(5) Generasi “Ngelem”

(5) Generasi “Ngelem”

“U Jangan dipandang sepele!. Berita ini, mesinya

SIA sekolah banyak yang ngelem,” demikian bunyi sebuah berita di koran ini (Ponianak Post, 16 Pebruari 2012).

membuat mata, betapa oknum pelajar di Kota Ponianak banyak yang terjerumus pada perilaku menyimpang: “menghirup lem”. Bahkan, itu dilakukan terang-terangan, di tempat terbuka, di pinggir-pinggir jalan.

Jika yang terjadi demikian, tentu ini adalah gambaran tentang gagalnya lembaga pendidikan kita, terutama dalam menjalankan fungsinya sebagai pusat pendidikan karakter. Fungsi sekolah tentu idak sebatas mencerdaskan sang anak melainkan juga mencetak anak-anak yang berkepribadian baik. Saat anak-anak usia sekolah kecanduan NAPZA (narkoika, psikotropika, dan zat adikif), di manakah fungsi sekolah? Tidakkah kecanduan menghirup lem sama berari kecanduan NAPZA?.

Esei-Esei Politik, Sosial dan Pendidikan | 149

Kita semua sependapat bahwa anak-anak adalah aset bangsa. Ke depannya mereka adalah agen-agen pembangunan, yang akan potensial manakala dibina serius dan dikembangkan secara terarah dan koninyu pada sebuah lembaga yang bernama sekolah. Beberapa fungsi sekolah sebagaimana yang ingin penulis sebut, antara lain: pertama, perkembangan pribadi dan pembentukan kepribadian; kedua, transmisi kultural; keiga, integrasi sosial; keempat, inovasi; dan kelima, pra seleksi dan pra alokasi tenaga kerja.

Memperhaikan fungsi sekolah di atas, sekurang-kurangnya terdapat iga alasan yang mendasari peningnya pendidikan karakter di sekolah: pertama, peningnya karakter yang baik yang menjadi bagian terpadu dalam diri seorang siswa, mencakup pikiran yang kuat, serta kecenderungan dan kemauan untuk berbuat posiif; kedua, sekolah menjadi tempat yang baik dan kondusif dalam pembelajaran; dan keiga, pendidikan karakter di sekolah sangat esensial terutama dalam pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas dan berkarakter.

Di tengah trend menghirup lem yang mulai digandrungi oknum pelajar di Kota Ponianak, maka keberadaan pendidikan karakter menjadi sebuah hal yang urgen. Pendidikan karakter diperlukan terutama untuk mengontrol kemungkinan terjerumusnya anak bangsa kedalam gaya hidup yang mengandrungi penyalahgunaan NAPZA. Pendidikan karakter sebagai

150 | Esei-Esei Politik, Sosial dan Pendidikan 150 | Esei-Esei Politik, Sosial dan Pendidikan

Apalagi, pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah, sejauh yang penulis amai, masih nampak kurang padu dengan model, pendekatan atau strategi yang digunakan. Pendidikan karakter di sekolah juga masih cenderung pada orientasi penguasaan materi yang tercantum dalam kurikulum atau buku-buku ajar, sementara kurang mengaitkannya dengan isu-isu strategis yang riil di masyarakat. Konsep- konsep tentang moral, sebatas hanya dihapalkan dan dipahami namun kurang dihayai dan apalagi diamalkan dalam keseharian. Dampaknya, siswa kurang terbiasa memecahkan persoalan-persoalan moral yang riil terjadi di masyarakat. Tak heran, muncul kesan bahwa anak-anak usia sekolah pada hari ini mudah terjerumus pada hal-hal yang kontraprodukif.

Esei-Esei Politik, Sosial dan Pendidikan | 151

Dalam pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah, beberapa hal yang dapat dikerjakan: pertama, mengideniikasi isu-isu sentral yang bermuatan moral dalam masyarakat, untuk dijadikan sebagai bahan kajian dalam proses pembelajaran di kelas dengan memakai pendekatan klariikasi nilai; kedua, mengideniikasi dan menganalisis kebutuhan siswa dalam pembelajaran moral, sehingga memperoleh kematangan moral, baik dalam pengetahuan, perasaan, maupun indakan moral; keiga, mengideniikasi dan menganalisis persoalan- persoalan atau kendala-kendala instruksional yang dihadapi para guru di sekolah dan para orang tua di rumah, dalam hal pembinaan karakter siswa; keempat, mengideniikasi dan mengklariikasi kembali nilai-nilai moral yang esensial dan universal, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan kajian dalam pendidikan karakter; dan kelima, mengideniikasi sumber-sumber lain yang relevan dengan kebutuhan belajar pendidikan karakter.

Kembali pada berita yang ditulis oleh koran ini, “Usia Sekolah Banyak Ngelem”, harusnya ini menjadi cambuk bagi sekolah-sekolah, terutama di Kota Ponianak dalam menyeriusi pendidikan karakter. Kita menyetujui, idak ada masa depan bagi Kota Ponianak, jika generasinya pada hari ini doyan menghirup lem.***

152 | Esei-Esei Politik, Sosial dan Pendidikan