Hak Uji Dalam Konsepsi Negara Hukum Indonesia

6.1. Hak Uji Dalam Konsepsi Negara Hukum Indonesia

Indikasi bagi dianutnya konsepsi negara hukum oleh Indonesia dapat dilihat di dalam Penjelasan Umum UUD NRI Tahun l945 sebelum perubahan dinyatakan bahwa ”Indonesia adalah negara berdasar atas hukum (rechtssaat) dan bukan atas dasar kekuasaan belaka (machtsstaat) ”, yang kemudian setelah dilakukan peruba- han terhadap UUD NRI Tahun l945, pernyataan negara hukum tersebut ditegaskan kembali di dalam batang tubuh UUD NRI Tahun 1945, yaitu tertuang dalam ketentuan Pasal 1 ayat (3), yang menentukan bahwa ”Indonesia adalah negara hukum”.

Menurut A Muktie Fajar, konsep negara hukum Indonesia ini merupakan konsepsi negara hukum yang demokratis, yang selanjutnya dikatakan:

“sebelum terjadinya amandemen, UUD 1945 berbeda dengan 2 (dua) konstitusi lainnya yang pernah berlaku di Indonesia yaitu Konstitusi Republik Serikat (RIS) dan Undang-Undang Dasar Sementara (UUDS) 1950, yang baik dalam muka- dimah maupun batang tubuhnya, menegaskan secara eksplisit bahwa Negara Indonesia merupa- kan sebuah Negara Hukum yang demokratis, se- dangkan dalam UUD 1945 penegasan tersebut tidak “sebelum terjadinya amandemen, UUD 1945 berbeda dengan 2 (dua) konstitusi lainnya yang pernah berlaku di Indonesia yaitu Konstitusi Republik Serikat (RIS) dan Undang-Undang Dasar Sementara (UUDS) 1950, yang baik dalam muka- dimah maupun batang tubuhnya, menegaskan secara eksplisit bahwa Negara Indonesia merupa- kan sebuah Negara Hukum yang demokratis, se- dangkan dalam UUD 1945 penegasan tersebut tidak

2) Kedaulatan ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-undang Dasar; 3) Negara Indo- nesia adalah Negara Hukum”. 151 Pada saat berlakunya UUD NRI Tahun 1945,

pertama kali Indonesia menggunakan istilah rechtsstaat untuk menyebut dirinya sebagai “negara hukum”. Sedangkan pada saat menggunakan Konstitusi Republik Indonesia Serikat 1949 (Konstitusi RIS 1949), konsep negara hukum tidak disebutkan dengan istilah rechtsstaat, tetapi menggunakan istilah negara hukum. Hal ini tercantum dalam ketentuan Pasal 1 ayat (1) yang berbunyi, “Republik Indonesia Serikat jang merdeka dan berdaulat ialah suatu negara hukum jang demokratis dan berbentuk federasi”. Penyebutan ini juga digunakan di dalam UUDS 1950, yang terlihat dalam rumusan ketentuan Pasal 1 ayat (1) yang berbunyi “Republik Indonesia jang merdeka dan berdaulat ialah suatu negara hukum jang demokratis dan berbentuk kesatuan”. 152

Penggunaan istilah “negara hukum” dalam dua konstitusi tersebut, menurut Jimly Asshiddiqie dirasakan kurang tepat. Sebab kata “rechtstaat” dalam bahasa Jerman berarti negara berdasar atas hukum. Menurut

A Mukthie Fajar, Tipe Negara Hukum, Bayu Media Publising, Malang, 2005, hlm. 84. Lihat juga dalam Muchsin, Ikhtisar Hukum In- donesia , Iblam, Jakarta, 2005, hlm. 11.

152 Dikutip dari rumusan ketentuan Pasal 1 ayat (1) UUDS 1950.

Jimly Asshiddiqie, tidak ada salahnya untuk terus menggunakan istilah negara hukum sebagaimana sudah lazim dipergunakan dalam berbagai kepustakaan hukum dan politik. 153 Selanjutnya dikatakan, bahwa negara hukum merupakan istilah yang berasal dari terjemahan istilah “rechtsstaat” Indonesia yang terbentuk dari suku

kata yaitu “negara” 154 dan “hukum”. 155 Padanan kata ini menunjukkan bentuk dan sifat yang saling isi mengisi antara negara di satu sisi dan hukum pada sisi yang lain. Tujuan negara adalah untuk memelihara ketertiban hukum. Oleh karena itu, negara membutuhkan hukum dan sebaliknya pula hukum dijalankan dan ditegakkan melalui otoritas negara ”. 156

Penegasan Indonesia sebagai negara hukum mengandung makna, bahwa di dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia segala bentuk tindakan/perbuatan

153 Ibid.

F Iswara, Pengantar Ilmu Politik, Dhiwantara, Bandung, 1967; M. Solly Lubis, Ilmu Negara, Mandar Maju, Bandung, 1990. Juga Baca Sjahran Basah, Ilmu Negara: Pengantar, Metode, dan Sejarah Berkembang, Citra Aditya, Bandung, 1992.

Meskipun dalam banyak perbincangan hukum tidak dapat dilepaskan dengan masyarakat, sebagaimana sebuah ungkapan Latin, Ubi ius, Ibi societas, namum tetap saja memberikan definisi tentang hukum sulit dilakukan, sebagimana ungkapan terkenal Immanuel Kant, nuch suchen die juristen eine definition zu ihrene begriffe von recht. Friedman juga menegaskan, No definition of law could satsfy everyone ; no definition could be “ true” or “false”, Except by some outside standard, based on an ethical feeling, or on experience. Lihat lebih lanjut Lawrence M. Friedman, Law And Society: An Introduction, Prentice – hall, Inc, New Jersey, 1997, hlm. 3.

156 Sudargo Gautama, Pengertian Tentang Negara Hukum, Alum- ni, Bandung, 1973, hlm. 20.

negara dan/atau penyelenggara negara maupun masyarakatnya harus berdasarkan hukum, artinya bahwa hubungan antara negara dengan masyarakat, dan antara masyarakat dengan masyarakat, harus dilandasi dengan hukum untuk menjaga ketertiban, keamanan dan keadilan, demi terwujudnya kesejahteraan masyarakat. Dengan hukum dapat dapat memberikan jaminan kepada masyarakat untuk terhindar dari kemungkinan perbuatan sewenang-wenang dari penguasa, dan dengan hukum pula masyarakat dapat terhindar dari perbuatan pihak lain yang lebih kuat.

Negara hukum itu ialah negara yang diperintah bukan oleh orang-orang, tetapi oleh undang-undang. Di dalam negara hukum, hak-hak rakyat dijamin sepenuh- nya oleh negara dan terhadap negara, sebaliknya kewa- jiban rakyat harus dipenuhi seluruhnya dengan tunduk dan taat kepada segala peraturan pemerintah dan undang- undang negara”. 157

Menurut Soepomo, dalam bukunya Undang- Undang Dasar Sementara Republik Indonesia Tahun 1950 (UUDS 1950), mengartikan negara hukum Indonesia sebagai berikut: ”Bahwa Republik Indonesia dibentuk sebagai negara hukum, artinya negara akan tunduk pada hukum, peraturan-peraturan hukum berlaku pula bagi segala badan dan alat- alat perlengkapan negara”. 158

157 Ibid .

Soepomo, Undang-Undang Dasar Sementara Republik Indone- sia , Noordhoff, Jakarta, hlm. 21.

Negara hukum menjamin adanya tertib hukum dalam masyarakat yang artinya memberi perlindungan hukum pada masyarakat antara hukum dan kekuasaan ada hubungan timbal balik. 159 Tidak dapat dibenarkan bahwa di dalam negara hukum, penguasa mengabaikan kepen- tingan rakyatnya.

Menurut Soepomo terkait dengan konsep negara hukum, mengatakan bahwa segala tindakan penguasa harus didasarkan atas hukum yang bertujuan untuk memberikan perlindungan bagi masyarakat demi menjamin adanya tertib hukum. Penegasan bahwa Indonesia adalah negara hukum sebagaimana diuraikan tersebut di atas merupakan pembatasan bagi penyeleng- gara negara yang segala tindakan dan perbuatannya dibatasi oleh hukum dan aturan-aturan yang mengikat- nya, sehingga segala bentuk perbuatan penyelenggara negara terhadap masyarakatnya harus berdasarkan pada ketentuan-ketentuan dan aturan hukum. Salah satu asas yang terpenting dalam negara hukum adalah asas legalitas, yang dalam hukum administrasi dinamakan asas rechtmatige bestuur, asas ini menghendaki agar setiap tindakan badan/pejabat administrasi didasarkan pada undang-undang.

Tanpa dasar undang-undang, badan/pejabat admi- nistrasi negara tidak memiliki wewenang melakukan

159 Fakultas Hukum dan Ilmu Pengetahuan Kemasyarakatan UI, In- donesia Negara Hukum, Seminar Ketatanegaraan Undang-Undang

Dasar, Seruling Masa Jakarta, 1966, hlm. 150.

suatu tindakan

mengubah atau mempengaruhi keadaan hukum bagi warga masyarakat- nya. Hubungan antara negara, penyelenggara negara dan masyarakat telah dijelaskan dalam pembukaan UUD NRI Tahun 1945, yang tercermin pada 4 (empat) pokok-pokok pikiran yang meliputi suasana kebatinan dari UUD NRI Tahun 1945. Pokok-pokok pikiran ini merupakan cita-cita hukum bangsa Indonesia yang mendasari hukum dasar negara, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis.

yang

dapat

Mengenai pokok pikiran tersebut selanjutnya dapat dibaca pada rumusan:

1) melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dengan berdasar atas persatuan dengan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh tumpah darah Indonesia. negara menurut pengertian ”pembukaan” ini menghendaki persatuan yang meliputi segenap bangsa Indonesia seluruhnya. Jadi negara, penyelenggara negara, dan setiap warga negara wajib mengutamakan kepentingan negara di atas kepentingan golongan atau perorangan;

2) negara hendak mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat, ini merupakan pokok pikiran keadilan sosial yang membawa manusia Indonesia mempunyai hak kewajiban yang sama untuk menciptakan keadilan sosial dalam kehidupan masyarakat;

3) negara berkedaulatan rakyat, pokok pikiran ini menunjukkan bahwa di dalam negara Indonesia, yang berdaulat

adalah rakyat Indonesia sehingga adalah rakyat Indonesia sehingga

4) negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab, pokok pikiran yang terakhir ini menunjukkan keyakinan bangsa Indonesia akan adanya Tuhan Yang Maha Esa, adanya cinta kemanusiaan dan cinta keadilan dari bangsa Indonesia yang menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia bahkan semua itu menjadi dasar negara yang mengikat, baik pemerinta- han maupun rakyatnya. 160

Mengenai pengertian negara hukum Indonesia, selanjutnya dapat dilihat di dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2008 tentang Om- budsman Republik Indonesia, khususnya terdapat pada penjelasan Pasal 4 huruf

a yang dirumuskan “negara hukum adalah negara yang dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, termasuk dalam penyelenggaraan pemerintahan harus berdasarkan hukum dan asas-asas umum pemerintahan yang baik yang bertujuan meningkatkan kehidupan demokratis yang sejahtera, berkeadilan dan bertanggung

Azhary, Pancasila dan UUD 1945, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1985, hlm. 20-21 , dalam Ni’matul Huda, Hukum Tata Negara Indonesia, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2005, hlm. 71-73.

Mendasarkan prinsip-prinsip penyelenggaraan pemerintahan dan penyelenggaraan negara yang tidak hanya mendasarkan pada hukum tertulis, tetapi juga hukum yang tidak tertulis, serta memperhatikan karakter negara hukum yang demokratis inilah, maka setiap orang dapat melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan pemerintahan dan penyelenggaraan negara. Pengawasan tersebut dapat dilakukan terhadap produk perundang- undangan sebagai dasar penyelenggaraan pemerintahan dan penyelenggaraan negara. Maka jika terdapat produk perundang-undangan yang dirasakan tidak sesuai dengan rasa keadilan masyarakat, maupun prinsip- prinsip penyelenggaran pemerintahan dan penyeleng- garaan negara, serta tidak sesuai dengan asas dan tata cara pembentukan peraturan perundang-undangan, maka masyarakat dapat menguji keabsahan produk perundang-undangan

bersangkutan. Hak masyarakat untuk melakukan uji keabsahan produk peraturan perundang-undangan ini dijamin konstitusi negara sebagai bentuk perwujudan negara hukum

yang

161 Ibid.

demokratis yang menjamin perlindungan hukum terhadap hak-hak warga negara dari kemungkinan adanya pelanggaran oleh penguasa.