UUD 1945 ASLI MENGARAHKAN VOLKSGEMEEN­ SHAPPEN UNTUK DIJADIKAN DAERAH OTONOM ISTIMEWA KECIL SEDANGKAN UUD 1945 HASIL AMANDEMEN TIDAK MENGATUR DESA

E. UUD 1945 ASLI MENGARAHKAN VOLKSGEMEEN­ SHAPPEN UNTUK DIJADIKAN DAERAH OTONOM ISTIMEWA KECIL SEDANGKAN UUD 1945 HASIL AMANDEMEN TIDAK MENGATUR DESA

UUD 1945 tidak mengatur Desa. Dalam UUD 1945 sebelum amandemen Desa diatur dalam Pasal 18 dan Penjelasan UUD 1945 sebagai daerah otonom kecil. Pasal 18 berbunyi,

Pembagian Daerah Indonesia atas Daaerah besar dan ketjil, dengan bentuk susunan pemerintahannya ditetapkan dengan undang-undang, dengan memandang dan mengingat dasar permusjawaratan dalam sistim Pemerintahan Negara, dan hak-hak asal-usul dalam Daerah-Daerah yang bersifat istimewa.

Daerah besar dan Daerah ketjil yang dimaksud dalam pasal 18 adalah daerah otonom. Jadi, menurut Pasal 18 pembagian daerah otonom di Indonesia terdiri atas daerah otonom besar dan ada daerah otonom kecil. Kemudian dalam Penjelasan pasal 18 angka II disebutkan,

Dalam territoir Negara Indonesia terdapat lebih kurang 250 zelfbesturen- delandchappen dan volksgemeenschappen, seperti desa di Jawa dan Bali, negeri di Minangkabau, dusun dan marga di Palembang dan sebagainya. Daerah-daerah itu mempunyai susunan asli, dan oleh karenanya dapat dianggap sebagai daerah yang bersifat istimewa.

Negara Republik Indonesia menghormati kedudukan daerah-daerah istimewa tersebut dan segala peraturan negara yang mengenai daerah- daerah itu akan mengingati hak-hak asal-usul daerah tersebut.

Perhatikan Penjelasan UUD 1945 yang disusun Soepomo yang meru- pakan intisari dari pembahasan tentang daerah otonom pada sidang- sidang BPUPKI 1945. Di Indonesia terdapat kurang lebih 250 daerah swapraja (zelfbesturendelandchappen) dan persekutuan rakyat pribumi (volksgemeenschappen). Daerah-daerah ini mempunyai susuan asli dalam arti mempunnyai susunan organisasi pemerintahan asli, ciptaan masyarakat sendiri. Oleh karena itu, daerah-daerah ini dapat dianggap sebagai daerah istimewa. Perhatikan konsep yang dikemukakan Soepomo! Ia menyebut zelfbesturende landchappen dan volksgemeenschappen sebagai Daerah yang bersifat istimewa, bukan komunitas yang bersifat istimewa. Makna daerah istimewa dalam teori local government adalah daerah otonom asimetris, bukan komunitas atau persekutuan rakyat. Hal tersebut dibuktikan dengan bunyi kalimat kedua

96 Desa Dinas: Unit Pemerintahan Semu dalam Sistem Pemerintahan NKRI 96 Desa Dinas: Unit Pemerintahan Semu dalam Sistem Pemerintahan NKRI

Kita telah menyetujui bentuk negara kesatuan (eenheidstaat). Oleh karena itu, di bawah Negara Indonesia tidak ada negara bawahan, tidak ada “onderstaat”, akan tetapi hanya ada daerah-daerah pemerintahan belaka. Pembagian daerah Indonesia dan bentuknya pemerintahan daerah ditetapkan dengan Undang-undang. Menurut pasal 16 (kemudian berubah menjadi pasal 18 dalam UUD 1945, pen.) pembagian daerah Indonesia atas daerah besar dan daerah kecil dengan bentuk susunan pemerintahannya ditetapkan dengan Undang-undang, dengan memandang dan mengingati dasar permusya waratan dalam sistem pemerintahan negara dan hak-hak asal usul dalam daerah-daerah yang bersifat istmewa. Jadi, rancangan Undang-Undang Dasar memberi kemungkinan untuk mengadakan pembagian daerah Indonesia dalam daerah-daerah yang besar dan untuk membagi daerah-daerah yang besar itu atas daerah-daerah kecil. Dengan memandang dan mengingati “dasar permusyawaratan”, artinya bagaimanapun bentuknya pemerintahan daerah, pemerintahan itu harus berdasar atas permusyawaratan, jadi misalnya dengan mengadakan dewan perwakilan daerah. Hak-hak asal usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa harus diperingati juga. Daerah-daerah yang bersifat istimewa itu ialah pertama daerah kerajaan (Kooti), baik di Jawa maupun di luar Jawa, daerah-daerah yang dalam bahasa Belanda dinamakan “zelfbesturende lanschappen”. Kedua daerah-daerah kecil yang mempunyai susunan asli, ialah Dorfgemeinschaften, daerah-daerah kecil yang mempunyai susunan rakyat asli seperti desa di Jawa, nagari di Minangkabau, dusun dan marga di Palembang, huta dan kuria di Tapanuli, gampong di Aceh.

Jadi, begitu jelasnya konsepsi UUD 1945 asli mengenai ke dudukan volksgemeenschappen dalam sistem adminstrasi negara modern RI. Volksgemeenschappen berupa desa, nagari, dusun, marga, dan sebagainya dirubah menjadi daerah otonom yang bersifat istimewa (daerah otonom asimetris). Istimewa di sini bukan berarti ia mempunyai sesuatu yang unik atau luar biasa tapi semata-mata karena memiliki susunan asli berdasarkan asal-usul dan adat istiadatnya. UUD 1945 pasal 18 dan Penjelasannya sama sekali tidak mempunyai konsepsi mempertahankan dan melestarikan volksgemeenschappen sebagai komunitas/persekutuan rakyat pribumi di bawah kontrol Negara sebagaimana kebijakan Belanda. Berdasarkan konsepsi ini dibuatlah UU No. 22/1948. Menurut UU ini, status desa adalah daerah

Bab IV Kebijakan Pemerintahan dalam Pembangunan Desa Bab IV Kebijakan Pemerintahan dalam Pembangunan Desa

Setelah UUD 1945 diamandemen, Pasal 18 UUD 1945 ditambah menjadi pasal 18 A dan Pasal 18 B dan Penjelasan UUD 1945 dihilang kan. Dari semua pasal tersebut tidak satu pasalpun mengatur Desa. Pasal 18 B ayat (2) bukan mengatur Desa tapi mengatur tentang kesatuan masyarakat hukum adat. Bunyinya adalah sebagai berikut.

Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masya rakat hukum adat serta hak-hak tradisonalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur dalam undang-undang.

Pasal 18 B ayat (2) UUD 1945 mengamanatkan kepada Negara untuk mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat serta hak-hak tradisionalnya. Menghormati dan mengakui merujuk kepada obyek yang sudah ada yaitu kesatuan masyarakat hukum adat yang sudah hidup puluhan bahkan ratusan tahun lalu, bukan lembaga baru yang dibentuk pemerintah. Pertanyaannya obyek yang disebut sebagai kesatuan masyarakat hukum adat itu apa. UUD 1945 tidak memberi penjelasan konkrit dan terukur mengenai obyek yang dikenai norma ini.