Hukum Perlindungan Anak Pengertian Anak Secara Umum

Kewajiban berarti sesuatu yang wajib diamalkan dilakukan, keharusan, tugas yang harus dilakukan. 51 Menurut Setya Wahyudi, anak melakukan kewajiban bukan semata-mata sebagai beban, tetapi justru dengan melakukan kewajiban-kewajiban menjadikan anak tersebut berpredikat “anak yang baik”. 52 Anak yang baik tidak hanya meminta hak-haknya saja, tetapi akan melakukan kewajiban-kewajibannya. Berdasarkan UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, ada lima hal kewajiban anak di Indonesia yang mestinya dilakukan, antara lain: 53 a Menghormati orang tua, wali dan guru; b Mencintai keluarga, masyarakat, dan menyayangi teman; c Mencintai tanah air, bangsa dan negara; d Menunaikan ibadah sesuai dengan ajaran agamanya; dan melaksanakan etika dan akhlak yang mulia

2. Hukum Perlindungan Anak

Menurut Arif Gosita, bahwa hukum perlindungan anak sebagai hukum tertulis maupun tidak tertulis yang menjamin anak-anak benar-benar dapat melaksanakan hak dan kewajibannya. Kemudian Bisman Siregar menyebutkan aspek hukum perlindungan anak lebih dipusatkan kepada hak-hak anak yang 51 Kewajiban berasal dari kata “wajib” mendapat awalan “ke” dan akhiran “‐an”, yang artinya mesti diamalkan dilakukan, perlu atau tidak boleh tidak, harus, ataupun sudah sepatutnya harus dilakukan. Lihat W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga, Jakarta: Balai Pustaka, 2005, hlm. 1359 52 Setya Wahyudi, Implementasi Ide Diversi dalam Pembaruan Sistem Peradilan Pidana Anak di Indonesia, Yogyakarta: Genta Publishing, 2011, hlm. 26. 53 Pasal 19 UU No. 23 Tahun 2002. diatur hukum dan bukan kewajiban, mengingat secara hukum yuridis anak belum dibebani kewajiban. 54 Pengaturan mengenai perlindungan anak dalam instrument hukum nasional dapat kita jumpai pada beberapa peraturan perundnag-undangan, bidang hukum perdata, bidang hukum pidana dan bidang hukum ketatanegaraan.Berkaitan dengan karya ilmiah ini, maka penulis mencoba meneliti dari salah satu aturan yang berlaku yakni UU No.23 Tahun 2002.

a. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan

Anak Latar belakang dikeluarkannya UU No. 23 Tahun 2002 karena Negara Indonesia menjamin kesejahteraan tiap-tiap warga negaranya, termasuk perlindungan terhadap hak anak yang merupakan hak asasi manusia seperti yang termuat dalam Undang-Udang Dasar 1945 dan Konvensi Perserikatan Bangsa- Bangsa tentang hak anak. Upaya perlindungan anak perlu dilaksanakan sedini mungkin, yaitu sejak dari janin dalam kandungan sampai anak berusia delapan belas tahun. 55 Bertitik tolak pada konsep perlindungan anak yang utuh, menyeluruh, dan komprehensif maka undang-undang ini meletakkan kewajiban memberikan perlindungan kepada anak berdaasrkan asas-asas: 1. Asas nondiskriminasi; 2. Asas kepentingan yang terbaik bagi anak; 3. Asas hak untuk Hidup, kelangsungan hidup, dan perkembangan; 54 Irma Setyowati, Op.cit., hlm. 4‐8. 55 Rika Saraswati, Op.Cit., hlm.25. 4. Asas penghargaan terhadap pandanganpendapat anak. Perlindungan terhadap anak sangat diperlukan karena banyak faktor yang menyebabkan anak beresiko mengalami kekerasan, pengabaian, eksploitasi, dan perlakuan salah lainnya, seperti: 56 1. Cara pengasuhan menggunakan kekerasan yang diterapkan lintas generasi; 2. Kemiskinan yang berdampak urbanisasi, perubahan gaya hidup, dan perubahan harapan terhadap kualitas hidup; 3. Nilai-nilai di masyarakat yang eksploitatif nilai anak sebagai komoditas dan diskriminatif; 4. Sistem hukum yang tidak mendukung perlindungan anak. Menurut Pasal 3 UU No.23 tahun 2002 bahwa: “Perlindungan anak bertujuan untuk menjamin terpenuhinya hak anak agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi, demi terwujudnya anak Indonesia yang berkualitas, berakhlak mulia, dan sejahtera.” Udang-Undang ini juga mewajibkan pemerintah dan Negara Pasal 14-20, masyarakat Pasal 25, serta keluarga dan Orang Tua Pasal 26 untuk bertanggungjawab dalam memberikan perlindungan terhadap anak. Selain itu undang-Undang ini juga memuat sanksi bagi mereka yang melakukan kekerasan, eksploitasi, dan melakukan penelantaran. Apabila melakukan diskriminasi dan penelantaran anak sehingga mengakbatkan kerugianpenderitaan, akan dikenai 56 Ibid, hlm.27. hukuman penjara lima tahun danatau denda 100 juta rupiah Pasal 77. Kemudian apabila memperdagangkan, menjual, atau menculik anak dapat dipidana 3-15 danatau denda 60-300 juta rupiah Pasal 83. Selanjutnya, dalam rangka meningkatkan efektibilitas penyelenggaraan perlindungan anak maka melalui undang-undang ini dibentuk Komisi Perlindungan Anak Indonesia yang bersifat independen Pasal 74.Komisi ini bertugas melakukan sosialisasi seluruh ketentuan peraturan perundnag-undangan yang berkaitan dengan perlindungan anak; mengumpulkan data dan informasi; menerima pengaduan masyarakat; serta melakukan penelaahan, pemantauan, pengevaluasian, dan pengawasan terhadap penyelenggaraan perlindungan anak Pasal 76. Pada tahun 1989 Konvensi Hak Anak atau KHA Convention on the right of the child disetujui oleh Majelis Umum PBB.Konvensi ini mempertegas hak- hak dan perlindungan terhadap anak karena mereka merupakan generasi penerus, tetapi rentan terhadap berbagai ancaman, perlakuan salah, dan eksploitasi dalam berbgai aspek kehidupan.Konvensi ini mengatur bahwa setiap anak berhak atas perlindungan dari eksploitasi dan penganiayaan seksual termasuk pelacuran dan keterlibatan dalam pornografi.Selain itu, Negara wajib mencegah penjualanpenyeludupan dan penculikan anak dan wajib menjamin agar anak yang menjadi korban konflik bersenjata, penganiayaan, penelantara, perlakuan salah, atau eksploitasi memperoleh perawatan yang layak.Kesemuaan hak ini diatur dalam Pasal 34, 35, dan 36 Konvensi Hak Anak. Pasal 34 Konvensi Hak Anak menyatakan: ”Negara-negara peserta berusaha untuk melindungi anak dari semua bentuk eksploitasi seks dan penyalahgunaan seksual. Untuk maksud ini, Negara-negara peserta khususnya akan mengambil semua langkah-langkah nasional, bilateral, dan multilateral yang tepat untuk mencegah: a Bujukan atau pemaksaan anak untuk melakukan semua bentuk kegiatan sekual yang tidak sah; b Penggunaan anak-anak secara ekspliotasi dalam pelacuran atau praktik-praktik seksual lainnya yang tidak sah c Penggunaan anak-anak secara ekploitasi dalam pertunjukan-pertunjukan dan bahan-bahan pornografi.” Pasal 35 Konvensi Hak Anak menyatakan: “Negara-negara peserta akan mengambil langkah-langkah nasional, bilateral, dan multilateral; yang tepat untuk mencegah penculikan, penjualan, atau perdagangan anak untuk tujuan apa pun atau dalam bentuk apa pun.” Pasal 36 Konvensi Hak Anak menyatakan: Negara-negara peserta akan melindungi anak terhadap semua bentuk eksploitasi yang merugikan setiap aspek kesejahteraan anak.

B. Mekanisme Restorative Justice Sebagai Alternatif Penyelesaian Perkara Pidana Anak.