Anak Yang Berkonflik dengan Hukum Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

dalam bukum Juvenile Justice System mengtakan anak adalah periode diantara kelahiran dan permulaan kedewasaan. Masa ini merupakan masa perkembangan hidup, juga masa dalam keterbatasan kemampuan termasuk keterbatasan untuk membahayakan orang lain. 22

3. Anak Yang Berkonflik dengan Hukum

Sebelum lahirnya Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak pada dasarnya anak-anak yang bermasalah dikategorikan dalam istilah kenakalan anak, yang mengacu pada Undang-Undang No.3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak. 23 Setelah diundangkannya Undang-Undang Perlindungan Anak, maka istilah tersebut berubah menjadi anak yang berkonflik dengan hukum ABH, dan saat ini Undang-Undang No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak pun menggunakan istilah anak yang berkonflik dengan hukum. 24 Ada 2 dua kategori perilaku anak yang membuat ia harus berhadapan dengan hukum, yaitu: 25 1 Status offence adalah perilaku kenakalan anak yang apabila dilakukan oleh orang dewasa tidak dianggap sebagai kejahatan, seperti tidak menurut, membolos sekolah atau kabur dari rumah; 2 Juvenile Deliquency adalah perilaku kenakalan anak yang apabila dilakukan oleh orang dewasa dianggap kejahatan atau pelanggaran hukum. Namun sebenarnya terllau ekstrim apabila tindak pidana yang dilakukan oleh anak-anak tersebut dengan kejahatan, karena pada dasarnya ank-anak memiliki 22 Op.Cit., hlm. 36. 23 M.Nasir Djamil, Anak Bukan Untuk Dihukum, Jakarta: Sinar Grafika, 2013, hlm. 32. 24 Op.Cit., hlm. 33. 25 Ibid kondisi kejiwaan yang labil proses kemantapan psikis menghasilkan sikap kritis, agresif dan menunjukkan tingkah laku yang cenderung bertindak mengganggu ketertiban umum. Hal ini belum dapat dikatakan sebagai kejahatan, melainkan kenakalan yang ditimbulkan akibat dari kondisi psikologis yang tidak seimbang dan si pelaku belum sadar dan mengerti atas tindakan yang telah dilakukan anak. Sementara itu, dalam Kitab Undang- Undang Hukum Pidana KUHP ditegaskan bahwa seseorang dapat dipertanggungjawabkan perbuatannya karena adanya kesadaran diri dari yang bersangkutan dan juga telah mengerti bahwa perbuatan itu terlarang menurut hukum yang berlaku.

4. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum normatif penelitian hukum droktiner. 26 Penelitian normatif adalah penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bagian pustaka atau data sekunder. Penelitian hukum normatif disebut juga sebagai penelitian kepustakaan adatu studi dokumen. Penelitian hukum normatif disebut penelitian hukum droktiner karena penelitian ini dilakukan atau ditujukan hanya pada peraturan-peraturan yang tertulis atau badan hukum yang lain. Penelitian hukum ini juga disebut sebagai penelitian kepustakaan atau pun studi dokumen disebabkan penelitian ini lebih banyak dilakukan terhadap data yang bersifat sekunder yang ada diperpustakaan. 26 Soerjono Soekanto, Penghantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI PRESS, 1986, hlm. 42.

2. Sifat Penelitian