Karakteristik Responden Kacang Mete

A. Karakteristik Responden Kacang Mete

Pengetahuan mengenai karakteristik responden diperlukan oleh seorang pemasar agar dapat mengetahui konsumen yang menjadi sasaran dalam penjualak produknya sehingga dapat memposisikan produk dengan tepat. Karakteristik responden yang diteliti dalam penelitian meliputi jenis kelamin, umur responden, jumlah anggota keluarga responden, tingkat pendidikan responden, pekerjaan responden, dan pendapatan responden.

1. Karakteristik Responden Kacang Mete menurut Jenis Kelamin

Sampel pada penelitian ini berjumlah 96 responden, yang terdiri dari laki-laki dan perempuan dengan proporsi seperti pada Tabel 15. Tabel 15. Karakteristik Responden Kacang Mete menurut Jenis Kelamin

Jenis Kelamin

Responden

Presentase (%) Laki-laki

96 100 Sumber: Analisis Data Primer Tahun 2012

Tabel 15. menunjukkan bahwa jumlah responden perempuan lebih banyak daripada responden laki-laki. Hal ini terjadi karena pada umumnya perempuan merupakan pengambil keputusan dalam pembelian kebutuhan pangan dan bertugas dalam melakukan kegiatan belanja. Menurut Engel et. al. (1994), keputusan pembelian produk makanan lebih didominasi oleh perempuan, karena pada umumnya perempuan yang bertanggung jawab dalam penyediaan konsumsi rumah tangga. Sehingga dapat dikatakan bahwa peran perempuan dalam pengambilan keputusan pembelian sangat besar. Saat penelitian, banyak ditemui responden perempuan yang bekerja dan juga menjadi ibu rumah tangga melakukan pembelian kacang mete di pasar tradisional Kabupaten Wonogiri.

2. Karakteristik Responden menurut Kelompok Umur Kelompok umur dari responden sangat penting dalam pemasaran. Menurut Kotler (1999), salah satu faktor pribadi, yaitu umur akan

commit to user

mempengaruhi perilaku pembelian konsumen. Jumlah responden kacang mete di Pasar Kota Wonogiri, Pasar Kecamatan Ngadirojo, dan Pasar Kecamatan Jatisrono menurut kelompok umur responden dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Karakteristik Responden menurut Kelompok Umur

Kelompok Umur

Responden

(orang)

Presentase (%) < 45 tahun (lajang/bujang tanpa anak)

9 9,38 < 45 tahun (pasangan muda tanpa anak)

2 2,08 < 45 tahun (orang tua muda)

28 29,17

45 – 64 tahun (keluarga paruh baya dengan anak)

55 57,29

45 – 64 tahun (rumah tangga separuh baya tanpa anak)

1 1,04 1 1,04

Jumlah

96 100 Sumber: Analisis Data Primer Tahun 2012

Umur konsumen kacang mete yang menjadi responden dalam penelitian adalah berkisar antara umur 21-65 tahun. Tabel 16. menunjukkan bahwa umur responden yang paling banyak adalah kelompok umur keluarga paruh baya, yaitu responden berumur 45-64 tahun dan masih memiliki anak di rumah yaitu sebanyak 55 responden (57,29%). Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa sebagian besar responden adalah responden yang sudah dewasa yang cenderung berpikir rasional dalam keputusan pembelian kacang mete. Responden dalam kelompok umur tersebut sudah memiliki pertimbangan tertentu dalam mengambil keputusan pembelian. Kelompok umur lajang dan orang tua muda memiliki pertimbangan pembelian yang dipengaruhi kebutuhan yang lebih beragam. Kelompok umur rumah tangga separuh baya tanpa anak dan rumah tangga tua yang (usia pensiun), memiliki kebutuhan akan kesehatan semakin meningkat sehingga pada kelompok umur ini responden akan

mempertimbangkan

faktor

kesehatan dalam mengkonsumsi kacang mete. Menurut Susanto (1999), dalam kepala rumah tangga berusia lebih tua, sudah pensiun, dan tidak ada anak yang tinggal bersama di rumah akan terjadi penurunan dalam penghasilan dan

commit to user

berusaha mempertahankan rumah. Pengeluaran lebih berorientasi pada peralatan kesehatan, produk perawatan yang mendukung kesehatan, tidur, dan pencernaan.

3. Karakteristik Responden menurut Jumlah Anggota Keluarga

Jumlah anggota keluarga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi proses keputusan pembelian kacang mete. Anggota keluarga konsumen dapat memberikan pengaruh terhadap proses keputusan pembelian konsumen. Karakteristik responden menurut jumlah anggota keluarga dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17. Karakteristik Responden menurut Jumlah Anggota Keluarga

Jumlah Anggota Keluarga

Responden (orang)

Presentase (%) 58 60,42

5 – 7 orang (keluarga sedang)

37 38,54 > 7 orang (keluarga besar)

1 1,04

Jumlah

96 100 Sumber: Analisis Data Primer Tahun 2012

Menurut BKKBN dalam Ernawati (2009), jumlah anggota keluarga dapat dikelompokkan menjadi keluarga kecil dengan jumlah anggota keluarga kurang dari atau sama dengan 4 orang, keluarga sedang dengan jumlah anggota keluarga 5-7 orang, dan keluarga besar dengan jumlah anggota keluarga lebih dari 7 orang. Tabel 17. menunjukkan bahwa sebagian besar konsumen kacang mete merupakan keluarga kecil yang mempunyai anggota keluarga berjumlah kurang dari sampai dengan 4 orang yaitu sebanyak 58 responden (60,42%). Menurut Kotler (1999), anggota keluarga akan mempengaruhi dalam proses pengambilan keputusan pembelian antara lain sebagai inisiator, pemberi pengaruh, penyaring informasi, pengambil keputusan, pembeli dan pengguna. Dalam penelitian ini semakin banyak anggota keluarga maka semakin banyak kebutuhan yang harus dipenuhi, sehingga konsumsi kacang mete dalam keluarga sedang dan keluarga besar semakin sedikit.

4. Karakteristik Responden menurut Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan yang dimiliki responden dapat menentukan seseorang dalam menerima pengetahuan dan informasi serta

commit to user

mempengaruhi nilai-nilai yang dianutnya, cara berpikir dan persepsinya terhadap suatu masalah. Jumlah responden di Pasar Kota Wonogiri, Pasar Kecamatan Ngadirojo, dan Pasar Kecamatan Jatisrono menurut tingkat pendidikannya dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18. Karakteristik Responden menurut Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan

Responden (orang)

Presentase (%) Pendidikan rendah (SD dan SMP)

8 8,33 Pendidikan sedang

(SMA)

41 42,71 Pendidikan tinggi

(D1-D3,S1, dan S2)

47 48,96

Jumlah

96 100 Sumber: Analisis Data Primer Tahun 2012

Tabel 18. menunjukkan bahwa responden memiliki latar belakang pendidikan yang beragam. Tingkat pendidikan responden terbanyak adalah jenjang pendidikan tinggi (D1-D3,S1, dan S2) sebanyak 47 responden (48,96%). Semakin tinggi tingkat pendidikan sesorang, maka semakin luas pula pengetahuan dan informasi yang dimilikinya. Pendidikan dan pengetahuan responden akan mempermudah dalam mendapatkan informasi tentang kacang mete yang ada di pasaran. Informasi tersebut dapat diperoleh dari teman, media masa, maupun media sosial. Responden yang biasa melakukan kegiatan belanja di pasar tradisional akan mengetahui informasi yang berkaitan dengan kacang mete yang dijual di pasar. Menurut Sumarwan (2003), konsumen yang memiliki pendidikan yang lebih baik akan sangat responsive terhadap informasi, pendidikan juga mempengaruhi konsumen dalam pilihan produk maupun merek.

Menurut undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah. Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat. Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar. Pendidikan menengah terdiri atas

commit to user

pendidikan menengah umum dan pendidikan menengah kejuruan. Pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat. Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi. Perguruan tinggi dapat berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut, atau universitas.

5. Karakteristik Responden menurut Pekerjaan Jenis pekerjaan responden dapat mempengaruhi perilaku pembelian produk karena memiliki kebutuhan yang berbeda-beda. Jumlah responden kacang mete di Pasar Kota Wonogiri, Pasar Kecamatan Ngadirojo, dan Pasar Kecamatan Jatisrono menurut jenis pekerjaannya dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19. Karakteristik Responden menurut Pekerjaan

Jenis Pekerjaan

Responden (orang)

Presentase (%) Formal

1. Karyawan Swasta

3. Pensiunan PNS

11 11,46 Tidak bekerja

1. Ibu rumah tangga

28 29,17

2. Pelajar/Mahasiswa

1 1,04

Jumlah

96 100 Sumber: Analisis Data Primer Tahun 2012

Tabel 19. menunjukkan bahwa responden yang memiliki pekerjaan formal sebanyak 54 responden (karyawan swasta, PNS, dan pensiunan PNS), responden yang memiliki pekerjaan informal adalah sebanyak 13 responden (petani, dan wiraswasta), dan responden yang tidak bekerja sebanyak 29 responden (pelajar/mahasiswa dan ibu rumah tangga). Sehingga dapat dikatakan bahwa sebagian besar responden memiliki

commit to user

pekerjaan formal dan tergolong mapan karena telah memiliki pendapatan yang tetap. Sedangkan responden yang paling banyak adalah ibu rumah tangga sebanyak 28 responden (29,17%), yang kegiatan setiap harinya adalah mengurus rumah tangga. Selain berpengaruh pada pendapatan yang diterima, jenis pekerjaan responden juga mempengaruhi cara pemenuhan kebutuhan rumah tangga. Ibu rumah tangga memiliki waktu yang cukup banyak untuk melakukan pekerjaan rumah tangga dan melakukan pembelian barang konsumsi keluarga, sehingga lebih cermat dalam mempertimbangkan produk yang akan dibeli, dalam hal ini adalah pembelian kacang mete.

Menurut J.K. Hart dalam Effendi dan Manning (1985), kesempatan memperoleh penghasilan (pekerjaan) seseorang dapat dibedakan menjadi:

a. Kesempatan memperoleh penghasilan formal, yaitu pekerjaan responden yang mendapatkan penghasilan dari:

1) Gaji dari negara

2) Gaji dari sektor swasta

3) Tunjangan-tunjangan pensiun

b. Kesempatan memperoleh penghasilan informal, yaitu pekerjaan responden yang mendapatkan penghasilan dari:

1) Kegiatan-kegiatan primerr dan sekunder, yaitu pertanian, perkebunan yang berorientasi pasar, kontraktor bangunan dan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengannya, pengrajin usaha sendiri, pembuat sepatu, penjahit, pengusaha bird an alkohol.

2) Usaha tersier dengan modal relatif besar, yaitu perumahan, transportasi, usaha-usaha untuk kepentingan umum, spekulasi barang-barang dagang, kegiatan sewa menyewa.

3) Distribusi kecil-kecilan, yaitu pedagang pasar, pedagang kelontong, pedagang kaki lima, pengusaha makanan jadi, pengangkut barang, dan penyalur.

commit to user

4) Jasa yang lain, yaitu pemusik (pengamen), pengusaha binatu, penyemir sepatu, tukang cukur, pembuang sampah, makelar dan perantara.

5) Transaksi pribadi, yaitu pinjam-meminjam, pengemis.

6. Karakteristik Responden menurut Pendapatan Rumah Tangga

Pendapatan memiliki peranan penting dalam rumah tangga karena pendapatan akan mempengaruhi proses keputusan dalam konsumsi rumah tangga. Besarnya jumlah pendapatan akan menggambarkan besarnya daya beli konsumen. Karakteristik responden berdasarkan pendapatan rumah tangga dalam satu bulan dapat dilihat pada Tabel 20. Tabel 20. Karakteristik Responden menurut Pendapatan Rumah Tangga

dalam Satu Bulan

Pendapatan per Bulan (Rp)

Responden (orang)

96 100 Sumber: Analisis Data Primer Tahun 2012

Pendapatan yang diukur dari seorang konsumen biasanya bukan hanya pendapatan yang diterima seorang individu, tetapi diukur dari semua pendapatan yang diterima oleh semua anggota keluarga konsumen. Sesuai dengan Sumarwan (2003), daya beli sebuah rumah tangga bukan hanya ditentukan oleh pendapatan dari satu orang (misalnya ayah saja), tetapi dari seluruh anggota rumah tangga yang bekerja.

Tabel 20. menunjukkan bahwa responden terbanyak terdapat pada tingkat pendapatan rumah tangga Rp 2.800.001 – 4.350.000 yaitu 47 responden (48,96%). Pendapatan rumah tangga Rp 2.800.001 – 4.350.000 sudah termasuk cukup di Kabupaten Wonogiri karena kacang mete bukan merupakan barang kebutuhan pokok dan tidak dikonsumsi sehari-hari, maka responden dengan tingkat pendapatan tersebut dalam membeli mete untuk acara tertentu tidak menjadi masalah bagi responden. Pendapatan rumah tangga merupakan jumlah seluruh pendapatan anggota keluarga

commit to user

yang bekerja. Tabel tersebut juga menunjukkan bahwa responden di Pasar tradisional Kabupaten Wonogiri terdiri dari berbagai kalangan ekonomi yang dapat dilihat dari tingkat pendapatannya, baik masyarakat dengan keadaan ekonomi rendah sampai masyarakat ekonomi tinggi. Perilaku konsumen tidak hanya dipengaruhi oleh tingkat pendapatan tetapi juga dipengaruhi oleh faktor budaya dan faktor lingkungan sosial tempat tinggal konsumen. Masyarakat yang melakukan kegiatan belanja di pasar tradisional juga disebabkan oleh masih sedikitnya pasar modern di Kabupaten Wonogiri dan di pasar modern kacang mete hanya dijual pada saat tertentu seperti saat menjelang Hari Raya Idul Fitri.