, jika dua garis berpotongan atau dua garis sejajar berpotongan dengan garis lain. Setelah pembelajaran materi selesai pada masing-masing kelas, selanjutnya pada kedua kelas tersebut diberikan test.

2. Variabel Penelitian

Variabel dalam Penelitian ini adalah :

a. Variabel bebas, dalam hal ini merupakan variabel treatmen atau perlakuan (A) yaitu metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dan metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.

b. Variabel terikat, dalam hal ini sebagai variabel kriterium (Y), yaitu kemampuan penalaran (Y 1 ) dan penguasaan konsep matematika (Y 2 ).

F. Pengembangan Instrumen Penelitian

1. Instrumen Kemampuan Penalaran Matematika

a. Definisi konseptual Kemampuan penalaran Matematika

Berdasarkan uraian dari beberapa ahli, maka kemampuan penalaran matematika adalah kemampuan berpikir atau nalar yang dimiliki siswa setelah menerima pelajaran matematika yang dibatasi pada ranah kognitif dalam tingkatannya, dan tingkatan kemampuan penalaran matematika tinggi dan rendah yang didapat dari hasil belajar.

b. Definisi Operasional Kemampuan Penalaran Matematika

Kemampuan penalaran matematika adalah skor kemampuan siswa selama proses belajar setelah menerima pelajaran matematika ditinjau dari ranah kognitif, yang meliputi bahan ajar kelas VII semester

2 dari kompetensi dasar 4.5 : Menggunakan konsep himpunan dan diagram Venn dalam pemecahan masalah. Dengan indikator yaitu : 1) Menyajikan konsep himpunan dan diagram Venn dalam pemecahan masalah, 2) menyelesaikan masalah dengan menggunakan konsep himpunan dan diagram Venn.

c. Kisi-kisi Instrumen test Kemampuan penalaran matematika

Instrumen yang digunakan untuk mendapatkan data kemampuan penalaran matematika yaitu test uraian berjumlah 10 soal. Skor maksimal adalah 5 dan skor minimal adalah 0, secara teoritik skor terendah siswa adalah 0 dan skor tertinggi adalah 50

Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Kemampuan penalaran Kompetensi

Jumlah

Nomor

Ability dasar

2 C 2 3, 10 konsep himpunan konsep him- dalam pemecahan punan dan dia- masalah

Menyajikan

gram Venn da- lam pemecah- an masalah

Menyelesaikan

8 C 2 1,2, 4, 5,

masalah yang

menggunakan konsep him- punan

d. Validasi Instrumen Kemampuan penalaran matematika

Dalam penelitian ini terdapat data instrumen kemampuan penalaran matematika, yang menggunakan pada subyek penelitian yaitu ; instrumen tes kemampuan penalaran matematika. Untuk menjaring data instrumen tersebut dilakukan perlu dikalibrasi agar diketahui tingkat kehandalan instrumen. Untuk maksud ini, maka dilakukan uji coba instrumen test pada siswa kelas VII-7 SMP Negeri 9 yang tidak dijadikan kelas sampel penelitian, dan waktu belajar yang berbeda.

Dengan jumlah siswa 50 orang. Dalam rangka ujicoba instrumen test ini, akan dilakukan peninjauan terhadap taraf kesukaran butir soal, validitas butir soal dan reabilitas instrumen test.

1) Tingkat Kesukaran Indeks tingkat kesukaran atau proportional correct dinotasikan dengan p. Rumusnya (Safari, 2005: 23) adalah : JB

P= N

Keterangan:

TK : Tingkat kesukaran.

B : Jumlah siswa yang menjawab soal dengan benar.

: Jumlah seluruh siswa peserta tes.

Indeks kesukaran butir merupakan proposal responden yang menjawab benar suatu butir dengan peserta tes. Indeks kesukaran butir berkisar antara 0 sampai dengan 1, artinya jika p = 0 berarti tak seorangpun responden dapat menjawab benar butir tersebut, sebaiknya jika p = 1, maka semua responden dapat menjawab butir dengan benar. Kriteria tingkat kesukaran yang digunakan pada analisa ini adalah : jika p < 0,70 kategori soal mudah, 0,30 < p < 0,70 kategori soal sedang, dan p < 0,30 kategori soal sukar. (Nana Sudjana, 1991:4) Hasil perhitungan tingkat kesukaran diinterpretasikan dengan menggunakan kriteria tingkat kesukaran butir soal yaitu sebagai berikut :

Tabel 3.4 Kriteria Indeks Kesukaran

Indeks

No Kategori Soal Kesukaran

1. IK = 0,00 Terlalu sukar

2. 0,00 < IK < 0,30 Sukar

3. 0,30 < IK < 0,70 Sedang

4. 0,70 < IK <1,00 Mudah

5. IK = 1,00 Terlalu mudah

2) Validasi butir soal Validitas instrumen penelitian untuk variabel kemampuan penalaran siswa dihitung melalui rumus point biserial, hal ini sesuai dengan skor yang diperoleh untuk tes kemampuan penalaran siswa, dimana jawaban berada dalam 1 sampai dengan

5. Validitas butir soal diuji dengan menggunakan koefisien korelasi product moment ( Arikunto, 2008:70)

 XY -  X Y

xy 

Keterangan : r xy

= Koefisien korelasi product moment

 X= Jumlah skor dalam sebaran X  Y= Jumlah skor dalam Y  2

X= Jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran X

Y= Jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran Y

n = Banyaknya responden

Nilai r xy yang diperoleh dari perhitungan dikonsulkasikan dengan nilai r tabel dengan taraf nyata 5% jika nilai dari r xy >r tabel,

maka soal tersebut adalah reliabel.

3) Reliabilitas Instrumen Test Uji reliabilitas instrumen dihitung melalui rumus Alpha

Cronbach sebagai berikut :

( 1-  2 )

ac =

Keterangan : r ac = Koefisien reliabilitas tes S 2

= varians butir ke i S 2

= varians skor total k = banyak butir soal

Nilai r xy yang diperoleh dari perhitungan dikonsultasikan dengan nilai r tabel dengan taraf nyata 5% jika nilai dari r ac >r tabel

maka soal tersebut adalah reliabel.

2. Instrumen Penguasaan Konsep Matematika

a. Definisi Konseptual Penguasaan konsep

Berdasarkan uraian dari beberapa ahli, maka penguasaan konsep matematika adalah kemampuan pemahaman yang dimiliki siswa setelah menerima pelajaran matematika yang dibatasi pada ranah kognitif dalam tingkatannya yang didapat selama proses belajar dan dari hasil belajar.

b. Definisi Operasional Penguasaan Konsep Matematika

Penguasaan konsep matematika adalah skor kemampuan siswa selama proses belajar setelah menerima pelajaran matematika ditinjau dari ranah kognitif yang meliputi materi bahan ajar kelas VII semester 2 dari Kompetensi Dasar

5.1 : menentukan hubungan antara dua garis serta besar dan jenis sudut dengan indikator yaitu :

1) Mengidentifikasikan kedudukan dua garis (sejajar, berimpit, berpotongan).

2) Menjelaskan pembagian garis.

3) Menjelaskan satuan sudut dan sudut sebagai jarak putar.

4) Menggambar dan mengukur besar sudut dengan menggunakan bujur derajat.

5) Menjelaskan perbedakan jenis-jenis sudut (siku, lancip, tumpul, refleks).

Dan kompetensi dasar 5.2 : memahami sifat-sifat yang terbentuk, jika dua garis berpotongan atau dua garis sejajar berpotongan dengan garis lain dengan indikator yaitu :

1) Menjelaskan jenis-jenis sudut yang terbentuk jika dua garis berpotongan dipotong oleh garis lain.

2) Menemukan sifat sudut jika dua garis sejajar dipotong garis ketiga (garis lain).

3) Menggunakan sifat-sifat sudut dan garis untuk menyelesaikan soal.

c. Kisi-kisi Instrumen Test Penguasaan Konsep Matematika

Instrumen yang digunakan untuk mendapatkan data penguasaan konsep matematika yaitu tes Pilihan Ganda dengan 4 option jawaban berjumlah 20 soal. Untuk setiap responden yang menjawab benar satu butir soal diberikan skor 1 dan yang menjawab salah diberikan skor 0. Dengan demikian skor terendah adalah 0 dan skor maksimum adalah 20. Rancangan atau kisi-kisi instrumen tentang penguasaan konsep matematika seperti tabel berikut :

Tabel 3.5. Kisi-kisi Instrumen tes Penguasaan Konsep Matematika

Ability Dasar

3 C 1 1, 5, 8 Menentukan

5.1 Mengidentifikasikan

kedudukan dua garis hubungan garis dengan

1 C 2 4 garis, garis

Menjelaskan

pembagian garis dengan sudut, serta

2 C 2 2, 3, menentukan

Menjelaskan satuan

sudut dan sudut ukurannya

sebagai jarak putar Menggambar dan

1 C 3 11 mengukur besar sudut dengan bujur derajat

Menjelaskan

1 C 2 10 perbedaan jenis- jenis sudut

5.2 Memahami si- Menjelaskan jenis-

2 C 2 6, 17 fat-sifat sudut jenis sudut ter- yang terbentuk bentuk garis yang jika dua garis

ber-potongan ber-potongan

5 C 3 7, 14, dengan garis

Menemukan sifat-

16, 18, lain

sifat sudut

19 Mengunakan sifat-

5 C 3 9, 12, sifat sudut dan garis

d. Validasi Instrumen Penguasaan Konsep Matematika

Sebelum digunakan untuk menjaring data penelitian atau digunakan pada subjek penelitian, instrumen test penguasaan konsep matematika perlu dikalibrasi agar diketahui tingkat kehandalan instrumen. Untuk maksud ini, maka dilakukan uji coba instrumen test pada siswa kelas VII-7 SMP Negeri 9 yang tidak dijadikan kelas sampel penelitian dan waktu belajar yang berbeda. Dengan jumlah siswa 50 orang dan diberi 20 soal berbentuk pilihan ganda. Dalam rangka ujicoba instrumen test ini, akan dilakukan peninjauan terhadap taraf kesukaran butir soal, validitas butir soal dan reabilitas instrumen tes.

1) Taraf Kesukaran Butir Soal Test Penguasaan Konsep Indeks tingkat kesukaran atau Proportional Correct dinotasikan dengan p, untuk soal pilihan ganda diuji dengan rumus (Safari, 2005 : 23) adalah ;

JB p  ; dimana N

Keterangan : P

= Tingkat Kesukaran

JB = jumlah peserta tes yang menjawab benar N

= jumlah peserta tes Kriteria tingkat kesukaran yang digunakan pada analisa ini adalah: jika p < 0,70 kategori soal mudah, 0,30 < p < 0,70 kategori soal sedang, dan p < 0,30 kategori soal sukar.

2) Pengujian Validitas Butir Soal Test Penguasaan Konsep Untuk menghitung validitas butir butir soal pilihan ganda diuji dengan menggunakan rumus korelasi biserial (Safari, 2005 : 71) dengan rumus :

 xi xt  Pi r bis  

  St  Qi

dimana : r (i)

bis

= Koefisien korelasi antara skor butir soal nomor i dengan skor total

Xi = Rata-rata skor total responden yang menjawab benar butir soal nomor i

Xt = Rata-rata skor total semua responden. St = Standar deviasi skor total semua responden. Pi = Proporsi jawaban benar untuk butir soal nomor i Qi = Proporsi jawaban salah untuk butir soal nomor i

Nilai r bis yang diperoleh dari perhitungan selanjutnya dikonsultasi- kan dengan r tabel product moment, dimana kriteria penerimaan butir instrumen valid atau tidak digunakan uji validitas instrumen dengan r tabel , yang ditentukan uji satu sisi dengan taraf signifikansi ( α) = 0,05 dan Nilai r bis yang diperoleh dari perhitungan selanjutnya dikonsultasi- kan dengan r tabel product moment, dimana kriteria penerimaan butir instrumen valid atau tidak digunakan uji validitas instrumen dengan r tabel , yang ditentukan uji satu sisi dengan taraf signifikansi ( α) = 0,05 dan

3) Pengujian Reliabilitas Instrumen Test Penguasaan Konsep Untuk pengujian reabilitas perangkat soal pilihan ganda digunakan rumus Kuder Richardson 20 (Safari, 2005 : 54), yaitu :

k   PiQi 

dimana : r KR = Koefisien reliabilitas tes

k = Banyaknya butir soal yang valid St 2 = Varians skor total

PiQi = Varians skor tiap butir. Pi = Proporsi jawaban benar untuk butir i. Qi = Proporsi jawaban salah untuk butir i.

Angka reliabilitas yang diperoleh dari perhitungan selanjutnya dibandingkan dengan r tabel pada uji satu sisi dengan taraf signifikansi ( ) = 0,05 dan derajat kepercayaan (df) = k – 2 dimana k = banyaknya soal yang valid. Kriteria reliabilitasnya adalah jika r hitung lebih besar dari pada r tabel maka instrumen tersebut reliabel.

G. Teknik Analisis Data

1. Teknik Analisis Deskriptif

Dalam analisis deskriptif dilakukan penyajian data dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, diagram batang untuk masing-masing kelompok data kemampuan penalaran matematika. Selain itu dilakukan analisis data berdasarkan ukuran pemusatan : mean, median, modus; serta ukuran simpangan : jangkauan, varians, simpangan baku, kemencengan dan kurtosis. Untuk mempermudah perhitungan dalam analisis deskriptif maka data dikelompokkan.

2. Uji Prasyarat Analisis Data

Sebelum data dianalisis untuk pengujian hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis yaitu uji normalitas dan homogenitas.

a. Uji Normalitas Data

Uji normalitas data dilakukan untuk mengetahui apakah data dari masing-masing kelompok berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas data akan diuji dengan uji liliefors. Menurut Nana Sudjana, uji normalitas data dilakukan dengan mengunakan uji liliefors (Lo) dilakukan dengan langkah-langkah berikut. Diawali dengan penentuen taraf signifikansi, yaitu pada taraf signifikansi 5% (0,05) dengan hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:

Ho : Sampel Berdistribusi Normal Hi

: Sampel Berdistribusi Tidak normal

Dengan Kriteria pengujian : Jika L hitung <L tabel terima Ho dan Jika L hitung >L tabel tolak Ho Adapun langkah-langkah pengujian normalitas adalah

1) Hitung rata-rata nilai rumus Z i = 

2) Hitung standar deviasi nilai skor sampel.

3) Urutkan data sampel dari terkecil ke terbesar (x 1, x 2, ....x n ) Nilai x 1 dijadikan bilangan baku Z 1, Z 2 .....Z n . Dimana nilai baku Z 1 ditentukan besar peluang masing-masing nilai berdasarkan tabel Z ( luas lengkungan di bawah kurva normal standar dari o ke z, dan sebut dengan F(z i ).

4) Hitung frekwensi kumulatif atas dari masing-masing nilai Z, Dan disebut dengan S(z i ) kemudian dibagi dengan jumlah Number of cases (N) sampel.

5) Tentukan nilai L ohitung =

F ( z) - S(z) dan bandingkan dengan nilai L tabel (Tabel nilai kritis untuk uji liliefors.

6) Apabila L ohitung < Lt maka sampai berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

Untuk menerima atau menolak hipotesis nol (H o ), dilakukan dengan cara membandingkan L o ini dengan L kritis yang terdapat dalam tabel untuk taraf nyata yang dipilih Alfa = 5% . Untuk mempermudah perhitungan dibuat dalam bentuk tabel.

b. Uji Homogenitas 4 Varians

Setelah dilakukan uji normalitas memberikan indikasi data hasil penelitian berditribusi normal, maka tahap selanjutnya akan dilakukan uji homogenitas dari sampel penelitian ini untuk mengetahui data penelitian homogen atau tidak homogen, maka dalam pengujian homogenitas menggunakan uiji bartlet, yaitu :

2 X 2 hitung = ( In10)(B -  ( dk ) log s i ) Supardi (2012) Dengan derajat kebebasan (dk) = k-1 dan taraf signifikan (x) = 0,05. Adapun kriteria pengujiannya adalah :

2 Jika X 2 hitung X tabel, berarti tidak homogen

2 Jika X 2 hitung X tabel, berarti homogen

c. Uji Homogenitas Matrik Varians Kovarian

Pengujian asumsi Manova dengan Box m Tes, yaiti Homogenitas Matrik Varians Kovarians ( Yamin dan Kurniawan, 2009 :170 ). Hipotesis yang diuji adalah : Ho = Matrik Varians Kovarians antar kelompok data treatment

homogen. Hi = Matrik Varians Kovarians antar kelompok data treament heterogen

Kriteria pengujian : Ho diterima, jika p-value pengujian Box M > 0,05

3. Teknik Pengujian Hipotesis Penelitian

Teknik pengujian menggunakan teknik Multivariate Analysis of Varians (Manova). Manova merupakan perluasan dari Anova, perbedaan antara manova dengan anova terletak pada jumlah variabel dependennya (tak bebas). Anova digunakan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan pengaruh perlakuan terhadap satu variabel respon. Sedangkan Manova digunakan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan pengaruh terhadap lebih dari satu variabel respon.

Manova adalah teknik statistik yang digunakan untuk memeriksa hubungan antara beberapa variabel bebas (biasa disebut perlakuan) dengan dua atau lebih variabel tak bebas secara simultan. ( Hair, J.E . Anderson, R.E, R,I., Black, W.Co, 1995 dalam Yamin dan Kurniawan ( 2009 : 165 ). Rumusnya adalah :

Y 1 +Y 2 +Y 3 ....Y n

X 1 +X 2 +X 3 .....+X n

(metrik)

( non metrik)

a. Asumsi

Menurut Johnson R.A (1992) asumsi yang harus dipenuhi sebelum melakukan pengujian dengan manova yaitu :

1) Data berasal dari populasi yang berdistribusi normal Multivariat.

2) Homogenitas matriks varians kovarians 2) Homogenitas matriks varians kovarians

Hipotesis dalam menguji perbedaan pengaruh perlakuan terhadap beberapa variabel respon yaitu : Ho

= Tidak terdapat perbedaan pengaruh perlakuan.

Hi = Terdapat perbedaan pengaruh perlakuan. Dalam penelitian ini, pengujian perbandingan rata-rata kemampuan penalaran dan penguasaan konsep matematika dalam multivariate test adalah :

V=  i  1

Pilla’s trace

Wilk Lamda

W=

T=  

Hoteling trace

 max

Roy’s Largest root

R=

1   max

c. Uji Lanjut (Uji Simple Effect)

Setelah dilakukan pengujian dan hasilnya signifikan dalam arti terdapat perbedaan antar grup (perlakuan), maka perlu dilakukan uji lanjut untuk mengetahui variabel mana yang paling berpengaruh dalam membentuk perbedaan antar grup. Hal ini perlu dilakukan karena tidak semua variabel mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap perbedaan antar grup.

Kemudian setelah itu dilakukan uji lanjut untuk mengetahui perbedaan masing-masing individu dalam grup berdasarkan variabel Kemudian setelah itu dilakukan uji lanjut untuk mengetahui perbedaan masing-masing individu dalam grup berdasarkan variabel

SPSS for windows versi 16.0

H. Hipotesis Statistik

Menurut Singgih (2002 ; 217) hipotesa pada Manova adalah :

1. H o :

2. H o :

3. H o :

Hipotesis secara verbal :

1. Ho = Tidak terdapat pengaruh metode pembelajaran kooperatif terhadap kemampuan penalaran dan penguasaan konsep matematika siswa secara multivariat.

Hi = Terdapat pengaruh metode pembelajaran kooperatif terhadap kemampuan penalaran dan penguasaan konsep matematika siswa secara multivariat.

2. Ho = Tidak terdapat pengaruh metode pembelajaran Kooperatif

terhadap kemampuan penalaran matematika siswa.

Hi = Terdapat pengaruh metode pembelajaran terhadap kemampuan penalaran matematika siswa.

3. Ho = Tidak terdapat pengaruh metode pembelajaran Kooperatif terhadap penguasaan konsep matematika siswa. Hi

= Terdapat pengaruh metode pembelajaran terhadap penguasaan konsep matematika siswa.

BAB IV HASIL PENELITIAN

Pada bab ini akan disajikan deskripsi hasil penelitian yang berupa kemampuan penalaran dan penguasaan konsep, pengujian persyaratan analisis, pengujian hipotesis, dan pembahasan hasil penelitian.

A. Deskripsi Data Penelitian Skor Kemampuan Penalaran Dan Penguasaan Konsep Matematika

Dari hasil penelitian terhadap siswa SMP Negeri 9 dan SMP Negeri 34 kelas VII sekecamatan Jatiasih Bekasi, berupa kemampuan penalaran matematika (Y 1 ) dan penguasaan konsep matematika (Y 2 ) sebagai akibat dari perlakuan penelitian, yaitu pemberian metode pembelajaran kooperatif (A), berupa metode kooperatif tipe STAD (A 1 ) dan metode kooperatif tipe Jigsaw (A 2 ).

Data hasil penelitian dianalisis dengan teknik statistik deskripsi, untuk mengukur tendensi sentral dan tendesi penyebaran. Data dari setiap kelompok perlakuan, perhitungan data hasil penelitian dilakukan dengan menggunakan program olah data yaitu”SPSS”.

Rekapitulasi hasil penelitiannya statistik deskripsif skor kemampuan penalaran matematika. Secara keseluruhan dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.1 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Skor Kemampuan Penalaran dan Penguasaan Konsep Matematika

A 1 A 2 STAD

Jigsaw Y 1 Y 2 Y 1 Y 2

X = 13,90 Sd

Sd = 1,614 Keterangan : n

: Jumlah sampel tiap kelompok

X : nilai rata-rata S

: Simpangan baku Y 1 : Kemampuan penalaran matematika Y 2 : Penguasaan konsep

A 1 : Metode pembelajaran kooperatif tipe STAD

A 2 : Metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw

1. Data Kemampuan Penalaran Matematika Pada Pembelajaran Tipe STAD

Kemampuan penalaran matematika pada 40 orang siswa yang diberikan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD memiliki skor teoritik 0 - 50 dari rentang empirik 32 – 40 dengan skor terendah 30 dan skor tertinggi 40. Kemampuan penalaran matematika siswa dalam kelompok ini mempunyai nilai rata-rata 35,87 dan standar deviasi sebesar 1,964. Dari data tersebut dapat disimpulkan siswa yang diberi metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam kategori baik.

2. Data Kemampuan Penalaran Matematika Pada Pembelajaran Tipe Jigsaw

Kemampuan penalaran matematika pada 40 orang kelompok siswa yang diberi metode pembelajaran tipe Jigsaw memiliki rentang skor teoritik 0 – 20 dan rentang empirik 13 – 18 dengnan skor terendah 13 dan skor tertinggi 18. Kemampuan penalaran matematika kelompok ini mempunyai skor mean sebesar 15,83 dan standar deviasi sebesar 1,430 . Dari data tersebut dapat disimpulkan kemampuan penalaran matematika pada kelompok siswa yang diberi metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dalam kategori cukup.

3. Data Penguasaan Konsep Matematika Pada metode Pembelajaran Tipe STAD

Penguasaan konsep matematika pada 40 siswa yang diberi metode pembelajaran kooperatif tipe STAD memiliki rentang skor teoritik 0 – 50 dan rentang empirik 28 – 38 dengan skor terendah 28 dan skor tertinggi 38. Penguasaan konsep matematika dalam kelompok ini mempunyai skor mean sebesar 33,82 dan standar deviasi sebesar 2,395. Dari data tersebut dapat disimpulkan penguasaan konsep pada kelompok siswa yang diberi metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam kategori baik.

4. Data penguasaan konsep matamatika pada metode pembelajaran tipe Jigsaw

Penguasaan konsep matematika pada 40 orang kelompok siswa yang diberi metode pembelajaran tipe Jigsaw memiliki rentang skor teoritik 0 – 20 dan rentang empirik 10 – 17 dengan skor terendah 10 dan skor tertinggi 17. Penguasaan konsep matematika pada kelompok siswa mempunyai skor mean Penguasaan konsep matematika pada 40 orang kelompok siswa yang diberi metode pembelajaran tipe Jigsaw memiliki rentang skor teoritik 0 – 20 dan rentang empirik 10 – 17 dengan skor terendah 10 dan skor tertinggi 17. Penguasaan konsep matematika pada kelompok siswa mempunyai skor mean

B. Pengujian Prasyaratan Analisis

Sebelum melakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis data, yaitu uji normalitas data dan uji honogenitas variansi populasi. Uji normalitas dilakukan untuk menilai normal tidaknya sebaran data yang akan di analisis dari setiap data kelompok perlakuan. Pengujian prasyarat untuk mengetahui apakah sampel penelitian berasal dari populasi yang berdistribusi normal dilakukan dengan menggunakan program olah data SPSS, yaitu deskripsi explorer, sedangkan untuk mengetahui homogenitas varians populasi dari seluruh kelompok perlakuan dilakukan pengujian homogenitas varians dengan mengunakan uji levenua.

Berikut ini akan diuraikan mengenai hasil pengujian prasyarat yang dimaksud di atas.

1. Uji Normalitas

Pengujian normalitas data penelitian dilakukan terhadap empat kelompok data, yaitu :

a. Y 1 pada A 1

b. Y 1 pada A 2

c. Y 2 pada A 1

d. Y 2 pada A 2

Uji normalitas data dilakukan dengan uji kolmogorov-smirnov dengan taraf signifikansi = 0,05. Rangkuman hasil uji normalitas disajikan pada tabel berikut:

Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Uji Normalitas Data

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Y1A1

Y1A2

Y2A1 Y2A2

N 40 40 40 40

Normal Parameters a Mean

1.454 1.607 Most Extreme Differences Absolute

Std. Deviation

-.155 -.169 Kolmogorov-Smirnov Z

.979 1.066 Asymp. Sig. (2-tailed)

.294 .206 a. Test distribution is Normal.

Dari tabel 4.2 di atas menunjukkan bahwa semua kelompok data yang di uji normalitasnya dengan one-sample kolmogorov-smirnov test dengan SPSS diperoleh kelompok data memberikan nilai signifikansi pada baris Asymp. Sig (2. Tailed) masing-masing adalah 0,326, 0,216, 0,284, dan 0,206.

Dari nilai sig tersebut semuanya menghasilkan nilai sig 0,05. Dengan demikian disimpulkan bahwa empat kelompok data dalam penelitian ini berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Hal ini menunjukkan bahwa salah satu prasyarat uji F dalam penelitian telah terpenuhi.

2. Pengujian Homogenitas Matrik Varian Kovarian

Pengujian homogenitas dilakukan terhadap kelompok data sebagai berikut:

a. Homogenitas Matriks Varians kovarians

Hipotesis yang diuji adalah :

H o : Matriks Varians Kovarians antara kelompok metode pembelajaran homogen.

H i : Matriks Varians kovarians antara kelompok metode pembelajaran heterogen.

Pengujian dilakukan dengan Box’s test of equality of covariate matrices. Hasil pengujian adalah sebagai berikut:

Tabel 4.3

Box's Test of Equality of Covariance Matrices a

Box's M

a. Design: Intercept + MB

Untuk memenuhi asumsi Manova, kita berusaha untuk menerima hipotesis nol bila nilai p-value pengujian Box’s M

0,05. Hasil pengujian diperoleh nilai p-Value sig adalah 0,464 ( 0,05). Maka hipotesis nol diterima yang aslinya matriks varians-kovarians antara kelompok metode pembelajaran adalah homogen.

b. Homogenitas Varians

Hipotesis yang diuji adalah :

1) H o : Varians data kemampuan penalaran matematika antara kelompok metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dan Jigsaw homogen.

H i : Varians data kemampuan penalaran matematika antara kelompok metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dan Jigsaw heterogen.

2) H o : Varians data penguasaan konsep matematika antara kelompok metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dan Jigsaw homogen.

H i : Varians data penguasaan konsep matematika antara kelompok metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dan Jigsaw heterogen.

Pengujian Homogenitas varians menggunakan uji levene’s sebagai berikut:

Tabel 4.4. Levene's Test of Equality of Error Variances a

1 78 .756 a. Design: Intercept + MB

Persyaratan bahwa data homogenitas nilai signifikan hitung nilai signifikan (0,05), maka hipotesis nol (H o ) diterima sesuai persyaratan.

Hasil uji homogenitas terhadap 2 kelompok matematika pembelajaran untuk kemampuan penalaran matematika diperoleh nilai sig = 0,103 yang berarti nilai sig 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa varians data kemampuan penalaran matematika antara kelompok metode pembelajaran tipe STAD dan Jigsaw homogen.

Selanjutnya hasil uji homogenitas terhadap 2 kelompok metode pembelajaran untuk penguasaan konsep matematika diperoleh nilai 0,756 yang berarti nilai sig 0,05. maka dapat disimpulkan bahwa varians data penguasaan konsep matematika antara kelompok metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dan homogen.

C. Pengujian Hipotesis Penelitian

Pengujian hipotesis penelitian ini dilakukan dengan teknik analisis Manova ( Multivariate of varians) dengan bantuan program SPSS.

Tabel 4.5. Multivariate Tests b

Partial Eta Effect

Hypothesis

Value

F df Error df Sig. Squared

Intercept Pillai's Trace

77.000 .000 .997 Wilks' Lambda

.997 1.408E4 a 2.000

77.000 .000 .997 Hotelling's Trace

.003 1.408E4 a 2.000

77.000 .000 .997 Roy's Largest Root

365.615 1.408E4 a 2.000

77.000 .000 .997 MB

365.615 1.408E4 a 2.000

Pillai's Trace

77.000 .000 .314 Wilks' Lambda

17.639 a 2.000

77.000 .000 .314 Hotelling's Trace

17.639 a 2.000

77.000 .000 .314 Roy's Largest Root

17.639 a 2.000

77.000 .000 .314 a. Exact statistic b. Design: Intercept + MB

17.639 a 2.000

Tabel 4.6 Tests of Between-Subjects Effects

Source Dependent

Type III Sum of

df Square Mean

F Sig. Partial Eta Squared

Variable

Squares

Corrected Penalaran

2.026E4 .000 .996 Konsep

7.600E3 .000 .990 MB

Total Penalaran

Corrected Penalaran

Total Konsep

a. R Squared = ,183 (Adjusted R Squared = ,173) b. R Squared = ,290 (Adjusted R Squared = ,281)

1. Pengaruh Metode Pembelajaran Kooperatif Terhadap Kemampuan Penalaran Dan Penguasaan Konsep Matematika Secara Multivariat

Hipotesis pertama menyatakan” Terdapat Pengaruh Metode Pembelajaran Kooperatif Terhadap Kemampuan Penalaran Dan Penguasaan Konsep Matematika”. Berdasarkan hasil pengujian yang terdapat pada tabel Multivariate Test pada uji statistik terdapat nilai F= 17.639, nilai Pillai’s Trace, Wills’ Lambda, Hotelling’s Trace, Dan Roy’s largest Root sig sebesar 0,000 (<0,05). Hal ini menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan

Metode Pembelajaran Kooperatif Terhadap Kemampuan Penalaran dan Penguasaan Konsep Matematika Siswa. Dalam hal ini Kemampuan Penalaran dan Penguasaan Konsep Matematika pada kelompok eksperimen lebih tinggi daripada kelompok kontrol.

2. Pengaruh Metode Pembelajaran Kooperatif Terhadap Kemampuan Penalaran Matematika

Hipotesis kedua menyatakan “Terdapat Pengaruh Metode Pembelajaran Kooperatif Terhadap Kemampuan Prnalaran Matematika”. Berdasarkan hasil pengujian pada tabel Test of Between-Subject Effects di atas yang merupakan tabel utama yang mempresentasikan hasil hipotesis yang diajukan peneliti. Dari tabel tersebut, diketahui nilai F= 17.522, nilai p-value untuk kategori

kemampuan penalaran matematika (Y 1 ) adalah 0,000 (< 0,05). Dengan demikian hipotesis nol ditolak atau terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan penalaran matematika pada kelompok siswa yang diberi metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan kemampuan penalaran matematika pada siswa yang diberi metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Sehingga disimpulkan terdapat pengaruh yang signifikan metode pembelajaran kooperatif terhadap kemampuan penalaran matematika.

3. Pengaruh Metode Pembelajaran Kooperatif Terhadap Penguasaan konsep Matematika

Hipotesis ketiga menyatakan “Terdapat Pengaruh Metode Pembelajaran Kooperatif Terhadap Penguasaan Konsep Matematika”. Berdasarkan hasil pengujian pada tabel Tests of Between-Subject Effects diketahui untuk Hipotesis ketiga menyatakan “Terdapat Pengaruh Metode Pembelajaran Kooperatif Terhadap Penguasaan Konsep Matematika”. Berdasarkan hasil pengujian pada tabel Tests of Between-Subject Effects diketahui untuk

D. Pembahasan Hasil Penelitian

Tabel Multivariate Tests menerangkan perbandingan rata-rata kemampuan penalaran dan penguasaan konsep matematika siswa antara kedua metode pembelajaran kooperatif. Terdapat empat uji statistik yaitu Pillai’s Trace, Wilk’s Lambda, Hotelling’ Trace, dan Ray’s Largers. Keempat pengujian ini didasarkan kepada nilai eigen di mana formula untuk masing-masing uji statistik tersebut adalah sebagai berikut :

Dari tabel 4.5 di atas pada bagian label intercept, nilai Pillai’s Trace positif, yaitu 0,997 Meningkatnya nilai ini memberikan pengaruh yang berarti pada metode pembelajaran atau perbedaan rata-rata yang signifikan antara kelompok data, Nilai Wilk’s Lambda berkisat dari 0 hingga 1, bila nilai Wilk’s Lambda mendekati 0 memberikan arti adanya pengaruh yang pada metode pembelajaran kooperatif atau adanya perbedaan rata-rata yang berarti antara kelompok data. Sebaliknya nilai Wilk’s Lambda mendekati angka 1 berarti tidak ada pengaruh yang berarti pada metode pembelajaran kooperatif atau tidak ada Dari tabel 4.5 di atas pada bagian label intercept, nilai Pillai’s Trace positif, yaitu 0,997 Meningkatnya nilai ini memberikan pengaruh yang berarti pada metode pembelajaran atau perbedaan rata-rata yang signifikan antara kelompok data, Nilai Wilk’s Lambda berkisat dari 0 hingga 1, bila nilai Wilk’s Lambda mendekati 0 memberikan arti adanya pengaruh yang pada metode pembelajaran kooperatif atau adanya perbedaan rata-rata yang berarti antara kelompok data. Sebaliknya nilai Wilk’s Lambda mendekati angka 1 berarti tidak ada pengaruh yang berarti pada metode pembelajaran kooperatif atau tidak ada

Nilai Hotelling’s trace menunjukkan nilai positif, yaitu 365.615. Meningkatnya nilai Hotelling’s trace selalu lebih besar dari nilai Pillai’s trace maka nilai Hotellinh’s trace diatas menunjukkan adanya pengaruh yang berarti pada metode pembelajaran, akan tetapi dalam beberapa hal bila eigen value bernilai kecil maka nilai Hotelling’s trace dan Pillai’s trace akan berdekatan. Hal ini menunjukkan sebuah indikasi tidak adanya pengaruh yang berarti pada metode pembelajaran.

Nilai Roy’s Largest bernilai positif yaitu 365,615, nilai Roy’s Largest selalu lebih kecil atau sama dengan nilai Hotelling.s trace. nilai ini menunjukkan adanya pengaruh yang berarti pada metode pembelajaran kooperatif.

Pada baris metode pembelajaran pada angka signifikansi yang diuji dengan prosedur pillai,s Trace, Wilk’s Lambda, Hotelling, Trace, dan Roy’s Largest Root. Keempat prosedur yang pertama menunjukkan angka signifikansi di bawah 0,05 (yakni 0.000, 0.000, 0.000, dan 0.000) maka Ho ditolak, sehingga disimpulkan terdapat pengaruh metode pembelajaran kooperatif terhadap kemampuan penalaran dan penguasaan konsep matematika siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Stahl 1994 ( dalam Isjoni 2007: 12) menyatakan cooperative learning Pada baris metode pembelajaran pada angka signifikansi yang diuji dengan prosedur pillai,s Trace, Wilk’s Lambda, Hotelling, Trace, dan Roy’s Largest Root. Keempat prosedur yang pertama menunjukkan angka signifikansi di bawah 0,05 (yakni 0.000, 0.000, 0.000, dan 0.000) maka Ho ditolak, sehingga disimpulkan terdapat pengaruh metode pembelajaran kooperatif terhadap kemampuan penalaran dan penguasaan konsep matematika siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Stahl 1994 ( dalam Isjoni 2007: 12) menyatakan cooperative learning

Levene’s test digunakan untuk menguji homogenitas varians. Hasil pengujian homogenitas terhadap 2 kelompok metode pembelajaran kooperatif untuk kemampuan penalaran diperoleh nilai sig 0,103 yang berarti nilai sig > 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa varians data kemampuan penalaran matematika antara kelompok metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dan Jigsaw homogen. Bukti ini sesuai dengan hasil penelitian Suryadi 1999 ( dalam Isjoni 2007: 12) pada pembelajaran matematika menyimpulkan bahwa salah satu model pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan kemampuan berpikir siswa adalah cooperative learning. Selanjutnya hasil uji homogenitas terhadap 2 kelompok metode pembelajaran kooperatif untuk penguasaan konsep matematika diperoleh nilai sig 0,756 yang berarti sig > 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa varians data penguasaan konsep matematika antara kelompok metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dan Jigsaw homogen. Dari nilai di atas sesuia menurut (Isjoni 2007: 51 & 54) bahwa kedua tipe pembelajaran kooperatif tersebut menekankan adanya interaksi diantara siswa saling membantu menguasaai materi.

Tabel Tests of Between-subject Effects menggambarkan pengujian model secara univariat. Terlihat nilai p-value untuk kategori metode pembelajaran kooperatif untuk respons kemampuan penalaran matematika sebesar 0,000 (<0,05), demikian juga respons penguasaan konsep matematika sebesar 0,000 (<0,05), yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata Tabel Tests of Between-subject Effects menggambarkan pengujian model secara univariat. Terlihat nilai p-value untuk kategori metode pembelajaran kooperatif untuk respons kemampuan penalaran matematika sebesar 0,000 (<0,05), demikian juga respons penguasaan konsep matematika sebesar 0,000 (<0,05), yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata

Menurut Sabri (2007:79) menjelaskan bahwa faktor-faktor mengaruhi dalam belajar di sekolah kebanyakan berasal dari faktor internal siswa dan hanya sedikit dari segi eksternal siswa. Latar belakang sosial siswa seperti keluarga, teman dan masyarakat adalah faktor eksternal yang mempengaruhi perbedaan siswa dalam belajar. Untuk mengatasi kondisi tersebut guru dapat memberikan metode belajar yang tepat. Dengan metode belajar yang tepat akan tercapai tujuan belajar yaitu hasil belajar yang memuaskan.

Dalam mempelajari matematika kita memerlukkan penalaran, dimana siswa mampu dalam menghubung-hubungkan fakta-fakta dan rumus-rumus untuk mengambil suatu kesimpulan. Kemampuan penalaran matematika di sini adalah kemampuan siswa dalam menarik kesimpulan pada pemecahan masalah dengan menggunakan konsep himpunan dan diagram Venn. Sedangkan Penguasaan konsep matematika di sini adalah kemampuan peserta didik dalam menguasai materi pokok bahasan matematika (memahami dan dapat menjelaskan serta menyelesaikan soal sudut dan garis yang diberikan berkaitan dengan pokok bahasan matematika dan menerapkan materi dalam kehidupan sehari-hari)

Metode pembelajaran kooperatif dalam pemecahan masalah matematika sangat dibutuhkan siswa, karena bidang studi matematika, merupakan studi yang

dibangun berdasarkan kemampuan berpikir logis. Untuk masalah dan soal yang disajikan secara bervariasi sehingga masing-masing soal memiliki tingkat keragaman yang tinggi. Soal sedemikian harus diselesaikan dengan langkah yang berbeda di antaranya dengan menerapakan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD. Kondisi demikian membutuhkan penguasaan guru akan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dan kemampuan siswa untuk meng- kolaborasikan berbagai pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki. Slavin (dalam Nur, 2000;32) salah satu tipe kooperatif adalah menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi di antara siswa untuk saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal. Dan dalam penetapan pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan struktur- struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola-pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan kemampuan/penguasaan isi akademik.

Sedangkan metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah proses pembelajaran searah dari guru terhadap siswa, metode Jigsaw kurang efektif digunakan karena guru sulit menentukan tim inti karena siswa kurang percaya diri untuk menjelaskan materi kepada temannya dan banyaknya jumlah dalam satu kelas. hal ini senada dengan Roy Killen (1996) kelemahan dari metode Jigsaw antara lain sulit meyakinkan siswa untuk mampu berdiskusi menyampaikan materi pada temannya dan aplikasi metode ini pada kelas yang besar (lebih dari 40 siswa) sangatlah sulit, tapi bisa diatas dengan model (team teaching). Dalam kondisi ini peran guru sangat penting untuk dapat menjelaskan materi tersebut Sedangkan metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah proses pembelajaran searah dari guru terhadap siswa, metode Jigsaw kurang efektif digunakan karena guru sulit menentukan tim inti karena siswa kurang percaya diri untuk menjelaskan materi kepada temannya dan banyaknya jumlah dalam satu kelas. hal ini senada dengan Roy Killen (1996) kelemahan dari metode Jigsaw antara lain sulit meyakinkan siswa untuk mampu berdiskusi menyampaikan materi pada temannya dan aplikasi metode ini pada kelas yang besar (lebih dari 40 siswa) sangatlah sulit, tapi bisa diatas dengan model (team teaching). Dalam kondisi ini peran guru sangat penting untuk dapat menjelaskan materi tersebut

Berdasarkan informasi kuantitatif di atas dapat disimpulkan terdapat pengaruh yang signifikan metode pembelajaran kooperatif terhadap kemampuan penalaran dan penguasaan konsep matematika siswa.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan data yang diperoleh, hasil pengujian hipotesis dan pembahasan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan :

1. Terdapat pengaruh yang signifikan metode pembelajaran kooperatif terhadap kemampuan penalaran dan penguasaan konsep matematika. Hasil uji statistik Pillai’s Trace, Wilks’ Lambda, Hotelling’s Trace, dan Roy’s Largest Root memberikan nilai sig sebesar 0,000 (< 0,005 ). Hal ini menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata kemampuan penalaran dan penguasaan konsep matematika pada pemberian metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dan Jigsaw.

2. Terdapat pengaruh yang signifikan metode pembelajaran kooperatif terhadap kemampuan penalaran matematika. Hasil pengujian pada tabel Test Of Between-Subject Effects diketahui nilai p-value untuk kategori kemampuan penalaran matematika (Y1) adalah 0,000 (<0,05). Hal ini menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata kemampuan penalaran matematika pada pemberian metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dan Jigsaw.

3. Terdapat pengaruh yang signifikan metode pembelajaran kooperatif terhadap penguasaan konsep matematika. Hasil pengujian pada tabel Test Of Between- Subject Effects diketahui nilai p-value untuk kategori penguasaan konsep 3. Terdapat pengaruh yang signifikan metode pembelajaran kooperatif terhadap penguasaan konsep matematika. Hasil pengujian pada tabel Test Of Between- Subject Effects diketahui nilai p-value untuk kategori penguasaan konsep

B. Saran

Berdasarkan pada kesimpulan penelitian, maka berikut ini diajukan beberapa saran untuk perbaikan kemampuan penalaran dan penguasaan konsep matematika siswa sebagai berikut :

1. Disarankan bagi guru, dalam upaya meningkatkan kemampuan penalaran dan penguasaan konsep matematika, metode pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan metode yang cukup efektif untuk menumbuhkan, merangsang, serta menambah kemampuan penalaran dan penguasaan konsep matematika siswa. Dalam pembagian kelompok belajar hendaknya setiap kelompok belajar didampingi oleh siswa yang memiliki kemampuan penalaran dan penguasaan konsep yang tinggi.

2. Disarankan pemberian materi dalam pembelajaran matematika, buatlah suasana belajar yang menyenangkan, agar siswa merasa dirinya tidak mampu ingin berusaha untuk menyelesaikan soal yang diberikan. Hendaknya guru dapat menjelaskan materi sesuai dengan kemampuan siswanya.

3. Hendaknya dilakukan penelitian lanjutan, penelitian ini baru mengungkapkan sebagian kecil permasalahan yang berhubungan dengan kemampuan penalaran dan penguasaan konsep matematika siswa. Temuan penelitian menunjukkan masih banyak faktor yang mempengaruhi kemampuan 3. Hendaknya dilakukan penelitian lanjutan, penelitian ini baru mengungkapkan sebagian kecil permasalahan yang berhubungan dengan kemampuan penalaran dan penguasaan konsep matematika siswa. Temuan penelitian menunjukkan masih banyak faktor yang mempengaruhi kemampuan