Urgensi Pembentukan Kabupaten Tana Tidung

3.1. Urgensi Pembentukan Kabupaten Tana Tidung

Sebelum pemekaran Kalimantan Timur, Kabupaten Tana Tidung secara geografis terletak di Provinsi Kalimantan Timur, dan sekarang terletak di Provinsi Kalimantan Utara. Dasar pemikiran pemikiran dan dasar pertimbangan Pembentukan Kabupaten Tana Tidung tidak terlepas dari berbagai dari fakta bahwa Provinsi Kalimantan Timur khususnya dan provinsi-provinsi di Kalimantan, pada umumnya memiliki wilayah yang sangat luas.

Jika dibandingkan dengan saat ini, pada saat pembentukan kabupaten-kabupaten dan kota di wilayah Provinsi Kalimantan Timur pada saat itu jumlah penduduknya relatif sedikit, dan sarana dan prasarana wilayah juga sangat terbatas. Kondisi demikian sangat menyulitkan pemerintah dalam memberikan pelayanan terhadap masyarakat, dan sebaliknya masyarakat juga kesulitan untuk mengakses informasi yang dibutuhkan untuk memperoleh layanan dari pemerintah secara memadai.

Seiring dengan pertambahan jumlah penduduk, dan tuntutan peningkatan kualitas pelayanan publik secara efektif dan efisien, maka untuk mengatasi permasalahan tersebut dipandang perlu dilakukan Seiring dengan pertambahan jumlah penduduk, dan tuntutan peningkatan kualitas pelayanan publik secara efektif dan efisien, maka untuk mengatasi permasalahan tersebut dipandang perlu dilakukan

Secara geografis, wilayah Provinsi Kalimantan Timur sebelum pemekaran, memiliki luas wilayah mencapai kurang lebih 194.849,08 km 2 atau hampir 194.850 km 2 , dengan jumlah penduduk mencapai hampir 3.000.000 jiwa. Pada awalnya Provinsi Kalimantan Timur hanya terdiri atas 9 (sembilan) kabupaten, dan 4 (empat) kota. Pembagian ini mengakibatkan kompisisi antara luas wilayah masing-masing kabupaten dan kota tidak seimbang dengan jumlah penduduk yang tersebar di pelosok desa, yang jarak di antara desa sangat jauh.

Minimnya sarana dan prasarana, khususnya transportasi

menyebabkan jangkauan pelayanan masyarakat juga tidak efektif dan efisien, sebab jarak antara masyarakat dengan pusat layanan yang berada di pusat kota sangat jauh. Sementara itu sarana dan prasarana pendukung atau infrastruktur juga belum memadai. Kondisi ini tentunya akan menghambat pencapaian upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat di daerah, sehingga tidak sesuai filosofi diberikannya menyebabkan jangkauan pelayanan masyarakat juga tidak efektif dan efisien, sebab jarak antara masyarakat dengan pusat layanan yang berada di pusat kota sangat jauh. Sementara itu sarana dan prasarana pendukung atau infrastruktur juga belum memadai. Kondisi ini tentunya akan menghambat pencapaian upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat di daerah, sehingga tidak sesuai filosofi diberikannya

Pada tahun 1999, Kabupaten Bulungan Provinsi Kalimantan Timur yang dibentuk berdasarkan Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1959 tentang Penetapan Undang-Undang Darurat Nomor 3 Tahun 1953 Tentang Pembentukan Kabupaten Tingkat II di Kalimantan, juga mengalami pemekaran. Oleh karena itu, Kabupaten Bulungan wilayahnya menjadi berkurang, karena digunakan untuk daerah otonom baru, yang terdiri atas Kota Tarakan dan Kabupaten Malinau, serta Kabupaten Nunukan. Pembentukan 5 (lima) daerah otonom baru ini berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Nunukan, Kabupaten Malinau, Kabupaten Kutai Barat, Kabupaten Kutai Timur, dan Kota Bontang.

Secara geografis dan demografis, sebelum pemekaran yang dilakukan pada tahun 2007, Kabupaten Bulungan memiliki luas wilayah kurang lebih mencapai

18.010,5 km 2 , dengan jumlah penduduk kurang lebih 109.219 jiwa, yang terdiri atas 13 (tiga belas) kecamatan. 63 Berdasarkan luas wilayah dan jumlah penduduk yang demikian, maka secara empirik akan berdampak pada kurang maksimalnya pelaksanaan pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat, sebab luas wilayah tidak

63 Dikutip dari data statistik Kabupaten Bulungan, Provinsi Kalimantan Timur.

sebanding dengan jumlah penduduk. Akibatnya, banyak desa yang letaknya jauh dari pusat pemerintahan, tidak dapat dilayani secara maksimal. Kondisi demikian inilah yang mendorong dilakukannya pemekaran wilayah Kabupaten Bulungan, dengan tujuan memperpendek rentang jarak dan rentang waktu pelayanan kepada masyarakat. Pemekaran wilayah dengan pembentukan kabupaten baru, dianggap sebagai solusi untuk segera mempercepat pemerataan pembangunan dan hasil- hasilnya, agar masyarakat dapat merasakan dampak otonomi daerah dengan meningkatnya taraf ekonomi dan kesejahteraan masyarakatnya.

Pada tahun 2007, dilakukan pemekaran kembali terhadap Kabupaten Bulungan, dengan membentuk kabupaten baru, yaitu Kabupaten Tana Tidung dengan ibu kota Tideng Pale. Pembentukan Kabupaten Tana Tidung diharapkan dapat memperpendek rentang jarak dan rentang waktu pelayanan masyarakat, yang selama ini dipandang sebagai penghambat pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya. Dengan demikian, pembentukan Kabupaten Tana Tidung diharapkan dapat memudahkan

pemerintah daerah menjangkau masyarakat pedesaan yang semula jauh dengan pusat pemerintahan Kabupaten Bulungan.

Secara sosiologis, usulan rencana pembentukan Kabupaten Tana Tidung telah mencerminkan aspirasi masyarakat yang menginginkan pemekaran Kabupaten Bulungan. Aspirasi masyarakat ini tercermin di dalam Secara sosiologis, usulan rencana pembentukan Kabupaten Tana Tidung telah mencerminkan aspirasi masyarakat yang menginginkan pemekaran Kabupaten Bulungan. Aspirasi masyarakat ini tercermin di dalam

23 November 2002. Dengan demikian, usulan pembentukan Kabupaten Tana Tidung tersebut bersifat buttom up , sebab murni dari keinginan masyarakat, dan bukan kehendak pemerintah pusat atau kepentingan politik tertentu. Usulan tersebut juga bukan didasarkan oleh keinginan sekelompok elite penguasa, tetapi benar- benar berasal dari masyarakat yang menginginkan perubahan pelayanan dalam rangka meningkatkan kesejahteraannya.