Batasan Anak Tinjauan Kepustakaan 1.

baik dengan melibatkan korban, Anak, dan masyarakat dalam mencari solusi untuk memperbaiki, rekonsiliasi, dan menenteramkan hati yang tidak berdasarkan pembalasan. Proses peradilan perkara Anak sejak ditangkap, ditahan, dan diadili pembinaannya wajib dilakukan oleh pejabat khusus yang memahami masalah Anak. Namun, sebelum masuk proses peradilan, para penegak hukum, keluarga, dan masyarakat wajib mengupayakan proses penyelesaian di luar jalur pengadilan, yakni melalui Diversi berdasarkan pendekatan Keadilan Restoratif.” Berbeda halnya dengan keadilan restoratif yang merupakan bentuk penyelesaian di luar pengadilan untuk perkara pidana khususnya pidana anak, APS merupakan bentuk penyelesaian di luar pengadilan untuk perkara perdata Jadi, perbedaan antara keadilan restoratif dengan alternatif penyelesaian sengketa adalah keadilan restoratif digunakan untuk menyelesaikan perkara pidana anak sedangkan APS digunakan untuk menyelesaikan perkara perdata, Persamaan di antara keduanya adalah merupakan bentuk penyelesaian di luar jalur pengadilan. 14

2. Batasan Anak

Definisi anak secara nasional didasarkan pada batasan usia anak menurut hukum pidana, hukum perdata, hukum adat dan hukum Islam. 15 Secara nasional definisi anak menurut perundang-undangan, di antaranya menjelaskan anak adalah seorang yang belum mencapai usia 21 tahun atau belum menikah. 16 Undang- Undang No. 23 Tahun tentang Perlindungan Anak, anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun dan bahkan masi di dalam kandungan, 17 sedangkan Undang-Undang No. 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak, anak adalah orang yang dalam perkara anak nakal telah mencapi usia 8 tahun tetapi belum mencapai 14 Ibid 15 Marlina, Peradilan Pidana Anak di Indonesia, Bandung: Refika Aditama, 2009, hlm. 33 16 Pasal 292, 294,295 dan pasal 297 KUHPidana. 17 Pasal 1 Angka 1 Undang‐Undang No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindunagn Anak. usia 18 tahun dan belum pernah menikah. 18 Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No.11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak pada Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 ayat 3 yaitu : 19 “bahwa anak yang berkonflik dengaan Hukum yang selanjutnya disebut anak adalah anak yang telah berumur 12 dua belas tahun, tetapi belum berumur 18 delapan belas tahun yang diduga melakukan tindak pidana. Pembatasan anak dari segi umurnya tidaklah selamanya tepat, karena kondisi umur seseorang dihubungkan dengan kedewasaan merupakan sesuatu yang bersifat semu dan relatif. 20 Definisi anak yang ditetapkan perundang-undangan berbeda dengan definisi menurut hukum islam dan hukum adat. Menurut hukum islam dan hukum adat sama-sama menentukan seseorang masi anak-anak atau sudah dewasa bukan dari usia anak. Hal ini karena masing- masing anak berbeda usia untuk mencapai tingkat kedewasaan. Hukum islam menentukan definisi anak dilihat dari tanda-tanda seseorang apakah seseorang itu sudah dewasa atau belum. Artinya seseorang dinyatakan seabagi anak tersebut belum memiliki tanda-tanda yang dimiliki oleh orang dewasa sebagaimana ditentukan dalah hukum islam. Menurut Ter Haar seorang tokoh adat mengatakan bahwa hukum adat memberikan dasar untuk menentukan apakah seseorang itu anak-anak atau orang dewasa yaitu melihat unsur yang dipenuhi seseorang yaitu apakah anak tersebut sudah kawin, meninggalkan rumah orang tua atau rumah mertua dan mendirikan kehidupan keluarga sendiri. 21 Menurut Nicholas McBala 18 Pasal 1 Angka 1 Undang‐Undang Republik Indonesia No. 3 Tahun 1997 tentang Peradilan Anak. 19 Undang‐Undang Republik Indonesia No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak. 20 Dr. Marlina SH., M.Hum, Op.Cit., hlm.36 21 Op.Cit., hlm. 34. dalam bukum Juvenile Justice System mengtakan anak adalah periode diantara kelahiran dan permulaan kedewasaan. Masa ini merupakan masa perkembangan hidup, juga masa dalam keterbatasan kemampuan termasuk keterbatasan untuk membahayakan orang lain. 22

3. Anak Yang Berkonflik dengan Hukum