KESIMPULAN DAN SARAN

C. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesatuan masyarakat hukum adat masih ada di Indonesia meskipun sejak kemerdekaan keberadaannya tidak diatur dalam per aturan perundang- undangan. Salah satu di antara kesatuan masyarakat hukum adat yang masih hidup adalah masyarakat Kanekes di Kabupaten Lebak Provinsi Banten. Masyarakat Kanekes atau Baduy masih utuh sebagai kesatuan masyarakat hukum adat atau indigenous peoples. Masyarakat Kanekes mengembangkan hubungan dengan pemerintah atasan dengan dua model: 1) seba dan 2) akomodasi. Model seba adalah pengakuan masyarakat Kanekes kepada kekuasaan Negara melalui ritual menyampaikan semua produk yang dihasilkan wilayah Kanekes dengan berjalan kaki telanjang kepada Negara yang diwakili oleh Bupati, Gubernur, dan Presiden. Dalam model seba, masyarakat Kenekes mengekspresikan kesetiaan kepada Negara. Meskipun masyarakat Kenekes tidak mau mengadopsi peraturan perundang-undangan tapi bukan berarti menentang dan tidak loyal kepada Negara. Masyarakat Kanekes loyal penuh kepada Negara. Penolakannya terhadap peraturan perundang-undangan semata-mata karena ketundukannya kepada ajaran leluhur dan adat istiadat yang dikembangkan rarusan tahun lalu. Masyarakat Kanekes percaya sepenuhnya bahwa dengan mematuhi ajaran leluhur dan adat diperoleh kebahagiaan lahir dan batin. Adapun pada model kedua, masyarakat Kanekes memberi izin kepada kelompoknya yang sudah tidak berpegang teguh kepada ajaran leluhur dan adat istiadat peninggalan nenek moyang untuk mengakomodasi peraturan perundang-undangan dan kehidupan modern. Masyarakat Kanekes menyadari bahwa sebagian dari kelompoknya sudah berubah, dalam arti tidak secara ketat mematuhi hukum adat yang diajarkan nenek moyang. Untuk itu,

Bab II Kesatuan Masyarakat Huku Adat dalam Sistem Pemerintahan Di Indonesia ....

mereka diberi jalan keluar yaitu diberi sedikit kebebasan untuk mengadopsi perkembangan masyarakat di luar komunitasnya.

Sesuai dengan Pasal 18 B ayat (2), Negara mengakui dan meng hormati keberadaan masyarakat Kenekes tersebut dan masyarakat serupa di daerah- daerah lain yang masih hidup. Mengakui dan menghormati artinya Negara tidak merusak lembaga dan adat isiadat masyarakat Kanekes yang dipelihara, dipertahankan, dan diwariskan dari generasi ke generasi berikutnya tapi melindungi dan memberi arahan yang membawa kesejahteraan lahir dan batin atas pemahaman mereka sendiri, bukan berdasarkan pemahaman orang luar termasuk Negara. Sesuai dengan Deklarasi PBB tentang Hak-Hak Masyarakat Adat mengakui dan menghormati tersebut mencakup hak untuk menentukan nasib sendiri; menentukan pemerintahan sendiri, memperkuat ciri-ciri khususnya di bidang politik, hukum, ekonomi, sosial, dan institusi- institusi budaya; mempraktikkan dan memperbaharui tradisi-tradisi dan adat budanya; penggunaan dan kontrol terhadap situs-situs religi, kultural, dan seremonial; hak menentukan pendidikannya sendiri; pengobatan tradisional dan praktiknya; memelihara dan memperkuat hubungan spiritual yang khas dengan tanah, wilayah, air, dan pesisir pantai dan sumber daya lainya; hak atas tanah dan sumber daya yang ada di dalamnya; menjaga dan melindungi warisan budayanya; menentukan hak identitasnya sendiri; menentukan struktur kelembagaannya sendiri; dan mempertahankan kebiasaan-kebiasaan yang

khas, spiritual, trandisi-tradisi, dan sistem peradilan 22 . Dalam konteks tersebut ILO telah membuat manual tentang pengakuan dan penghormatan terhadap masyarakat adat tersebut. Jadi, jelas bahwa yang dimaksud dengan mengakui dan menghormati terhadap hak-hak masyarakat adat adalah sebagaimana Deklarasi PBB tersebut, bukan dengan cara membuat UU No. 6/2014 yang justeru merusak lembaga adat melalui pengaturan Negara.

22 Deklarasi PBB tentang Hak-Hak Masyarakat Adat yang disahkan dalam Sidang Umum PBB pada 13 September 2007 di New York. Indonesia adalah salah satu Negara yang mendukung Deklarasi ini.

70 Desa Dinas: Unit Pemerintahan Semu dalam Sistem Pemerintahan NKRI