Anak Bangsa

Anak Bangsa

NAK merupakan iipan Tuhan, sehingga ia harus dijaga dan dilindungi, oleh orang tua dan guru-gurunya. Jauh panggang dari api.

Jumlah kasus kekerasan dan kejahatan seksual pada anak mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.

Kasus meningkatnya angka kekerasan dan kejahatan seksual pada anak menghantarkan pada pertanyaan: ini gejala apa? Apa yang sedang dialami oleh bangsa ini?. Pertanyaan menjadi semakin sulit dijawab, manakala yang kita bahas bukan saja persoalan menyangkut korban melainkan juga pelaku kejahatan. Hal ini karena pelaku kejahatan – sebagaimana diberitakan – seringnya adalah kerabat dekat si korban. Maksudnya, bisa orang tua kandung korban, orang tua iri korban, paman korban, sepupu korban atau tetangga korban. Kasus kejahatan seksual pada anak yang belakangan marak terjadi, harus dipahami sebagai ancaman serius bagi anak-

Esei-Esei Politik, Sosial dan Pendidikan | 177 Esei-Esei Politik, Sosial dan Pendidikan | 177

Bukan saja di rumah, sekolah juga belakangan diberitakan rawan kejahatan seksual. Hal ini karena sebagaimana diberitakan, idak sedikit guru-guru terideniikasi sebagai pelaku kejahatan seksual. Mulai dari guru olah raga, guru kelas, sampai guru agama ada yang tersangkut kasus tersebut.

Padahal sebagai seseorang yang mesi diteladani, meminjam isilah Kihadjar Dewantara, ing ngarsa sung tulodho, ing madya mangun karsa, dan tut wuri handayani, di depan memberi contoh, di tengah membangun semangat, dan di belakang mengawasi. Ringkasnya, guru mesi memberi contoh teladan, memberi semangat dan terus mengawasi. Melalui guru-gurunya, para siswa mengalami dunia, mengaguminya dan mengideniikasi terhadapnya, lewat apa yang diajarkan oleh guru-guru mereka.

Berdasarkan ini, terasa guru mulai banyak yang lupa, jikalau fungsinya di sekolah bukan saja sebatas mengajari siswanya pengetahuan dan keterampilan saja, melainkan juga ikut membantu dalam pembangunan karakter siswa-siswanya, sehingga berbudi pekeri luhur. Kecuali itu, semua perlakuan yang ada dalam rangka pendidikan di sekolah mesi selaras dengan hakikat siswa sebagai makhluk Tuhan yang perlu dijaga hak asasinya.

Jauh panggang dari api, guru sebagai 178 | Esei-Esei Politik, Sosial dan Pendidikan Jauh panggang dari api, guru sebagai 178 | Esei-Esei Politik, Sosial dan Pendidikan

Inisial “AP”, seorang guru pada sebuah Ma- drasah Inidaiyah di Kota Tegal Jawa Tengah tega melakukan pelecehan seksual pada enam siswin- ya. Contoh lainnya, inisial “EM” yang berprofesi se- bagai guru pada sebuah SLTP di Jakarta Selatan, tega melakukan pelecehan seksual pada lima siswinya. Kasus-kasus ini barangkali hanya puncak gunung es dari kasus-kasus lain yang luput dari pemberitaan media.

Rasa kemanusiaan terasa dicabik-cabik. Bagaimana idak, kasus kejahatan seksual yang menimpa korban, yang usianya relaif masih amat muda. Mereka masih anak-anak yang belum sepenuhnya utuh. Kesemua korban tersebut adalah siswi sekolah yang lazimnya diberikan perhaian khu- sus.

Kecuali itu, sebuah berita yang penulis baca di Kompas (02/07/2007) menyebutkan bahwa idak sedikit dari anak-anak yang menjadi korban kekerasan atau kejahatan seksual belum atau idak menyadari mereka sebagai korban. Sebab, sebagian besar dari usia mereka yang berkisar antara usia 5 sampai 12 tahun, bahkan ada juga yang mengalaminya pada

Esei-Esei Politik, Sosial dan Pendidikan | 179 Esei-Esei Politik, Sosial dan Pendidikan | 179

Kasus kekerasan dan kejahatan seksual pada anak, menurut penulis, merebak seiring denga mulai lunturnya nilai-nilai luhur dalam keseharian masyarakat kita. Terutama dalam skala terkecil yaitu keluarga dan berikutnya sekolah. Manusia idak lagi dipandang sebagai ciptaan Tuhan yang mempunyai hak asasi, dan anak idak lagi dianggap sebagai amanah atau iipan Tuhan.

Anak adalah gambaran masa depan bangsa ini. Dengan demikian sudah sepantasnya masalah kekerasan dan kejahatan seksual pada anak bangsa disikapi serius. Kasus kekerasan dan kejahatan seksual yang marak terjadi belakangan ini, mesi menjadi “PR bersama” yang mesi direnungkan, dikaji, dan diselesaikan secepatnya.***

180 | Esei-Esei Politik, Sosial dan Pendidikan