Persyaratan Administratif Pembentukan Kabupa- ten Tana Tidung

3.3. Persyaratan Administratif Pembentukan Kabupa- ten Tana Tidung

Pemikiran filosofis pembentukan Kabupaten Tana Tidung didasarkan atas pertimbangan untuk memacu perkembangan dan kemajuan Provinsi Kalimantan Timur pada umumnya, dan Kabupaten Bulungan khususnya guna merespons aspirasi yang berkembang dalam masyarakat. Pembentukan Kabupaten Tana Tidung dilakukan dalam rangka mempercepat pelaksanaan pembangunan, dan pelayanan masyarakat guna terwu- judnya kesejahteraan masyarakat Tana Tidung.

Sehubungan dengan itu, pembentukan Kabupaten Tana Tidung harus memperhatikan persyaratan kondisi geografis, kemampuan ekonomi, potensi daerah, luas wilayah, sosial budaya, jumlah penduduk, dan pertimbangan lain yang memungkinkan terselengga- ranya otonomi di Kabupaten Tana Tidung. Berdasarkan evaluasi

yang dilakukan terhadap persyaratan administratif dalam pembentukan kabupaten Tana Tidung, dianggap dan dinyatakan sudah memenuhi persyaratan sebagaimana telah ditentukan di dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 129 Tahun 2000 tentang Persyaratan Pembentukan dan Kriteria Pemekaran, Penghapusan, dan Penggabungan Daerah.

Untuk melihat kelengkapan persyaratan adminis- tratif, sebelum dilakukan pembentukan Kabupaten Tana Tidung sebagai daerah otonom baru, terlebih dahulu telah dilakukan penelitian dan analisis terhadap persya- ratan yang ditentukan di dalam peraturan perundangan yang berlaku oleh Presidium Daerah Pembentukan Kabupaten Tana Tidung, Provinsi Kalimantan Timur. Kelengkapan Administrasi Pemekaran Kabupaten Tana Tidung tersebut mengacu pada Undang-Undang Re- publik Indonesia Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerin- tahan Daerah, dan Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia Nomor 129 Tahun 2000 tentang Persyaratan Pembentukan dan Kriteria Pemekaran, Penghapusan, dan Penggabungan Daerah.

Penelitian kecukupan persyaratan seharusnya dilakukan terhadap semua kecamatan yang ada, yaitu terdiri atas 6 (enam) kecamatan yang tersebar di 2 (dua) Kabupaten, yaitu Kabupaten Bulungan dan Kabupaten Nunukan. Kecamatan yang terdapat di wilayah Kabupaten Bulungan terdiri atas Kecamatan Sesayap, Kecamatan Sesayap Hilir, dan Kecamatan Tana Lia, sedangkan yang terdapat di wiayah Kabupaten Nunukan terdiri atas Kacamatan Sembakung, Kecamatan Lumbis, dan Kecamatan Sebuku. Namun demikian penelitian hanya dilakukan terhadap 3 (tiga) kecamatan yang terdapat di Kabupaten Bulungan, yaitu Kecamatan Sesayap, Kecamatan Sesayap Hilir, dan Kecamatan Tana Lia. Berdasarkan analisis hasil penelitian dari ketiga kecamatan tersebut dlihat dari perspektif kewilayahan, potensi sumber daya alam, kependudukan, dan sebagainya cukup memadai untuk dijadikan daerah otonom baru. Namun ketika semua indikator persyaratan yang ditentukan diakumulasi dengan indikator-indikator persyaratan yang lain ternyata belum mencukupi skor yang ditentukan.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indo- nesia Nomor 129 Tahun 2000 tentang Persyaratan Pem- bentukan dan Kriteria Pemekaran, Penghapusan, dan Penggabungan Daerah, terdapat 7 (tujuh) syarat atau kriteria yang seharusnya diteliti. Kriteria tersebut selan- jutnya dipergunakan untuk menentukan skor persya- ratan pembentukan Kabupaten Tana Tidung. Selanjutnya Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indo- nesia Nomor 129 Tahun 2000 tentang Persyaratan Pem- bentukan dan Kriteria Pemekaran, Penghapusan, dan Penggabungan Daerah, terdapat 7 (tujuh) syarat atau kriteria yang seharusnya diteliti. Kriteria tersebut selan- jutnya dipergunakan untuk menentukan skor persya- ratan pembentukan Kabupaten Tana Tidung. Selanjutnya

a) Kemampuan Ekonomi;

b) Potensi Daerah;

c) Sosial Budaya;

d) Sosial Politik;

e) Jumlah Penduduk;

f) Luas Daerah;

g) Pertimbangan lain yang memungkinkan terselengga- ranya otonomi daerah. Berdasarkan penilaian terhadap butir-butir keleng- kapan persyaratan adminsitratif sebagai indikator pembentukan Kabupaten Tana Tidung dapat dikemuka- kan hasil penelitian dan analisis yang dilakukan oleh Presidium Daerah Pembentukan Kabupaten Tana Tidung, sebagaimana diuraikan berikut di bawah ini.

3.3.1. Faktor Kemampuan Ekonomi

Kemampuan ekonomi berkaitan dengan potensi ekonomi yang dimiliki oleh daerah yang akan dimekarkan. Potensi ekonomi ini digali dari daerah calon pemekaran dengan maksud untuk memenuhi kebutuhan ekonomi daerah yang bersangkutan. Semakin besar potensi yang dimiliki daerah, khususnya potensi sumber daya alamnya, maka secara ekonomis daerah tersebut semakin mampu membiayai dirinya sendiri. Hal ini sesuai dengan ide dasar bahwa pembentukan daerah otonom baru hendaknya tidak membebani anggaran Negara, melainkan harus menjadi daerah otonom baru yang mandiri. Selanjutnya untuk mengukur kelayakan Kemampuan ekonomi berkaitan dengan potensi ekonomi yang dimiliki oleh daerah yang akan dimekarkan. Potensi ekonomi ini digali dari daerah calon pemekaran dengan maksud untuk memenuhi kebutuhan ekonomi daerah yang bersangkutan. Semakin besar potensi yang dimiliki daerah, khususnya potensi sumber daya alamnya, maka secara ekonomis daerah tersebut semakin mampu membiayai dirinya sendiri. Hal ini sesuai dengan ide dasar bahwa pembentukan daerah otonom baru hendaknya tidak membebani anggaran Negara, melainkan harus menjadi daerah otonom baru yang mandiri. Selanjutnya untuk mengukur kelayakan

a. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB);

b. Pertumbuhan Ekonomi;

c. Kontribusi PDRB terhadap PDRB total;

d. Rasio penerimaan daerah sendiri terhadap pengelua- ran rutin;

e. Rasio penerimaan daerah sendiri terhadap PDRB. Untuk mengetahui kemampuan ekonomi calon Kabupaten Tana Tidung dan Kabupaten Bulungan sebagai kabupaten induk atas perhitungan PDRB dan yang berkaitan dengan itu dapat dilihat pada hasil penilaian indikator yang tercantum dalam tabel di bawah ini.

3.3.1.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) masing- masing daerah yang akan dimekarkan, yaitu Kabupaten Bulungan dan calon Kabupaten Tana Tidung sebagai calon daerah otonom baru hasil pemekaran harus menunjukan adanya kemampuan ekonomi daerah tersebut yang dapat digambarkan melalui pendapatan ekonomi masyarakat. Selanjutnya mengenai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Bulungan dan calon Kabupaten Tana Tidung tergambar dalam informasi yang terangkum dalam tabel berikut di bawah ini.

Tabel 1.

Indikator Produk Domestik Regional Bruto 65

Calon Indikator

Sub Indikator Kabupaten Kabupaten Tana Tidung

Bulungan

Produk a. PDRB Perkapita 9.301.230 18.908.185 Domestik

(2003) Regional

b. Pertumbuhan 3,94% 15,40% Bruto

Ekonomi (2003) (PDRB)

c. Kontribusi 0,000004 0,0001 PDRB terhadap PDRB

Total

(2003)

Data perhitungan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada saat sebelum pembentukan Kabupaten Tana Tidung di atas menunjukan angka lebih kecil dibandingkan dengan PDRB Kabupaten Bulungan sebagai kabupaten induk. Sebagaimana diketahui bahwa PDRB merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh aktivitas produksi dalam suatu daerah dalam satu tahun. Oleh karena itu, setiap peningkatan PDRB juga mencerminkan peningkatan balas jasa kepada faktor produksi yang digunakan dalam aktivitas produksi tersebut. Perhitungan PDRB dimaksudkan untuk mengukur sejauh mana kebijakan-kebijakan pemerintah hasil pembentukan daerah otonom baru nantinya mampu mendorong aktivitas perekonomian domestik. Dengan demikian perhitungan PDRB tersebut diharapkan dapat digunakan sebagai tolak ukur untuk

65 Diperoleh dari Biro Pusat Statistik Kabuaten Bulungan Tahun 2003.

memprediksi kemampuan ekonomi Kabupaten Tana Tidung sebagai daerah otonom baru. PDRB juga digunakan untuk menggambarkan nilai tambah yang dapat diciptakan oleh masing-masing penduduk akibat produksi. Indikator ini biasanya digunakan untuk mengukur tingkat kemakmuran suatu daerah, termasuk daerah otonom baru hasil pemekaran. Berdasarkan data dalam tabel di atas, maka dapat dihitung bahwa nilai PDRB per kapita untuk calon Kabupaten Tana Tidung adalah Rp 9.301.230. dan untuk Kabupaten Bulungan sebagai kabupaten induk sebesar Rp 18.908.185. Berdasarkan informasi dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa PDRB calon Kabupaten Tana Tidung lebih kecil dibandingkan dengan PDRB Kabupaten Bulungan sebagai kabupaten induk. Jelas secara ekonomi kondisi perekomian Kabupaten Bulungan jauh lebih baik dibandingkan kondisi perekonomian calon Kabupaten Tana Tidung. Oleh karena itu, pembentukan Kabupaten Tana Tidung sangat mungkin dilakukan karena tidak mengganggu perekonomian Kabupaten Bulungan, dengan ketentuan Kabupaten Tana Tidung harus berupaya keras meningkatkan kondisi perekonomiannya di masa yang akan datang.

3.3.1.2. Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu faktor terpenting bagi suatu daerah, sebab pertumbuhan ekonomi merupakan indikator bagi keberhasilan pembangunan suatu daerah, bahkan keberhasilan Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu faktor terpenting bagi suatu daerah, sebab pertumbuhan ekonomi merupakan indikator bagi keberhasilan pembangunan suatu daerah, bahkan keberhasilan

Berdasarkan informasi dalam tabel tersebut di atas, terlihat bahwa pertumbuhan ekonomi calon Kabupaten Tana Tidung pada tahun 2003 sebesar 3,94%, dan apabila dibandingkan dengan angka pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bulungan jauh lebih kecil. Sebab angka pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bulungan mencapai 15,40%, sehingga dapat dikatakan angka pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bulungan sangat baik. Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi ini akan berpengaruh signifikan

terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat Kabupaten Bulungan sebagai kabupaten induk. Secara teoritik pemekaran wilayah Kabupaten Bulungan melalui pembentukan Kabupaten Tana Tidung tidak akan mempengaruhi kondisi ekonomi Kabupaten Bulungan dalam upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakatnya.

3.3.1.3. Kontribusi PDRB Terhadap PDRB Total

Indikator lain yang digunakan sebagai bahan pertimbangan pemekaran Kabupaten Bulungan dengan membentuk kabupaten baru adalah terkait dengan kontribusi PDRB Kabupaten Bulungan dan kontribusi PDRB calon Kabupaten Tana Tidung terhadap PDRB tingkat provinsi maupun PDRB tingkat nasional. Semakin tinggi kontribusi PDRB suatu daerah kabupaten/kota, maka semakin positif pengaruhnya terhadap PDRB Provinsi, dan PDRB Nasional, sehingga semakin makmur masyarakat negara tersebut.

Sehubungan dengan pentingnya PDRB tersebut, maka kontribusi PDRB menjadi perhatian utama dalam persyaratan pembentukan kabupaten/kota sebagai daerah otonom. Sebuah daerah baik Provinsi maupun kabupaten/kota yang dinyatakan layak untuk dimekar- kan apabila kontribusi PDRB-nya dinyatakan tinggi, sehingga daerah otonom baru tersebut tidak menjadi beban bagi Kabupaten Bulungan, sebagai kabupaten induk. Dengan demikian pemekaran wilayah Kabupaten Bulungan dapat dilakukan, karena kontribusi PDRB-nya cukup baik. Demikian juga pembentukan Kabupaten Ta- na Tidung tidak akan menjadi beban APBD Kabupaten Bulungan maupun Provinsi Kalimantan Timur.

Berdasarkan informasi yang terpapar dalam tabel di atas terlihat bahwa kontribusi calon Kabupaten Tana Tidung sebesar 0,000004%, sedangkan konstribusi Kabu- paten Bulungan sebesar 0,0001%. Berdasarkan informasi Berdasarkan informasi yang terpapar dalam tabel di atas terlihat bahwa kontribusi calon Kabupaten Tana Tidung sebesar 0,000004%, sedangkan konstribusi Kabu- paten Bulungan sebesar 0,0001%. Berdasarkan informasi

3.3.1.4. Rasio Penerimaan Daerah Sendiri

Penerimaan daerah sendiri disebut juga sebagai Pendapatan Asli Daerah (PAD), yang merupakan pen- dapatan daerah yang bersumber dari bagi hasil pajak, hasil pengelolaan sumber daya alam, dan lain-lain peng- hasilan daerah yang dapat dianggap sah sesuai ketentuan yang berlaku. Perolehan pendapatan sendiri ini sangat tergantung pada kegiatan ekonomi daerah yang bersang- kutan, apabila kegiatan ekonomi daerah tersebut tinggi maka konsekuensinya penerimaan daerah akan besar, sebaliknya apabila kegiatan ekonomi daerahnya rendah, maka penerimaan daerah tersebut juga akan sangat kecil.

Penerimaan sendiri daerah, yang juga merupakan pendapatan asli daerah ini akan menentukan tingkat ketergantungan daerah terhadap APBN. Semakin besar rasio penerimaan asli daerah, maka akan semakin kecil ketergantunganya terhadap APBN, sebab rasio yang besar ini akan memberikan kontribusi yang besar pula terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), sehingga justru akan memperkuat APBD.

Semakin kecil ketergantungan daerah terhadap APBN, maka daerah tersebut semakin mandiri, dan kemandirian inilah yang menjadi tujuan otonomi daerah tersebut.

Tabel 2.

Indikator Penerimaan Daerah Sendiri 66

Calon

Indikator Sub Indikator Kabupaten Kabupaten Tana Tidung

Bulungan

Penerimaan a. Rasio

4,34 Daerah

penerimaan Sendiri

daerah sendiri terhadap pengeluaran rutin Penerimaan

145.111.692 742.495.811.785 Daerah Sendiri Pengeluaran 131.538.451

171.053.333.705 Rutin b. Rasio

39,268,49 Penerimaan Sendiri terhadap PDRB

Memperhatikan data dalam Tabel 2, maka dapat dikemukakan bahwa penerimaan sendiri calon Kabupa- ten Tana Tidung apabila dibandingkan dengan pengelua- ran rutin masih lebih besar dari penerimaan sendiri, meskipun tidak sebesar penerimaan sendiri oleh Kabu-

paten Bulungan sebagai kabupaten induk, namun besa- ran jumlah penerimaan sendiri calon Kabupaten Tana

66 Ibid.

Tidung tersebut memenuhi syarat kelayakan bagi peme- karan daerah otonom baru.

3.3.1.5. Rasio Penerimaan Daerah Sendiri Terhadap PDRB

Rasio penerimaan daerah sendiri terhadap PDRB merupakan salah satu indikator untuk menilai kemam- puan ekonomi sebuah daerah, semakin tinggi rasio penerimaan daerah terhadap PDRB, maka semakin besar pula kemampuan ekonomi daerah tersebut dalam mem- biayai belanja barang dan jasa publik dalam rangka pe- nyelenggaraan pemerintahan.

Penerimaan sendiri daerah akan sangat menen- tukan PDRB daerah yang bersangkutan, PDRB sangat tergantung pada struktur perekonomian yang ditentukan oleh kegiatan ekonomi masyarakat di daerah tersebut, sehingga masyarakat yang kegiatan ekonominya besar secara otomatis akan berpengaruh positif dan sigknifikan teradap PDRB daerah tersebut. Rasio tersebut menunjukkan adanya kemampuan ekonomi daerah untuk mengembangkan daerahnya secara mandiri. Berdasarkan data tabel di atas, dapat diketahui bahwa rasio Penerimaan Daerah Sendiri (PAD) terhadap PDRB menunjukan bahwa calon Kabupaten Tana Tidung sebesar 15,71 ini berarti jauh lebih kecil dibandingkan dengan rasio yang diperoleh Kabupaten Tana Tidung sebesar 39,268,49. Namun demikian tidak akan mengganggu keuangan daerah kabupaten induk, yaitu Kabupaten Bulungan.