Prinsip Restorative Justice Mekanisme Restorative Justice Sebagai Alternatif Penyelesaian Perkara Pidana Anak.

”Negara-negara peserta berusaha untuk melindungi anak dari semua bentuk eksploitasi seks dan penyalahgunaan seksual. Untuk maksud ini, Negara-negara peserta khususnya akan mengambil semua langkah-langkah nasional, bilateral, dan multilateral yang tepat untuk mencegah: a Bujukan atau pemaksaan anak untuk melakukan semua bentuk kegiatan sekual yang tidak sah; b Penggunaan anak-anak secara ekspliotasi dalam pelacuran atau praktik-praktik seksual lainnya yang tidak sah c Penggunaan anak-anak secara ekploitasi dalam pertunjukan-pertunjukan dan bahan-bahan pornografi.” Pasal 35 Konvensi Hak Anak menyatakan: “Negara-negara peserta akan mengambil langkah-langkah nasional, bilateral, dan multilateral; yang tepat untuk mencegah penculikan, penjualan, atau perdagangan anak untuk tujuan apa pun atau dalam bentuk apa pun.” Pasal 36 Konvensi Hak Anak menyatakan: Negara-negara peserta akan melindungi anak terhadap semua bentuk eksploitasi yang merugikan setiap aspek kesejahteraan anak.

B. Mekanisme Restorative Justice Sebagai Alternatif Penyelesaian Perkara Pidana Anak.

1. Prinsip Restorative Justice

Liebmann juga memberikan rumusan prinsip dasar restorative justice sebagai berikut: 1. Meprioritaskan dukungan dan penyembuhan korban 2. Pelaku pelanggaran bertanggung jawab atas apa yang mereka lakukan 3. Dialog antara korban dengan pelaku untuk mencapai pemahaman 4. Ada upaya untuk meletakkan secara benar kerugian yang ditimbulkan 5. Pelaku pelanggar harus sadar tentang bagaimana cara menghindari kejahatan di masa depan 6. Masyarakat turut membantu dalam mengintegrasikan dua belah pihak, baik korban maupun pelaku. Sedangkan proses dari restorative justice dapat dilakukan dengan cara mediasi antara pelaku dan korban, reparasi pelaku membetulkan kembali segala hal yang dirusak, konferensi korban-pelaku yang melibatkan keluarga dari kedua belah pihak dan tokoh pemuka dalam masyarakat, dan victim awareness work suatu usaha dari pelaku untuk lebih peduli akan dampak dari perbuatannya. Kita masih ingat kasus-kasus yang terjadi di negeri ini, contoh kasus yang menimpa nenek Rasminah yang dihukum 130 hari penjara karena dituduh mencuri 6 piring, kemudian kasus pengambilan 3 biji kakao senilai Rp 2.100 yang dilakukan oleh nenek Minah yang harus dibawa ke pengadilan, saya tidak tahu apakah Polisi dan Jaksa kita kekurangan pekerjaan. Begitu pula dengan kasus pencurian satu buah semangka, di mana kedua tersangka disiksa dan ditahan Polisi selama 2 bulan dan terancam hukuman 5 tahun penjara, belum lagi baru- baru ini kasus pencurian sandal yang dilakukan oleh seorang siswa di kota Palu berinisial AAL harus berakhir di meja hijau. Sebaliknya, untuk kasus hilangnya uang rakyat senilai Rp 6,7 trilyun di Bank Century, Polisi dan Jaksa nyaris tidak ada geraknya. Hal ini yang kemudian di nilai tidak memenuhi rasa keadilan. Ini juga menunjukkan kelemahan penyelesaian perkara dalam sistem peradilan pidana. Seharusnya contoh kasus diatas, seperti pencurian piring yang dilakukan nenek Rasminah tidak perlu sampai pengadilan. Pertemuan antara pelaku dan korban ataupun antara keluarga pelaku dan korban dapat dilakukan sepanjang hal ini dapat di fasilitasi oleh mediator. Demikian juga pada kasus perkosaan yang marak terjadi akhir-akhir ini, meskipun bukan gambaran utuh dari penerapan restorative justice baik pelaku dan korban, tetapi keluarga pelaku dan keluarga korban dapat bertemu muka untuk sama-sama mencapai suatu kesepakatan, misalnya menikahkan putra putrinya. Dibutuhkan suatu usaha sosialisasi dari pemerintah dan pejabatpemangku kepentingan tentang restorative justice kepada masyarakat luas, sebagai cara alternatif tetapi diutamakan dalam penyelesaian masalah-masalah yang terkait hal-hal domestik, karena mekanisme ini lebih nyata mengedepankan hak-hak korbannya. Restorative justice merupakan suatu mekanisme yang mutlak diperlukan, terlebih lagi, pada dasarnya mekanisme ini telah mengakar dalam kehidupan masyarakat Indonesia yang kental dengan sistem norma dan nilai adat dari nenek moyang.

2. Manfaat Restorative Justice: