Perilaku Konsumen dalam Proses Pengambilan Keputusan Pembelian Kacang Mete di Pasar Tradisional Kabupaten Wonogiri

D. Perilaku Konsumen dalam Proses Pengambilan Keputusan Pembelian Kacang Mete di Pasar Tradisional Kabupaten Wonogiri

Studi mengenai perilaku konsumen akan menjadi dasar yang sangat penting dalam pemasaran dan memainkan peranan penting dalam merancang kebijakan publik. Bagi penguasa bidang ekonomi, suatu negara memerlukan kajian ini untuk merumuskan kebijakannya dalam kerangka perlindungan konsumen (Setiadi, 2010). Perilaku beli konsumen kacang mete di Pasar Kota Wonogiri, Pasar Kecamatan Ngadirojo, dan Pasar Kecamatan Jatisrono yang diteliti meliputi alasan responden berbelanja di pasar tradisional, alasan responden membeli kacang mete, frekuensi pembelian kacang mete, jumlah pembelian kacang mete, dan faktor bauran pemasaran dalam penjualan

commit to user

kacang mete di pasar tradisional, yaitu faktor tempat, produk, promosi, dan harga.

1. Alasan Responden Berbelanja di Pasar Tradisional Responden memiliki alasan yang berbeda-beda dalam melakukan kegiatan berbelanja di pasar tradisional. Perilaku beli konsumen di Pasar Kota Wonogiri, Pasar Kecamatan Ngadirojo, dan Pasar Kecamatan Jatisrono menurut alasan responden berbelanja dapat dilihat pada Tabel 33. Tabel 33. Perilaku Beli Konsumen menurut Alasan Responden Berbelanja

di Pasar Tradisional

Alasan Konsumen

Responden (orang)

Presentase (%) Strategis

25 26,04 Dekat dengan rumah

35 36,46 Harga lebih murah

19 19,79 Pelayanan pedagang

2 2,08 Langganan

13 13,55 Dekat dengan tempat kerja

Sumber: Analisis Data Primer Tahun 2012 Tabel 33. menunjukkan bahwa responden di Pasar Kota Wonogiri, Pasar Kecamatan Ngadirojo, dan Pasar Kecamatan Jatisrono memiliki alasan yang beragam dalam berbelanja di pasar tradisional. Alasan terbanyak yang diberikan responden dalam berbelanja di pasar tradisional tersebut adalah karena dekat dengan rumah, sebanyak 35 orang (36,46%). Pasar tradisional yang dekat dari rumah memudahkan responden untuk mencapainya, baik dengan berjalan kaki, menggunakan kendaraan pribadi, maupun menggunakan angkutan umum. Selain itu, responden dapat menghemat biaya transportasi dan waktu perjalanan yang sebentar sehingga responden tetap dapat melakukan kewajiban lain seperti bekerja dan melakukan pekerjaan rumah tangga.

2. Alasan Responden dalam Membeli Kacang Mete Responden memiliki alasan yang berbeda satu dengan yang lainnya dalam mengkonsumsi kacang mete. Hal ini dapat disebabkan karena adanya kebutuhan responden dalam mengkonsumsi kacang mete. Perilaku beli konsumen di Pasar Kota Wonogiri, Pasar Kecamatan Ngadirojo, dan

commit to user

Pasar Kecamatan Jatisrono menurut alasan responden dalam membeli kacang mete dapat dilihat pada Tabel 34. Tabel 34. Perilaku Beli Konsumen menurut Alasan Responden Membeli

Kacang Mete

Alasan Konsumen

Responden (orang)

Presentase (%) Camilan

7 7,29 Acara keluarga

32 33,33 Hari raya

23 23,96 Hajatan

22 22,92 Pengajian

10 10,42 Menjamu tamu

Sumber: Analisis Data Primer Tahun 2012 Tabel 34. menunjukkan bahwa responden di Pasar Kota Wonogiri, Pasar Kecamatan Ngadirojo, dan Pasar Kecamatan Jatisrono memiliki alasan yang beragam dalam membeli kacang mete. Sebagian besar responden membeli kacang mete karena adanya acara keluarga, yaitu sebanyak 32 orang (33,33%). Hal ini dikarenakan sebagian besar responden menjadikan kacang mete sebagai makanan ringan yang disajikan dalam acara keluarga. Tidak banyak responden yang mengkonsumsi kacang mete untuk camilan sehari-hari karena dihkawatirkan dengan mengkonsumsi kacang mete sebagai camilan akan mempengaruhi kesehatan konsumen.

3. Frekuensi Pembelian Kacang Mete Perilaku beli konsumen di Pasar Kota Wonogiri, Pasar Kecamatan Ngadirojo, dan Pasar Kecamatan Jatisrono menurut frekuensi pembelian kacang mete dapat dilihat pada Tabel 35. Tabel 35. Perilaku Beli Konsumen menurut Frekuensi Pembelian Kacang

Mete

Frekuensi Pembelian dalam 3

Bulan (kali)

Sumber: Analisis Data Primer Tahun 2012 Tabel 35. menunjukkan bahwa frakuensi pembelian kacang mete yang paling banyak dilakukan oleh responden adalah 1 kali dalam 3 bulan,

commit to user

yaitu sebanyak 57 orang (59,38%). Dalam penelitian, frekuensi pembelian dicatat dalam 3 bulan karena kacang mete belum menjadi konsumsi harian dan hanya dikonsumsi pada saat ada acara keluarga atau menjadi sajian di acara-acara tertentu. Sehingga, selain rasanya yang enak, menyajikan kacang mete dapat menjadi kebanggaan bagi konsumen karena harga kacang mete yang lebih mahal dari kacang tanah yang biasa disajikan dalam sebuah acara.

4. Jumlah Pembelian Kacang Mete Jumlah pembelian kacang mete dapat berkaitan dengan jumlah anggota keluarga responden dan kebutuhan responden. Perilaku beli konsumen di Pasar Kota Wonogiri, Pasar Kecamatan Ngadirojo, dan Pasar Kecamatan Jatisrono menurut jumlah pembelian kacang mete dapat dilihat pada Tabel 36. Tabel 36. Perilaku Beli Konsumen menurut Jumlah Kacang Mete dalam

Setiap Pembelian

Jumlah dalam Setiap

Pembelian (Kg)

96 100 Sumber: Analisis Data Primer Tahun 2012

Tabel 36. menunjukkan bahwa jumlah pembelian kacang mete yang paling banyak adalah 2 kg dalam setiap kali pembelian, yaitu sebanyak 42 orang (43,75%). Pembelian kacang mete untuk konsumsi keluarga, responden menyesuaikan jumlah kacang mete yang dibeli dengan banyaknya jumlah anggota keluarga responden yang mengkonsumsi kacang mete. Selain itu, untuk sajian dalam sebuah acara yang akan diadakan, jumlah kacang mete yang dibeli disesuaikan dengan jumlah tamu yang akan datang. Semakin banyak jumlah anggota keluarga atau jumlah tamu yang mengkonsumsi kacang mete, maka jumlah pembelian juga akan semakin banyak karena menyesuaikan kebutuhan responden tersebut. Jumlah pembelian kacang mete sebanyak 2 kg sudah

commit to user

cukup untuk memenuhi konsumsi dalam sebuah acara, seperti acara keluarga atau saat hari raya. Kacang mete sebanyak 2 kg sudah memenuhi kebutuhan unruk suatu acara karena kacang mete biasanya dikemas dalam kemasan kecil sehingga dalam 1 kg dapat menghasilkan 70 kemasan kecil kacang mete atau lebih sesuai dengan keinginan konsumen.

5. Korelasi antara Bauran Pemasaran dengan Keputusan Pembelian Kacang Mete di Pasar Tradisional Kabupaten Wonogiri Menurut Simamora (2005), analisis faktor dapat digunakan untuk mengidentifikasikan

struktur

hubungan

antarvariabel ataupun antarresponden

antarvariabel atau antarresponden. Berdasarkan hasil penelitian tentang analisis perilaku konsumen dalam pembelian kacang mete di pasar tradisional Kabupaten Wonogiri, diketahui bahwa dalam proses pengambilan keputusan pembelian mempertimbangkan faktor bauran pemasaran. Pada penelitian ini,

bahwa konsumen mempertimbangkan empat faktor bauran pemasaran yaitu faktor tempat, faktor produk, faktor harga, dan faktor promosi bauran pemasaran dalam proses pengambilan keputusan konsumen dalam pemembelian kacang mete di pasar tradisional Kabupaten Wonogiri.

a. Faktor Tempat

Nilai factor loading dari variabel tempat yang telah dirotasi dapat dilihat pada Tabel 37. Tabel 33. Nilai Factor Loading untuk Variabel Tempat

Nama Faktor Inti

Variabel yang Terlibat pada Faktor Inti

Nilai Korelasi

Tempat

Ketersediaan kacang mete

0,621

Kenyamanan pasar

0,695

Pelayanan pasar

0,332

Kebersihan pasar

0,711

Keamanan pasar

0,549 Sumber : Analisis Data Primer Tahun 2012

Faktor tempat merupakan faktor utama yang dipertimbangkan responden dalam membeli kacang mete di Pasar Kota Wonogiri, Pasar Kecamatan Ngadirojo, dan Pasar Kecamatan Jatisrono. Tabel 37.

commit to user

menunjukkan variabel yang terdapat pada faktor tempat adalah variabel ketersediaan kacang mete, kenyamanan pasar, pelayanan pasar, kebersihan pasar, dan keamanan pasar.

Berdasarkan Tabel 37. variabel pertama atau variabel yang paling dominan dipertimbangkan konsumen pada faktor tempat adalah variabel kebersihan pasar dengan factor loading sebesar 0,711. Konsemen pada umumnya menyukai berbelanja di pasar tradisional yang bersih. Sebagian besar konsumen menyatakan bahwa Pasar Kota Wonogiri, Pasar Kecamatan Ngadirojo, dan Pasar Kecamatan Jatisrono termasuk pasar yang bersih. Kebersihan pasar tersebut dapat tercipta dengan adanya kesadaran para penjual untuk selalu menjaga kebersihan tempat berjualannya, kesadaran konsumen juga sangat penting karena konsumen harus ikut membantu menjaga kebersihan pasar tradisional dengan membuang sampah pada tempat sampah yang telah banyak disediakan di pasar, selain itu petugas kebersihan pasar yang secara tertib dan teratur membersihkan area pasar dari sampah-sampah yang ada dan mengangkut sampah dari tempat sampah ke dalam penampungan yang kemudian diangkut oleh petugas kebersihan ke pembuangan akhir.

Variabel kedua yang dipertimbangkan konsumen pada faktor tempat adalah variabel kenyamanan pasar dengan factor loading 0,695. Hal ini menunjukkan bahwa konsumen menyukai suasana pasar tradisional yang nyaman. Kenyamanan pasar (penataan produk di pasar) dapat dirasakan oleh konsumen karena penataan tempat berdagang yang disesuaikan dengan jenis produk yang dijual sehingga menciptakan keteraturan di dalam pasar. Penataan tempat ini juga membantu mempermudah dalam menjaga kebersihan pasar karena sampah-sampah dari berbagai jenis produk tidak bercampur, sehingga kenyamanan pasar dapat terjamin. Selain itu, tidak banyak pengamen dan pedagang asongan yang berkeliling sehingga tidak mengganggu konsumen dalam berbelanja.

commit to user

Variabel ketiga yang dipertimbangkan konsumen pada faktor tempat adalah variabel ketersediaan kacang mete dengan factor loading sebesar 0,621. Ketersediaan kacang mete di pasar tradisional di Kabupaten Wonogiri dipertimbangkan oleh konsumen karena ketersediaan dan kemudahan dalam mendapatkan kacang mete yang lebih terjamin dibandingkan di tempat lain seperti di pasar modern.

Variabel keempat yang dipertimbangkan oleh konsumen pada faktor tempat adalah variabel keamanan pasar dengan factor loading sebesar 0,549. Keamanan pasar dipetimbangkan konsumen karena pada umumnya konsumen memilih berbelanja di pasar tradisional yang aman. Pasar Kota Wonogiri, Pasar Kecamatan Ngadirojo, dan Pasar Kecamatan Jatisrono adalah pasar tradisional yang aman jarang terjadi tindak kejahatan seperti pencurian, perampokan, atau tindak kejahatan lainnya. Selain itu, terdapat petugas keamanan (satpam) untuk menjaga keamanan di tradisional tersebut, serta di dekat pasar terdapat pos polisi yang menjaga keamanan lingkungan di sekitar pasar yang ramai.

Variabel pelayanan pasar (pedagang) merupakan variabel dengan factor loading di bawah 0,5 (factor loading 0,332), sehingga variabel tersebut dianggap hampir tidak dipertimbangkan oleh konsumen dalam kegiatan pembelian kacang mete. Hal ini dikarenakan pelayanan pedagang di Pasar Kota Wonogiri, Pasar Kecamatan Ngadirojo, dan Pasar Kecamatan Jatisrono menurut konsumen cukup baik dan memuaskan seperti halnya pelayanan di pasar tradisional lainnya yang berada di Kabupaten Wonogiri. Pelayanan yang diberikan pedagang adalah keramahan pedagang kepada konsumen. Menurut Rao dan Monroe dalam Yoo, et.al., (2000), toko dengan citra yang baik akan lebih menarik perhatian dan kunjungan dari konsumen potensial. Pada beberapa toko menyediakan kepuasan konsumen yang lebih besar dan mendorong komunikasi dari mulut ke mulut secara aktif dan positif diantara para konsumen.

commit to user

b. Faktor Produk

Nilai faktor loading dari variabel produk yang telah dirotasi dapat dilihat pada Tabel 38. Tabel 38. Nilai Factor Loading untuk Variabel Produk

Nama Faktor Inti

Variabel yang Terlibat pada Faktor Inti

Nilai Korelasi

Produk

Kandungan gizi

0,722 Sumber : Analisis Data Primer Tahun 2012

Faktor produk merupakan faktor kedua yang dipertimbangkan konsumen dalam membeli kacang mete di Pasar Kota Wonogiri, Pasar Kecamatan Ngadirojo, dan Pasar Kecamatan Jatisrono. Variabel yang terdapat pada faktor produk adalah variabel kandungan gizi, keutuhan, warna, dan rasa kacang mete. Berdasarkan Tabel 38. variabel pertama atau variabel yang paling dominan dipertimbangkan konsumen pada faktor produk adalah variabel rasa kacang mete dengan factor loading sebesar 0,722. Sebagian besar konsumen menyatakan bahwa kacang mete memiliki rasa yang khas sehingga menjadi daya tarik utama. Rasa kacang mete Wonogiri dikenal lebih gurih daripada rasa kacang mete dari Sumbawa, karena getah yang terkandung dalam kacang mete Sumbawa lebih banyak dari kacang mete Wonogiri, sehingga saat dimakan menjadi lebih ulet. Konsumen akan memilih rasa kacang mete sesuai dengan selera masing-masing konsumen, kacang mete yang pernah dikonsumsi akan mempengaruhi keputusan pembelian. Rasa kacang mete dipengaruhi oleh bumbu dan proses menggoreng, bumbu yang kabanyakan garam ata bawang putih membuat kacang mete menjadi lebih asin atau terasa sedikit pahit. Hal ini mempengaruhi selera konsumen sehingga mempertimbangkan rasa kacang mete yang ditawarkan oleh pedagang. Selain itu, lama penyimpanan kacang mete juga mempengaruhi rasanya, kacang mete yang sudah lama akan memiliki bau yang tengik, sehingga ketersediaan kacang mete yang

commit to user

baru juga dapat mempengaruhi selera konsumen tentang rasa kacang mete.

Variabel kedua yang dipertimbangkan konsumen pada faktor produk adalah variabel warna kacang mete dengan factor loading sebesar 0,702. Warna kacang mete merupakan faktor yang penting karena mempengaruhi penampilan kacang mete dan kepuasan konsumen. Konsumen lebih menyukai kacang mete yang berwarna kuning keemasan daripada masih berwarna putih atau sudah berwarna cokelat. Kacang mete yang berwarna putih dinilai kurang matang, sedangkan yang berwarna cokelat dinilai terlalu matang sehingga mengurangi kenikmatannya.

Variabel ketiga yang dipertimbangkan konsumen pada faktor produk adalah variabel keutuhan kacang mete dengan factor loading sebesar 0,672. Selain variabel warna, keutuhan kacang mete juga mempengaruhi penampilan kacang mete dan kepuasan konsumen. Keutuhan kacang mete juga berpengaruh pada harga jual kacang mete tersebut. Dalam satu kemasan, kacang mete yang utuh dan besar atau sering disebut dengan kacang mete kualitas super dijual dengah harga yang lebih tinggi daripada dalam satu kemasan terdapat kacang mete yang utuh, belah dan pecah. Beberapa pedagang mensiasati keutuhan kacang mete dengan menempelkan kacang mete belah dengan tepung kanji sehingga terlihat utuh. Akan tetapi hal tersebut akan mengurangi kenikmatan kacang mete dan kepusan konsumen, sehingga konsumen akan berhati-hati dalam memilih kacang mete yang akan dibelinya.

Variabel keempat yang dipertimbangkan konsumen pada faktor produk adalah variabel kandungan gizi kacang mete dengan factor loading sebesar 0,546. Kandungan gizi yang yang dimaksud adalah kandungan karbohidrat, protein, dan lemak. Kandungan karbohidrat, protein, dan lemak kacang mete yang tinggi dapat memenuhi kebutuhan protein dan lemak yang diperlukan tubuh. Kandungan lemak pada kacang mete merupakan lemak tak jenuh yang merupakan lemak baik

commit to user

bagi tubuh. Akan tetapi, sebaiknya kacang mete dikonsumsi dalam batas wajar (tidak kebanyakan) karena akan berpengaruh pada kesehatan tubuh.

Menurut Carol O’Neil dalam Satriani (2012), mengungkapkan bahwa orang-orang yang mengkonsumsi beragam jenis kacang seperti almond, kacang mete, dan kacang kenari menunjukkan berat badan, body mass index (BMI), dan lingkar pinggang yang lebih rendah ketimbang mereka yang tidak mengkonsumsi kacang-kacangan tersebut. Para pengkonsumsi kacang ini juga berisiko lebih rendah terkena penyakit jantung, diabetes tipe 2, dan sindrom metabolisme. Para ahli merekomendasikan konsumsi 1,5 ons kacang per hari, atau tiga sendok makan kacang-kacangan sebagai bagian dari diet sehat.

c. Faktor Promosi

Nilai factor loading dari variabel promosi yang telah dirotasi dapat dilihat pada Tabel 39. Tabel 39. Nilai Factor Loading untuk Variabel Promosi

Nama Faktor Inti Variabel yang Terlibat pada Faktor Inti

Nilai Korelasi

Promosi

Kesesuaian harga

Pengalaman pembelian

0,681 Sumber : Analisis Data Primer Tahun 2012

Faktor promosi merupakan faktor ketiga yang dipertimbangkan konsumen dalam membeli kacang mete di Pasar Kota Wonogiri, Pasar Kecamatan Ngadirojo, dan Pasar Kecamatan Jatisrono. Variabel yang terdapat pada faktor promosi adalah variabel kesesuaian harga, promosi penjualan, potongan harga, dan pengalaman pembelian kacang mete. Berdasarkan Tabel 39. variabel pertama atau variabel yang paling dominan dipertimbangkan konsumen pada faktor promosi adalah variabel kesesuaian haga kacang mete dengan factor loading sebesar 0,696. Kesesuain harga dengan mutu kacang mete menjadi variabel dari faktor promosi yang penting bagi konsumen karena harga kacang mete merupakan cerminan dari mutu kacang mete yang dijual. Konsumen

commit to user

akan memilih harga yang sedikit lebih tinggi dengan mutu kacang mete yang bagus daripada harga yang murah tetapi mutu kacang mete kurang bagus, karena hal tersebut akan berpengaruh pada kepuasan konsumen.

Variabel kedua yang dipertimbangkan konsumen pada faktor promosi adalah variabel pengalaman pembelian kacang mete dengan factor loading sebesar 0,681. Pengalaman pembelian oleh konsumen penting dalam proses keputusan pembelian kacang mete di pasar tradisional. Pengalaman pembelian ini dipertimbangkan karena konsumen ingin mendapatkan kacang mete dengan mutu yang baik dan sesuai dengan seleranya. Tidak jarang konsumen merasa tertipu karena pedagang mencampur kacang mete bermutu baik dengan kacang mete yang kurang bagus, atau kacang mete belah dilem menggunakan tepung kanji sehingga terlihat utuh. Hal tersebut membuat konsumen lebih hati- hati dan cermat dalam membeli kacang mete.

Variabel ketiga yang dipertimbangkan konsumen pada faktor promosi adalah variabel promosi penjualan kacang mete dengan factor loading sebesar 0,524. Terdapat beberapa promosi dalam penjualan kacang mete, yaitu promosi dari mulut ke mulut yang dilakukan konsumen satu kepada konsumen yang lainnya, kemasan kacang mete yang menggunakan label, dan adanya beberapa artikel di surat kabar lokal mengenai kacang mete yang di jual di salah satu kios pasar tradisional.

Menurut undang-undang no. 7 tahun 1996 tentang pangan, label pangan adalah setiap keterangan mengenai pangan yang berbentuk gambar, tulisan, kombinasi keduanya, atau bentuk lain yang disertakan pada pangan, dimasukkan ke dalam, ditempelkan pada, atau merupakan bagian kemasan pangan. Sekuang-kurangnya dalam label memuat: a) nama produk, b) bahan yang digunakan, c) berat atau isi besih, d) nama dan alamat produsen, e) keterangan halal, f) tanggal, bulan dan tahun kadaluwarsa. Namun selain hal tersebut pemerintah dapat menetapkan keterangan lain yang dapat dicantumkan dalam label, mengenai tata

commit to user

cara penggunaan, kandungan gizi pangan, ataupun efek samping pangan bagi kelompok masyarakat tertentu, seperti lanjut usia, pengidap penyakit tertentu, atau mereka yang sedang menjalani program diet.

d. Faktor Harga Nilai faktor loading dari variabel promosi yang telah dirotasi dapat dilihat pada Tabel 40. Tabel 40. Nilai Factor Loading untuk Variabel Promosi

Nama Faktor Inti

Variabel yang Terlibat pada Faktor

Inti

Nilai Korelasi Harga

Harga 0,597 Sumber : Analisis Data Primer Tahun 2012

Faktor terakhir yang dipertimbangkan konsumen dalam pembelian kacang mete di Pasar Kota Wonogiri, Pasar Kecamatan Ngadirojo, dan Pasar Kecamatan Jatisrono adalah faktor harga. Menurut Wahyudi dalam Darmayanti (2009), untuk meningkatkan citra produk dapat dilakukan dengan menggunakan strategi harga yang tepat, karena terdapat hubungan positif antara tingkat harga dengan kualitas merek persepsian. Hal ini menyebabkan semakin tinggi nilai yang dipersepsikan terhadap suatu produk maka akan semakin tinggi pula kemungkinan seseorang untuk membeli produk. Oleh karena itu, harga menjadi faktor yang terakhir dipertimbangkan oleh konsumen. Faktor harga terdiri dari variabel harga dengan factor loading sebesar 0,597. Variabel harga dipertimbangkan oleh konsumen dalam membeli kacang mete di pasar tradisional di Kabupaten Wonogiri. Walaupun harga kacang mete tergolong tinggi dibandingkan dengan harga kacang- kacangan yang lain, tetapi harga kacang mete di pasar tradisional cenderung lebih murah dibandingkan harga kacang mete yang dijual di toko oleh-oleh di luar pasar tradisional. Perbedaan harga kacang mete di pasar tradisional dengan harga di luar pasar tradisional tidak mempengaruhi mutu kacang mete yang dijual.

Pada saat penelitian terdapat perbedaan harga kacang mete di pasar tradisional Kabupaten Wonogiri. Harga kacang mete di pasar

commit to user

tradisional Kabupaten Wonogiri termasuk dalam harga yang wajar karena Kabupaten Wonogiri merupakan daerah produksi kacang mete, selain itu harga kacang mete pada setiap pasar tradisional tidak jauh berbeda. Setiap pedagang kacang mete di Pasar Kota Wonogiri, Pasar Kecamatan Ngadirojo, dan Pasar Kecamatan Jatisrono memiliki harga jual yang berbeda-beda. Harga kacang mete yang tertinggi adalah Rp 85.000 dan terendah adalah Rp 65.000, dengan fluktuasi harga kacang mete mencapai Rp 20.000. Hal ini dipengaruhi oleh waktu pembelian dan tempat pembelian kacang mete. Waktu pembelian kacang mete berpengaruh terhadap harga, saat penelitian dimulai adalah setelah Hari Raya Idul Fitri sehingga harga kacang mete masih tinggi karena masih banyak konsumen yang membeli kacang mete dan belum musim panen kacang mete, akan tetapi harga kacang mete berangsur- angsur turun. Turunnya harga mete ini dipengaruhi dengan semakin berkurangnya konsumen yang membeli kacang mete dan musim panen kacang mete telah dimulai. Tempat pembelian kacang mete juga berpengaruh terhadap harga, kacang mete yang dijual di Pasar Kota Wonogiri memiliki harga yang lebih tinggi daripada harga kacang mete di Pasar Kecamatan Ngadirijo dan Pasar Kecamatan Jatisrono. Pasar Kota Wonogiri berada jauh dari daerah produksi kacang mete sehingga memerlukan biaya distribusi yang lebih besar dari Pasar Kecamatan Ngadirojo dan Pasar Kecamatan Jatisrono yang berada di dekat daerah produksi kacang mete.

commit to user

53

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Karakteristik Responden Kacang Mete

Pengetahuan mengenai karakteristik responden diperlukan oleh seorang pemasar agar dapat mengetahui konsumen yang menjadi sasaran dalam penjualak produknya sehingga dapat memposisikan produk dengan tepat. Karakteristik responden yang diteliti dalam penelitian meliputi jenis kelamin, umur responden, jumlah anggota keluarga responden, tingkat pendidikan responden, pekerjaan responden, dan pendapatan responden.

1. Karakteristik Responden Kacang Mete menurut Jenis Kelamin

Sampel pada penelitian ini berjumlah 96 responden, yang terdiri dari laki-laki dan perempuan dengan proporsi seperti pada Tabel 15. Tabel 15. Karakteristik Responden Kacang Mete menurut Jenis Kelamin

Jenis Kelamin

Responden

Presentase (%) Laki-laki

96 100 Sumber: Analisis Data Primer Tahun 2012

Tabel 15. menunjukkan bahwa jumlah responden perempuan lebih banyak daripada responden laki-laki. Hal ini terjadi karena pada umumnya perempuan merupakan pengambil keputusan dalam pembelian kebutuhan pangan dan bertugas dalam melakukan kegiatan belanja. Menurut Engel et. al. (1994), keputusan pembelian produk makanan lebih didominasi oleh perempuan, karena pada umumnya perempuan yang bertanggung jawab dalam penyediaan konsumsi rumah tangga. Sehingga dapat dikatakan bahwa peran perempuan dalam pengambilan keputusan pembelian sangat besar. Saat penelitian, banyak ditemui responden perempuan yang bekerja dan juga menjadi ibu rumah tangga melakukan pembelian kacang mete di pasar tradisional Kabupaten Wonogiri.

2. Karakteristik Responden menurut Kelompok Umur

Kelompok umur dari responden sangat penting dalam pemasaran. Menurut Kotler (1999), salah satu faktor pribadi, yaitu umur akan

commit to user

54

mempengaruhi perilaku pembelian konsumen. Jumlah responden kacang mete di Pasar Kota Wonogiri, Pasar Kecamatan Ngadirojo, dan Pasar Kecamatan Jatisrono menurut kelompok umur responden dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Karakteristik Responden menurut Kelompok Umur

Kelompok Umur

Responden

(orang)

Presentase (%) < 45 tahun (lajang/bujang tanpa anak)

9 9,38 < 45 tahun (pasangan muda tanpa anak)

2 2,08 < 45 tahun (orang tua muda)

28 29,17

45 – 64 tahun (keluarga paruh baya dengan anak)

55 57,29

45 – 64 tahun (rumah tangga separuh baya tanpa anak)

1 1,04 1 1,04

Jumlah

96 100 Sumber: Analisis Data Primer Tahun 2012

Umur konsumen kacang mete yang menjadi responden dalam penelitian adalah berkisar antara umur 21-65 tahun. Tabel 16. menunjukkan bahwa umur responden yang paling banyak adalah kelompok umur keluarga paruh baya, yaitu responden berumur 45-64 tahun dan masih memiliki anak di rumah yaitu sebanyak 55 responden (57,29%). Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa sebagian besar responden adalah responden yang sudah dewasa yang cenderung berpikir rasional dalam keputusan pembelian kacang mete. Responden dalam kelompok umur tersebut sudah memiliki pertimbangan tertentu dalam mengambil keputusan pembelian. Kelompok umur lajang dan orang tua muda memiliki pertimbangan pembelian yang dipengaruhi kebutuhan yang lebih beragam. Kelompok umur rumah tangga separuh baya tanpa anak dan rumah tangga tua yang (usia pensiun), memiliki kebutuhan akan kesehatan semakin meningkat sehingga pada kelompok umur ini responden

kesehatan dalam mengkonsumsi kacang mete. Menurut Susanto (1999), dalam kepala rumah tangga berusia lebih tua, sudah pensiun, dan tidak ada anak yang tinggal bersama di rumah akan terjadi penurunan dalam penghasilan dan

commit to user

55

berusaha mempertahankan rumah. Pengeluaran lebih berorientasi pada peralatan kesehatan, produk perawatan yang mendukung kesehatan, tidur, dan pencernaan.

3. Karakteristik Responden menurut Jumlah Anggota Keluarga

Jumlah anggota keluarga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi proses keputusan pembelian kacang mete. Anggota keluarga konsumen dapat memberikan pengaruh terhadap proses keputusan pembelian konsumen. Karakteristik responden menurut jumlah anggota keluarga dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17. Karakteristik Responden menurut Jumlah Anggota Keluarga

Jumlah Anggota Keluarga

Responden (orang)

Presentase (%) 58 60,42

5 – 7 orang (keluarga sedang)

37 38,54 > 7 orang (keluarga besar)

1 1,04

Jumlah

96 100 Sumber: Analisis Data Primer Tahun 2012

Menurut BKKBN dalam Ernawati (2009), jumlah anggota keluarga dapat dikelompokkan menjadi keluarga kecil dengan jumlah anggota keluarga kurang dari atau sama dengan 4 orang, keluarga sedang dengan jumlah anggota keluarga 5-7 orang, dan keluarga besar dengan jumlah anggota keluarga lebih dari 7 orang. Tabel 17. menunjukkan bahwa sebagian besar konsumen kacang mete merupakan keluarga kecil yang mempunyai anggota keluarga berjumlah kurang dari sampai dengan 4 orang yaitu sebanyak 58 responden (60,42%). Menurut Kotler (1999), anggota keluarga akan mempengaruhi dalam proses pengambilan keputusan pembelian antara lain sebagai inisiator, pemberi pengaruh, penyaring informasi, pengambil keputusan, pembeli dan pengguna. Dalam penelitian ini semakin banyak anggota keluarga maka semakin banyak kebutuhan yang harus dipenuhi, sehingga konsumsi kacang mete dalam keluarga sedang dan keluarga besar semakin sedikit.

4. Karakteristik Responden menurut Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan yang dimiliki responden dapat menentukan seseorang dalam menerima pengetahuan dan informasi serta

commit to user

56

mempengaruhi nilai-nilai yang dianutnya, cara berpikir dan persepsinya terhadap suatu masalah. Jumlah responden di Pasar Kota Wonogiri, Pasar Kecamatan Ngadirojo, dan Pasar Kecamatan Jatisrono menurut tingkat pendidikannya dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18. Karakteristik Responden menurut Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan

Responden (orang)

Presentase (%) Pendidikan rendah (SD dan SMP)

8 8,33 Pendidikan sedang

(SMA)

41 42,71 Pendidikan tinggi

(D1-D3,S1, dan S2)

47 48,96

Jumlah

96 100 Sumber: Analisis Data Primer Tahun 2012

Tabel 18. menunjukkan bahwa responden memiliki latar belakang pendidikan yang beragam. Tingkat pendidikan responden terbanyak adalah jenjang pendidikan tinggi (D1-D3,S1, dan S2) sebanyak 47 responden (48,96%). Semakin tinggi tingkat pendidikan sesorang, maka semakin luas pula pengetahuan dan informasi yang dimilikinya. Pendidikan dan pengetahuan responden akan mempermudah dalam mendapatkan informasi tentang kacang mete yang ada di pasaran. Informasi tersebut dapat diperoleh dari teman, media masa, maupun media sosial. Responden yang biasa melakukan kegiatan belanja di pasar tradisional akan mengetahui informasi yang berkaitan dengan kacang mete yang dijual di pasar. Menurut Sumarwan (2003), konsumen yang memiliki pendidikan yang lebih baik akan sangat responsive terhadap informasi, pendidikan juga mempengaruhi konsumen dalam pilihan produk maupun merek.

Menurut undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah. Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat. Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar. Pendidikan menengah terdiri atas

commit to user

57

pendidikan menengah umum dan pendidikan menengah kejuruan. Pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat. Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi. Perguruan tinggi dapat berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut, atau universitas.

5. Karakteristik Responden menurut Pekerjaan

Jenis pekerjaan responden dapat mempengaruhi perilaku pembelian produk karena memiliki kebutuhan yang berbeda-beda. Jumlah responden kacang mete di Pasar Kota Wonogiri, Pasar Kecamatan Ngadirojo, dan Pasar Kecamatan Jatisrono menurut jenis pekerjaannya dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19. Karakteristik Responden menurut Pekerjaan

Jenis Pekerjaan

Responden (orang)

Presentase (%) Formal

1. Karyawan Swasta

3. Pensiunan PNS

11 11,46 Tidak bekerja

1. Ibu rumah tangga

28 29,17

2. Pelajar/Mahasiswa

1 1,04

Jumlah

96 100 Sumber: Analisis Data Primer Tahun 2012

Tabel 19. menunjukkan bahwa responden yang memiliki pekerjaan formal sebanyak 54 responden (karyawan swasta, PNS, dan pensiunan PNS), responden yang memiliki pekerjaan informal adalah sebanyak 13 responden (petani, dan wiraswasta), dan responden yang tidak bekerja sebanyak 29 responden (pelajar/mahasiswa dan ibu rumah tangga). Sehingga dapat dikatakan bahwa sebagian besar responden memiliki

commit to user

58

pekerjaan formal dan tergolong mapan karena telah memiliki pendapatan yang tetap. Sedangkan responden yang paling banyak adalah ibu rumah tangga sebanyak 28 responden (29,17%), yang kegiatan setiap harinya adalah mengurus rumah tangga. Selain berpengaruh pada pendapatan yang diterima, jenis pekerjaan responden juga mempengaruhi cara pemenuhan kebutuhan rumah tangga. Ibu rumah tangga memiliki waktu yang cukup banyak untuk melakukan pekerjaan rumah tangga dan melakukan pembelian barang konsumsi keluarga, sehingga lebih cermat dalam mempertimbangkan produk yang akan dibeli, dalam hal ini adalah pembelian kacang mete.

Menurut J.K. Hart dalam Effendi dan Manning (1985), kesempatan memperoleh penghasilan (pekerjaan) seseorang dapat dibedakan menjadi: a. Kesempatan memperoleh penghasilan formal, yaitu pekerjaan responden yang mendapatkan penghasilan dari: 1) Gaji dari negara 2) Gaji dari sektor swasta 3) Tunjangan-tunjangan pensiun

b. Kesempatan memperoleh penghasilan informal, yaitu pekerjaan responden yang mendapatkan penghasilan dari:

1) Kegiatan-kegiatan primerr dan sekunder, yaitu pertanian, perkebunan yang berorientasi pasar, kontraktor bangunan dan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengannya, pengrajin usaha sendiri, pembuat sepatu, penjahit, pengusaha bird an alkohol.

2) Usaha tersier dengan modal relatif besar, yaitu perumahan, transportasi, usaha-usaha untuk kepentingan umum, spekulasi barang-barang dagang, kegiatan sewa menyewa.

3) Distribusi kecil-kecilan, yaitu pedagang pasar, pedagang kelontong, pedagang kaki lima, pengusaha makanan jadi, pengangkut barang, dan penyalur.

commit to user

59

4) Jasa yang lain, yaitu pemusik (pengamen), pengusaha binatu, penyemir sepatu, tukang cukur, pembuang sampah, makelar dan perantara.

5) Transaksi pribadi, yaitu pinjam-meminjam, pengemis. 6. Karakteristik Responden menurut Pendapatan Rumah Tangga

Pendapatan memiliki peranan penting dalam rumah tangga karena pendapatan akan mempengaruhi proses keputusan dalam konsumsi rumah tangga. Besarnya jumlah pendapatan akan menggambarkan besarnya daya beli konsumen. Karakteristik responden berdasarkan pendapatan rumah tangga dalam satu bulan dapat dilihat pada Tabel 20. Tabel 20. Karakteristik Responden menurut Pendapatan Rumah Tangga

dalam Satu Bulan

Pendapatan per Bulan (Rp)

Responden (orang)

96 100 Sumber: Analisis Data Primer Tahun 2012 Pendapatan yang diukur dari seorang konsumen biasanya bukan hanya pendapatan yang diterima seorang individu, tetapi diukur dari semua pendapatan yang diterima oleh semua anggota keluarga konsumen. Sesuai

dengan Sumarwan (2003), daya beli sebuah rumah tangga bukan hanya ditentukan oleh pendapatan dari satu orang (misalnya ayah saja), tetapi dari seluruh anggota rumah tangga yang bekerja.

Tabel 20. menunjukkan bahwa responden terbanyak terdapat pada tingkat pendapatan rumah tangga Rp 2.800.001 – 4.350.000 yaitu 47 responden (48,96%). Pendapatan rumah tangga Rp 2.800.001 – 4.350.000 sudah termasuk cukup di Kabupaten Wonogiri karena kacang mete bukan merupakan barang kebutuhan pokok dan tidak dikonsumsi sehari-hari, maka responden dengan tingkat pendapatan tersebut dalam membeli mete untuk acara tertentu tidak menjadi masalah bagi responden. Pendapatan rumah tangga merupakan jumlah seluruh pendapatan anggota keluarga

commit to user

60

yang bekerja. Tabel tersebut juga menunjukkan bahwa responden di Pasar tradisional Kabupaten Wonogiri terdiri dari berbagai kalangan ekonomi yang dapat dilihat dari tingkat pendapatannya, baik masyarakat dengan keadaan ekonomi rendah sampai masyarakat ekonomi tinggi. Perilaku konsumen tidak hanya dipengaruhi oleh tingkat pendapatan tetapi juga dipengaruhi oleh faktor budaya dan faktor lingkungan sosial tempat tinggal konsumen. Masyarakat yang melakukan kegiatan belanja di pasar tradisional juga disebabkan oleh masih sedikitnya pasar modern di Kabupaten Wonogiri dan di pasar modern kacang mete hanya dijual pada saat tertentu seperti saat menjelang Hari Raya Idul Fitri.

B. Persepsi dan atau Penilaian Konsumen terhadap Bauran Pemasaran

Kacang Mete Persepsi merupakan suatu proses dimana seseorang menyeleksi, mengorganisasikan, dan menginterpretasi setiap input yang dapat ditangkap oleh indera (seperti produk, kemasan, merek, iklan, harga, dan lain-lain) ke dalam suatu gambaran dunia yang berarti dan menyeluruh (Simamora, 2004). Persepsi konsumen terhadap bauran pemasaran kacang mete di pasar tradisional Kabupaten Wonogiri dianalisis dengan menggunakan rumus lebar interval. Lebar interval digunakan untuk mendeskripsikan indikator dari variabel-variabel bauran pemasaran termasuk dalam kategori-kategori yang telah ditentukan. Dalam penelitian ini data yang digunakan berasal dari pendapat responden mengenai variabel-variabel produk kacang mete.

Persepsi dan atau penilaian konsumen terhadap bauran pemasaran kacang mete di pasar tradisional Kabupaten Wonogiri, yang diteliti meliputi faktor produk terdiri dari variabel kandungan gizi (X1); keutuhan (X2); warna (X3); dan rasa kacang mete (X4), faktor harga terdiri dari variabel harga (X5) dan kesesuaian harga dengan mutu kacang mete (X6), faktor promosi terdiri dari variabel promosi (X7); potongan harga (X8); dan pengalaman pembelian (X9), faktor tempat terdiri dari variabel jarak pasar (X10); lokasi pasar (X11);

commit to user

61

ketersediaan (X12); kenyamanan pasar (X13); pelayanan (X14); kebersihan pasar (X15); dan keamanan pasar (X16).

1. Faktor Produk

Persepsi dan atau penilaian konsumen terhadap faktor produk kacang mete di pasar tradisional Kabupaten Wonogiri dapat dilihat pada Tabel 21. Tabel 21. Persepsi dan atau Penilaian Konsumen terhadap Faktor Produk

Kacang Mete di Pasar Tradisional Kabupaten Wonogiri

Responden (orang)

Presentase (%) Faktor Produk

Kandungan Gizi (X1)

Tidak bagus

1,00 - 1,80

Kurang bagus

1,91 - 2,71

11 11,46

Cukup bagus

Sangat bagus

4,34 - 5,00

3 3,13

Keutuhan (X2)

Tidak penting

1,00 - 1,80

Kurang penting

Sangat penting

4,34 - 5,00

30 31,25

Warna (X3)

Tidak penting

1,00 - 1,80

Kurang penting

Sangat penting

4,34 - 5,00

19 19,79

Rasa (X4)

Tidak penting

1,00 - 1,80

Kurang penting

Sangat penting

4,34 - 5,00

50 52,08

Total Indikator

Tidak penting

4,00 - 7,20

Kurang penting

7,21 - 10,41

Cukup penting

Sangat penting

16,84 - 20,04

39 40,63

Sumber: Analisis Data Primer Tahun 2012 Berdasarkan Tabel 21. dapat diketahui bahwa menurut persepsi dan atau penilaian konsumen terhadap kandungan gizi kacang mete adalah cukup bagus (46,88%). Kacang mete merupakan kacang yang mengandung protein dan lemak yang diperlukan oleh tubuh. Keutuhan kacang mete adalah penting (55,21%). Keutuhan kacang mete merupakan bentuk fisik dari kacang mete yang menarik bagi konsumen, sehingga konsumen memilih kacang mete yang utuh. Warna kacang mete adalah

commit to user

62

penting (62,50%). Menurut konsumen, warna kacang mete dapat mencerminkan rasa kacang mete. Warna kacang mete biasanya sesuai dengan proses penggolahan (penggorengan) dan kematangannya. Rasa kacang mete adalah sangat penting (52,08%). Konsumen membeli kacang mete karena rasanya yang enak dan gurih. Faktor produk merupakan faktor yang penting bagi konsumen kacang mete (52,08%).

2. Faktor Harga

Persepsi dan atau penilaian konsumen terhadap faktor harga kacang mete di pasar tradisional Kabupaten Wonogiri dapat dilihat pada Tabel 22. Tabel 22. Persepsi dan atau Penilaian Konsumen terhadap Faktor Harga

Kacang Mete di Pasar Tradisional Kabupaten Wonogiri

Responden (orang)

Presentase (%) Faktor Harga

Harga (X5)

Sangat mahal

Agak murah

Kesesuaian harga (X6)

Tidak sesuai

1,00 - 1,80

Kurang sesuai

1,91 - 2,71

16 16,67

Cukup sesuai

Sangat sesuai

4,34 - 5,00

3 3,13

Total Indikator

Tidak penting

2 ,00- 3,60

Kurang penting

3,61 - 5,21

12 12,50

Cukup penting

Sangat penting

8,44 - 10,04

2 2,08

Sumber: Analisis Data Primer Tahun 2012 Berdasarkan Tabel 22. dapat diketahui bahwa menurut persepsi dan atau penilaian konsumen terhadap harga adalah agak murah (48,96%). Kabupaten Wonogiri merupakan penghasil kacang mete sehingga harga kacang mete yang dijual di pasar tradisional Kabupaten Wonogiri agak murah. Kesesuaian harga adalah cukup sesuai (67,71%). Harga kacang mete cukup sesuai dengan kacang mete yang dibeli, dengan harga yang lebih mahal para konsumen mendapatkan kacang mete yang lebih bagus daripada harga kacang mete yang lebih murah. Faktor harga merupakan faktor yang penting bagi konsumen (53,13%).

commit to user

63

3. Faktor Promosi

Persepsi dan atau penilaian konsumen terhadap faktor promosi kacang mete di pasar tradisional Kabupaten Wonogiri dapat dilihat pada Tabel 23. Tabel 23. Persepsi dan atau Penilaian Konsumen terhadap Faktor Promosi

Kacang Mete di Pasar Tradisional Kabupaten Wonogiri

Responden (orang)

Presentase (%) Faktor Promosi

Promosi (X7)

Tidak menarik

1,00 - 1,80

Kurang menarik

1,91 - 2,71

1 1,04

Cukup menarik

Sangat menarik

4,34 - 5,00

5 5,21

Potongan harga (X8)

Tidak ada

1,00 - 1,80

27 28,13

Kurang banyak

Sangat banyak

4,34 - 5,00

1 1,04

Pengalaman pembelian (X9)

Tidak penting

1,00 - 1,80

Kurang penting

1,91 - 2,71

Cukup penting

Sangat penting

4,34 - 5,00

25 26,04

Total Indikator

Tidak penting

3,00 - 5,40

Kurang penting

5,41 - 7,81

6 6,25

Cukup penting

Sangat penting

12,64 - 15,04

2 2,08

Sumber: Analisis Data Primer Tahun 2012 Berdasarkan Tabel 23. dapat diketahui bahwa menurut persepsi dan atau penilaian konsumen terhadap promosi adalah cukup menarik (50,00%). Promosi dari mulut ke mulut sering terjadi di antara konsumen. Konsumen mendapatkan informasi tentang kacang mete dari saudara dan teman. Label pada kemasan kacang mete member informasi mengenai pedagang dan informasi produk kacang mete yang di beli. Potongan harga adalah wajar (60,42%). Konsumen yang membeli kacang mete dalam jumlah yang cukup banyak akan mendapatkan potongan harga dari pedagang. Pengalaman pembelian adalah penting (56,25%). Dalam pembelian kacang mete, apabila konsumen mendapatkan pengalaman tidak baik misalnya, dalam satu kemasan kacang mete yang dibeli banyak yang pecah-pecah dan banyak kacang mete yang dilem maka konsumen akan

commit to user

64

mempertimbangkan untuk membeli di pedagang lain. Faktor promosi merupakan faktor yang cukup penting bagi konsumen (51,04%).

4. Faktor Tempat

Persepsi dan atau penilaian konsumen terhadap faktor tempat kacang mete di pasar tradisional Kabupaten Wonogiri dapat dilihat pada Tabel 24. Tabel 24. Persepsi dan atau Penilaian Konsumen terhadap Faktor Tempat

Kacang Mete di Pasar Tradisional Kabupaten Wonogiri

Faktor inti

Responden (orang)

Presentase (%) Faktor Tempat

Jarak pasar (X10)

Sangat jauh (>6 km)

1,00 - 1,80

12 12,50

Jauh (5-6 km)

1,91 - 2,71

5 5,21

Sedang (3-4 km)

2,72 - 3,52

31 32,29

Dekat (1-2 km)

3,53 - 4,33

41 42,71

Sangat dekat (<1 km)

4,34 - 5,00

7 7,29

Lokasi pasar (X11)

Tidak strategis

1,00 - 1,80

Kurang strategis

1,91 - 2,71

Cukup strategis

Sangat strategis

4,34 - 5,00

15 15,63

Ketersediaan (X12)

Sangat sulit

1,00 - 1,80

Agak sulit

Sangat mudah

4,34 - 5,00

9 9,38

Kenyamanaan pasar (X13)

Tidak nyaman

1,00 - 1,80

Kurang nyaman

1,91 - 2,71

Cukup nyaman

Sangat nyaman

4,34 - 5,00

2 2,08

Pelayanan (X14)

Tidak memuaskan

1,00 - 1,80

Kurang memuaskan

1,91 - 2,71

7 7,29

Cukup memuaskan

Sangat memuaskan

4,34 - 5,00

4 4,17

Kebersihan pasar (X15)

Tidak bersih

1,00 - 1,80

Kurang bersih

1,91 - 2,71

9 9,38

Cukup bersih

Sangat bersih

4,34 - 5,00

1 1,04

Keamanan pasar (X16)

Tidak aman

1,00 - 1,80

Kurang aman

1,91 - 2,71

2 2,08

Cukup aman

Sangat aman

4,34 - 5,00

2 2,08

Total Indikator

Tidak penting

7,00 - 12,60

Kurang penting

12,61 - 18,21

Cukup penting

Sangat penting

29,44 - 35,04

2 2,08

Sumber: Analisis Data Primer Tahun 2012

commit to user

65

Berdasarkan Tabel 24. dapat diketahui bahwa menurut persepsi dan atau penilaian konsumen terhadap jarak pasar adalah dekat (42,71%). Pasar tradisional pada umumnya terdapat di dekat rumah. Lokasi pasar adalah strategis (65,63%). Pasar tradisional strategis karena dekat dengan jalan raya dan terminal angkutan umum sehingga konsumen mudah untuk mencapainya. Ketersediaan kacang mete di pasar tradisional adalah mudah (71,88%). Kabupaten Wonogiri merupakan penghasil kacang mete maka pasar tradisional dekat dengan tempat industri sehingga ketersediaan kacang mete cukup terjaga. Kenyamanan pasar adalah cukup nyaman (62,50%). Penataan barang (produk) di dalam pasar yang teratur membuat rasa nyaman bagi konsumen, selain itu tidak banyaknya pengamen membuat konsumen tidak terganggu dalam melakukan kegiatan belanja. Pelayangan pedagang adalah cukup memuaskan (58,33%). Pedagang pada umumnya ramah dan mau memberikan informasi yang diperlukan konsumen. Kebersihan pasar adalah cukup bersih (66,67%). Petugas kebersihan pasar membersihkan pasar secara rutin dan pedagang selalu menjaga kebersihan pasar. Keamanan pasar adalah cukup aman (48,96%). Pada setiap pasar tradisional terdapat petugas keamanan dan pasar tradisional dekat dengan pos polisi yang menjaga keamanan pasar tradisional dan lingkungan di sekitarnya. Faktor tempat merupakan faktor yang penting bagi konsumen (66,67%).

C. Faktor-faktor yang Dipertimbangkan dan Variabel yang Dominan Dipertimbangkan Konsumen

Perilaku konsumen dalam pembelian kacang mete di pasar tradisional Kabupaten Wonogiri dianalisis menggunaka metode analisis faktor. Menurut Rochaety et. al (2007), analisis faktor merupakan sebuah analisis yang mencari hubungan interdependensi antarvariabel, sehingga mampu mengidentifikasi dimensi-dimensi atau faktor-faktor yang menyusunnya. Oleh karena itu, dalam analisis faktor tidak terdapat variabel bebas maupun variabel terikat. Manfaat dari analisis faktor adalah melakukan peringkasan

commit to user

66

variabel berdasarkan tingkat keeratan hubungan antar variabel, sehingga akan diperoleh faktor-faktor dominan yang berpengaruh terhadap variabel lainnya. Dalam penelitian ini data yang digunakan dalam analisis faktor berasal dari pendapat responden mengenai atribut-atribut produk kacang mete. Analisis faktor digunakan untuk melihat seberapa besar kontribusi variabel-variabel yang terangkum dalam faktor bauran pemasaran yang dipertimbangkan dalam mengambil keputusan pembelian kacang mete.

Berdasarkan hal tersebut maka dilakukan analisis faktor yang dipertimbangkan konsumen dalam membeli kacang mete pada pasar tradisional di Kabupaten Wonogiri. Faktor bauran pemasaran yang diteliti adalah produk, harga, promosi, dan tempat. Faktor produk yang diteliti terdiri dari variabel kandungan gizi (X1), keutuhan (X2), warna (X3) dan rasa kacang mete (X4). Faktor harga yang diteliti terdiri dari variabel harga (X5) dan kesesuaian harga dengan mutu kacang mete (X6). Faktor promosi yang diteliti terdiri dari variabel promosi (X7), potongan harga (X8), dan pengalaman pembelian (X9). Faktor tempat yang diteliti terdiri dari variabel jarak pasar (X10), lokasi pasar (X11), ketersediaan (X12), kenyamanan pasar (X13), pelayanan (X14), kebersihan pasar (X15), dan keamanan pasar (X16). Enambelas variabel yang dipertimbangkan konsumen dalam pengambilan keputusan pembelian kacang mete tersebut dianalisis menggunakan analisis faktor dengan bantuan program komputer SPSS (Statistical Product and Service Solution ) 17.

Layak tidaknya analisis faktor untuk dilakukan analisis lebih lanjut dapat diketahui dengan mengunakan uji Kaiser-Meyer-Olkin (KMO), Bartlett Test of Sprericity , dan Measure of Sampling Adequacy. Analisis faktor dapat dilakukan dengan persyaratan pokok yang harus dipenuhi yaitu nilai indeks KMO tinggi, yaitu berkisar antara 0,5 sampai 1 (Simamora, 2005). Besarnya nilai KMO dapat dilihat pada Tabel 25.

commit to user

67

Tabel 25. KMO (Kaiser Meyer Olkin) Measures of Sampling Adequacy and

Bartlett’s Test

Uji KMO dan Bartlett

Hasil Penelitian KMO Measure of Sampling Adequacy

0,625 Bartlett’s Test of Sphericity

- Approx. Chi-Square 156,193 - Derajat Kebebasan (Df)

78,000 - Signifikansi (Sig)

0,000

Sumber : Analisis Data Primer Tahun 2012 Menurut Simamora (2005), KMO uji yang nilainya berkisar anara 0 sampai 1 mempertanyakan kelayakan analisis faktor. Apabila nilai KMO tinggi (berkisar antara 0,5 sampai 1), maka analisis faktor layak dilakukan. Sebaliknya, kalau nilai KMO dibawah 0,5 analisis faktor tidak layak dilakukan. Ketentuan tersebut berdasarkan pada:

1. Jika probabilitas (sig) kurang dari 0,05, maka variabel dapat dianalisis lebih lanjut 2. Jika probabilitas (sig) lebih dari 0,05, maka variabel tidak dapat dianalisis lebih lanjut. Berdasarkan hasil analisis dengan SPSS 17, diperoleh nilai KMO Measure of Sampling Adequacy sebesar 0,625 dengan signifikansi sebesar 0,000. Nilai 0,625 berada di atas 0,5 dan signifikansi 0,00 lebih kecil dari 0,05, maka variabel dan data dapat dianalisis lebih lanjut.

Besarnya Measures of Sampling Adequacy (MSA) merupakan uji statistik yang digunakan untuk mengetahui korelasi antar variabel dapat dilihat pada tabel anti images correlation matrices pada SPSS. Besarnya MSA masing-masing variabel dalam penelitian dapat dilihat pada Tabel 26.

commit to user

68

Tabel 26. Hasil Pengujian Analisis Faktor 1

1. Kandungan gizi

6. Kesesuaian harga

8. Potongan harga

0,413

9. Pengalaman pembelian

0,543

10. Jarak pasar

0,382

11. Lokasi pasar

0,331

12. Ketersediaan kacang mete

0,614

13. Kenyamanan pasar

0,586

14. Pelayanan pasar

0,471

15. Kebersihan pasar

0,606

16. Keamanan Pasar

0,582

Sumber: Analisis Data Primer Tahun 2012 Menurut Anonim d (2011), besarnya angka MSA adalah antara 0 sampai 1, jika digunakan dalam menentukan penggabungan variabel ketentuannya sebagai berikut:

1. Jika MSA = 1, maka variabel tersebut dapat diprediksi tanpa kesalahan. 2. Jika MSA

dapat diprediksi dan dapat dianalisis lebih lanjut. 3. Jika MSA < 0,5, maka variabel tersebut tidak dapat diprediksi dan tidak dapat dianalisis lebih lanjut sehingga variabel tersebut harus dikeluarkan. Tabel 26. menunjukkan bahwa variabel yang mempunyai MSA lebih dari 0,5 adalah variabel kandungan gizi, warna, kesesuaian harga, promosi, pengalaman pembelian, ketersediaan, kenyamanan, kebersihan, dan keamanan pasar sehingga variabel tersebut dapat dianalisis lebih lanjut. Sedangkan variabel keutuhan, rasa, harga, potongan harga, jarak pasar, lokasi pasar, dan pelayanan pasar mempunyai MSA kurang dari 0,5, maka variabel tersebut dikeluarkan dan perlu dilakukan proses pengujian ulang. Menurut

Anonim d (2011), apabila terdapat lebih dari 1 variabel yang memiliki MSA di bawah 0,5, maka yang dikeluarkan adalah variabel dengan MSA terkecil, dan proses penilaian tetap harus dilakukan pengulangan. Dengan demikian variabel yang harus dikeluarkan adalah lokasi pasar, sehingga variabel lokasi

commit to user

69

pasar tidak menjadi variabel yang dipertimbangkan konsumen dalam pembelian kacang mete di pasar tradisional Kabupaten Wonogiri. Lokasi pasar tradisional di Kabupaten Wonogiri pada umumnya berada di lokasi yang strategis, yaitu di tepi jalan raya dan dekat atau bersebelahan dengan terminal angkutan umum. Pasar Kota Wonogiri, Pasar Kecamatan Ngadirojo, dan Pasar Kecamatan Jatisrono tersebut menyediakan produk yang bervariasi dan lengkap, kemudahan dalam mendapatkan produk yang diinginkan, dan memberikan kepuasan saat berbelanja.

Pengulanan proses pengujian dilakukan tanpa memasukkan variabel lokasi pasar, sehingga nilai MSA dari hasil pengujian yang ke-2 dapat dilihat pada Tabel 27. Tabel 27. Hasil Pengujian Analisis Faktor 2

1. Kandungan gizi

6. Kesesuaian harga

8. Potongan harga

0,413

9. Pengalaman pembelian

0,561

10. Jarak pasar

0,384

11. Ketersediaan kacang mete

0,657

12. Kenyamanan pasar

0,629

13. Pelayanan pasar

0,466

14. Kebersihan pasar

0,639

15. Keamanan Pasar

0,633

Sumber: Analisis Data Primer Tahun 2012 Tabel 27. menunjukkan bahwa dari hasil pengujian analisis faktor yang ke-2 masih terdapat variabel yang mempunyai MSA kurang dari 0,5 yaitu variabel keutuhan, rasa, harga, potongan harga, jarak pasar, dan pelayanan pasar. Variabel yang dikeluarkan adalah variabel dengan MSA terkecil yaitu variabel jarak pasar. Sehingga, variabel jarak pasar tidak menjadi variabel yang dipertimbangkan konsumen. Konsumen yang berbelanja di Pasar Kota Wonogiri, Pasar Kecamatan Ngadirojo, dan Pasar Kecamatan Jatisrono diketahui berasal dari berbagai wilayah Kabupaten

commit to user

70

Wonogiri yang dapat dilihat dari jarak pasar dengan tempat tinggal konsumen.

Pengulanan proses pengujian dilakukan tanpa memasukkan variabel jarak pasar, sehingga nilai MSA dari hasil pengujian yang ke-3 dapat dilihat pada Tabel 28. Tabel 28. Hasil Pengujian Analisis Faktor 3

1. Kandungan gizi

6. Kesesuaian harga

8. Potongan harga

0,395

9. Pengalaman pembelian

0,553

10. Ketersediaan kacang mete

0,640

11. Kenyamanan pasar

0,649

12. Pelayanan pasar

0,455

13. Kebersihan pasar

0,618

14. Keamanan Pasar

0,653

Sumber: Analisis Data Primer Tahun 2012 Tabel 28. menunjukkan bahwa hasil pengujian analisis faktor yang ke- 3 masih terdapat variabel yang mempunyai MSA kurang dari 0,5 yaitu variabel harga, potongan harga, dan pelayanan pasar. Variabel yang dikeluarkan adalah variabel dengan MSA terkecil, yaitu variabel potongan harga . Sehingga, variabel potongan harga tidak menjadi variabel dari faktor promosi yang dipertimbangkan oleh konsumen. Pedagang kacang mete jarang memberikan potongan harga kepada konsumen, apabila pedagang memberikan potongan harga, besarnya hampir sama untuk setiap pedagang dan nilainya tidak terlalu besar. Pedagang kacang mete tidak mengambil keuntungan yang besar bila dibandingkan dengan resiko yang harus diterima jika kacang mete yang dijualnya tidak laku karena sebagian orang masih menganggap kacang mete sebagai produk mewah.

Pengulanan proses pengujian dilakukan tanpa memasukkan variabel potongan harga, sehingga nilai MSA dari hasil pengujian yang ke-4 dapat dilihat pada Tabel 29.

commit to user

71

Tabel 29. Hasil Pengujian Analisis Faktor 4

1. Kandungan gizi

6. Kesesuaian harga

8. Pengalaman pembelian

0,549

9. Ketersediaan kacang mete

0,681

10. Kenyamanan pasar

0,691

11. Pelayanan pasar

0,561

12. Kebersihan pasar

0,612

13. Keamanan Pasar

0,650

Sumber: Analisis Data Primer Tahun 2012 Tabel 29. menunjukkan bahwa semua variabel pada analisis ke-4 mempunyai MSA lebih dari 0,5 sehingga ketigabelas variabel tersebut dapat dianalisis lebih lanjut. Setelah menemukan variabel yang dapat dianalisis, selanjutnya dilanjutkan dengan communalities. Communalities merupakan jumlah total variasi dari sebuah variabel penelitian yang bisa dijelaskan faktor umum. Dari nilai communalities dapat diketahui hubungan antara variabel dengan faktor-faktor yang nantinya dibentuk. Communalities untuk tiap variabel dapat dilihat pada Tabel 30. Tabel 30. Communalities

Variabel-variabel

Initial

Extraction Kandungan gizi

0,451 Kesesuaian harga

0,463 Pengalaman pembelian

1,000

0,501 Ketersediaan kacang mete

1,000

0,558 Kenyamanan pasar

1,000

0,531 Pelayanan pasar

1,000

0,481 Kebersihan pasar

1,000

0,548 Keamanan Pasar

1,000

0,514

Sumber: Analisis Data Primer Tahun 2012 Tabel 30. menunjukkan besarnya communalities untuk masing-masing variabel berbeda. Communalities untuk variabel kandungan gizi nilainya 0,373 yang artinya sekitar 37,3 % varian dari variabel kandungan gizi dapat

commit to user

72

dijelaskan oleh faktor yang akan terbentuk. Sedangkan untuk variabel keutuhan nilainya 0,666 artinya sekitar 66,6 % varian dari variabel keutuhan dapat dijelaskan oleh faktor yang akan terbentuk, begitu juga untuk variabel- variabel yang lain. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin kecil communalities sebuah variabel, berarti semakin lemah hubungannya dengan faktor yang terkait, dan semakin besar communalities sebuah variabel, maka semakin kuat hubungannya dengan faktor yang terbentuk.

Setelah diketahui nilai communalities, selanjutnya dapat dilihat pada nilai eigen value. Kriteria suatu faktor dipertimbangkan oleh konsumen terhadap keputusan dalam membeli kacang mete pada pasar tradisional Pasar Kota Wonogiri, Pasar Kecamatan Ngadirojo, dan Pasar Kecamatan Jatisrono, dapat diketahui dengan melihat nilai eigen value dari suatu faktor. Eigen value untuk faktor yang dipertimbangkan konsumen terhadap keputusan pembelian kacang mete harus lebih dari 1. Angka eigenv alue menunjukkan kepentingan relatif masing-masing faktor yang terbentuk dalam menghitung varian dari variabel-variabel penelitian yang dianalisis. Besarnya eigen value dan proporsi varians untuk masing-masing faktor yang terbentuk dapat dilihat pada Tabel 31. sebagai berikut: Tabel 31. Angka Eigen value dan Proporsi Varian dari Tiap Faktor

Faktor inti

Eigen value

Proporsi Varian 1 (tempat)

52,132 % Sumber: Analisis Data Primer Tahun 2012

Pada analisis data terdapat 13 variabel yang dilibatkan, jadi akan ada 13 yang diusulkan dalam analisis faktor. Setiap faktor mewakili variabel- variabel yang dianalisis. Kemampuan setiap faktor mewakili variabel-variabel yang dianalisis, ditunjukkan oleh besarnya varians yang dijelaskan (eigen value ). Tabel 31. menunjukkan bahwa terdapat 4 variabel yang menjadi faktor inti dari faktor bauran pemasaran. Hal ini terjadi karena 4 faktor tersebut memiliki nilai eigen value lebih dari 1, sedanngkan 9 faktor yang lain

commit to user

73

tidak menjadi faktor inti karena nilai eigen value kurang dari 1. Dengan demikian pada penelitian ini terbentuk 4 faktor yang menjadi pertimbangan konsumen dalam membeli kacang mete di pasar tradisional di Kabupaten Wonogiri. Faktor 1 mampu menjelaskan 17,746% varian ke-13 variabel penelitian, faktor 2 mampu menjelaskan 14,914% varian ke-13 variabel penelitian, faktor 3 mampu menjelaskan 11,337% varian ke-13 variabel penelitian, faktor 4 mampu menjelaskan 8,136% varian ke-13 variabel penelitian. Total varian yang mampu dijelaskan keempat faktor tersebut adalah 52,132%, yang berarti penelitian ini mampu menjelaskan faktor yang menjadi pertimbangan konsumen dalam membeli kacang mete di Pasar Kota Wonogiri, Pasar Kecamatan Ngadirojo, dan Pasar Kecamatan Jatisrono sebesar 52,132%. Sedangkan sisanya 47,868% merupakan faktor lain yang tidak tercakup dalam hasil analisis faktor misalnya karakteristik dari konsumen itu sendiri, lingkungan sosial, budaya, ekonomi, politik dan faktor- faktor lain.

Empat faktor yang dihasilkan merupakan kumpulan dari variabel- variabel yang merupakan unsur pembentuk faktor tersebut. Penamaan masing-masing faktor yang dipertimbangkan oleh konsumen kacang mete di pasar tradisional di Kabupaten Wonogiri didasarkan pada variabel-variabel yang menyusun faktor tersebut. Setelah diketahui empat faktor yang sesuai untuk menyederhanakan ke-13 variabel penelitian yang diteliti, maka dari analisis data dengan menggunakan SPSS 17 diperoleh tabel rotated component matrix. Tabel tersebut menunjukkan distribusi ke-13 variabel pada empat faktor yang terbentuk. Angka-angka yang terdapat pada tabel rotated component matrix adalah factor loading yang menunjukkan besarnya korelasi antara suatu variabel dengan masing-masing faktor yang terbentuk. Factor loading memberikan informasi tentang variabel mana yang berkorelasi signifikan dengan faktor tertentu. Informasi ini selanjutnya digunakan untuk menginterpretasikan faktor secara subyektif. Proses penentuan faktor dilakukan dengan melakukan perbandingan besarnya korelasi setiap baris dengan melihat besar nilai korelasi yang lebih besar dari 0,5.

commit to user

74

Factor loading dari ke-13 variabel tersebut selanjutnya dirotasikan dengan metode varimax, yaitu metode rotasi oethogonal (sudut putar 90 o ) yang menyederhanakan kolom dari matrik faktor agar hanya didapat satu faktor loading tertinggi untuk tiap-tiap variabel. Nilai faktor loading yang telah dirotasi dapat dilihat pada Tabel 32. Tabel 32. Nilai Factor Loading untuk Tiap-tiap Variabel

Faktor

Nama Faktor

Proporsi

Varian

Variabel yang Terlibat

pada Faktor Inti

Nilai Korelasi

Eigen value

1 Tempat

17,746%

Ketersediaan kacang mete

0,621

2,307

Kenyamanan pasar

0,695

Pelayanan pasar

0,332

Kebersihan pasar

0,711

Keamanan pasar

Kandungan gizi

Kesesuaian harga

Pengalaman pembelian

Sumber : Analisis Data Primer Tahun 2012 Tabel 32. menunjukkan bahwa dari hasil analisis faktor terdapat 4 faktor yang dipertimbangkan konsumen dalam membeli kacang mete di pasar tradisional di Kabupaten Wonogiri dengan variabel-variabel yang terkandung di dalamnya. Faktor dengan total varian tertinggi merupakan faktor yang paling dominan. Sehingga jika diurutkan menurut total variannya, faktor tempat menempati urutan pertama yaitu dengan total varian sebesar 17,746%, kemudian urutan kedua adalah faktor produk dengan total varian sebesar 14,914%, urutan selanjutnya yaitu faktor promosi dengan total varian sebesar 11,337%, dan yang terakhir adalah faktor harga dengan total varian 8,136%. Hal tersebut membuktikan bahwa hipotesis pertama diterima, karena faktor bauran pemasan dipertimbangkan dalam keputusan pembelian kacang mete di pasar tradisional di Kabupaten Wonogiri.

Pada tabel tersebut juga menunjukkan variabel-variabel yang dominan dipertimbangkan konsumen dalam pembelian kacang mete pada masing- masing faktor. Variabel yang dominan dipertimbangkan konsumen memiliki

commit to user

75

nilai faktor loading yang tertinggi pada masing-masing faktor. Variabel yang paling dipertimbangkan konsumen pada faktor tempat adalah variabel kebersihan pasar yaitu sebesar 0,711, variabel yang paling dipertimbangkan konsumen pada faktor produk adalah variabel rasa yaitu sebesar 0,722, variabel yang paling dipertimbangkan konsumen pada faktor promosi adalah variabel kesesuaian harga dengan mutu kacang mete yaitu sebesar 0,696, dan variabel yang paling dipertimbangkan konsumen pada faktor harga adalah variabel harga yaitu sebesar 0,597. Sebelum dianalisis variabel kesesuaian harga termasuk dalam faktor harga, tetapi setelah dianalisis variabel kesesuaian harga termasuk ke dalam faktor promosi. Hal ini dikarenakan kesesuaian harga kacang mete mengandung unsur promosi dalam penjualan kacang mete di pasar tradisional di Kabupaten Wonogiri.

Hipotesis kedua menyebutkan bahwa variabel yang dominan dari faktor produk adalah variabel rasa, dari faktor harga adalah variabel harga, dari faktor promosi adalah variabel potongan harga, dan faktor tempat adalah variabel kebersihan pasar. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa hipotesis kedua ditolak , karena variabel potongan harga bukan merupakan variabel yang dominan dari faktor promosi yang dipertimbangkan konsumen.

D. Perilaku Konsumen dalam Proses Pengambilan Keputusan Pembelian Kacang Mete di Pasar Tradisional Kabupaten Wonogiri

Studi mengenai perilaku konsumen akan menjadi dasar yang sangat penting dalam pemasaran dan memainkan peranan penting dalam merancang kebijakan publik. Bagi penguasa bidang ekonomi, suatu negara memerlukan kajian ini untuk merumuskan kebijakannya dalam kerangka perlindungan konsumen (Setiadi, 2010). Perilaku beli konsumen kacang mete di Pasar Kota Wonogiri, Pasar Kecamatan Ngadirojo, dan Pasar Kecamatan Jatisrono yang diteliti meliputi alasan responden berbelanja di pasar tradisional, alasan responden membeli kacang mete, frekuensi pembelian kacang mete, jumlah pembelian kacang mete, dan faktor bauran pemasaran dalam penjualan

commit to user

76

kacang mete di pasar tradisional, yaitu faktor tempat, produk, promosi, dan harga.

1. Alasan Responden Berbelanja di Pasar Tradisional

Responden memiliki alasan yang berbeda-beda dalam melakukan kegiatan berbelanja di pasar tradisional. Perilaku beli konsumen di Pasar Kota Wonogiri, Pasar Kecamatan Ngadirojo, dan Pasar Kecamatan Jatisrono menurut alasan responden berbelanja dapat dilihat pada Tabel 33. Tabel 33. Perilaku Beli Konsumen menurut Alasan Responden Berbelanja

di Pasar Tradisional

Alasan Konsumen

Responden (orang)

Presentase (%) Strategis

25 26,04 Dekat dengan rumah

35 36,46 Harga lebih murah

19 19,79 Pelayanan pedagang

2 2,08 Langganan

13 13,55 Dekat dengan tempat kerja

Sumber: Analisis Data Primer Tahun 2012 Tabel 33. menunjukkan bahwa responden di Pasar Kota Wonogiri, Pasar Kecamatan Ngadirojo, dan Pasar Kecamatan Jatisrono memiliki alasan yang beragam dalam berbelanja di pasar tradisional. Alasan terbanyak yang diberikan responden dalam berbelanja di pasar tradisional tersebut adalah karena dekat dengan rumah, sebanyak 35 orang (36,46%). Pasar tradisional yang dekat dari rumah memudahkan responden untuk mencapainya, baik dengan berjalan kaki, menggunakan kendaraan pribadi, maupun menggunakan angkutan umum. Selain itu, responden dapat menghemat biaya transportasi dan waktu perjalanan yang sebentar sehingga responden tetap dapat melakukan kewajiban lain seperti bekerja dan melakukan pekerjaan rumah tangga.

2. Alasan Responden dalam Membeli Kacang Mete

Responden memiliki alasan yang berbeda satu dengan yang lainnya dalam mengkonsumsi kacang mete. Hal ini dapat disebabkan karena adanya kebutuhan responden dalam mengkonsumsi kacang mete. Perilaku beli konsumen di Pasar Kota Wonogiri, Pasar Kecamatan Ngadirojo, dan

commit to user

77

Pasar Kecamatan Jatisrono menurut alasan responden dalam membeli kacang mete dapat dilihat pada Tabel 34. Tabel 34. Perilaku Beli Konsumen menurut Alasan Responden Membeli

Kacang Mete

Alasan Konsumen

Responden (orang)

Presentase (%) Camilan

7 7,29 Acara keluarga

32 33,33 Hari raya

23 23,96 Hajatan

22 22,92 Pengajian

10 10,42 Menjamu tamu

Sumber: Analisis Data Primer Tahun 2012 Tabel 34. menunjukkan bahwa responden di Pasar Kota Wonogiri, Pasar Kecamatan Ngadirojo, dan Pasar Kecamatan Jatisrono memiliki alasan yang beragam dalam membeli kacang mete. Sebagian besar responden membeli kacang mete karena adanya acara keluarga, yaitu sebanyak 32 orang (33,33%). Hal ini dikarenakan sebagian besar responden menjadikan kacang mete sebagai makanan ringan yang disajikan dalam acara keluarga. Tidak banyak responden yang mengkonsumsi kacang mete untuk camilan sehari-hari karena dihkawatirkan dengan mengkonsumsi kacang mete sebagai camilan akan mempengaruhi kesehatan konsumen.

3. Frekuensi Pembelian Kacang Mete

Perilaku beli konsumen di Pasar Kota Wonogiri, Pasar Kecamatan Ngadirojo, dan Pasar Kecamatan Jatisrono menurut frekuensi pembelian kacang mete dapat dilihat pada Tabel 35. Tabel 35. Perilaku Beli Konsumen menurut Frekuensi Pembelian Kacang

Mete

Frekuensi Pembelian dalam 3

Bulan (kali)

Sumber: Analisis Data Primer Tahun 2012 Tabel 35. menunjukkan bahwa frakuensi pembelian kacang mete yang paling banyak dilakukan oleh responden adalah 1 kali dalam 3 bulan,

commit to user

78

yaitu sebanyak 57 orang (59,38%). Dalam penelitian, frekuensi pembelian dicatat dalam 3 bulan karena kacang mete belum menjadi konsumsi harian dan hanya dikonsumsi pada saat ada acara keluarga atau menjadi sajian di acara-acara tertentu. Sehingga, selain rasanya yang enak, menyajikan kacang mete dapat menjadi kebanggaan bagi konsumen karena harga kacang mete yang lebih mahal dari kacang tanah yang biasa disajikan dalam sebuah acara.

4. Jumlah Pembelian Kacang Mete

Jumlah pembelian kacang mete dapat berkaitan dengan jumlah anggota keluarga responden dan kebutuhan responden. Perilaku beli konsumen di Pasar Kota Wonogiri, Pasar Kecamatan Ngadirojo, dan Pasar Kecamatan Jatisrono menurut jumlah pembelian kacang mete dapat dilihat pada Tabel 36. Tabel 36. Perilaku Beli Konsumen menurut Jumlah Kacang Mete dalam

Setiap Pembelian

Jumlah dalam Setiap

Pembelian (Kg)

96 100 Sumber: Analisis Data Primer Tahun 2012

Tabel 36. menunjukkan bahwa jumlah pembelian kacang mete yang paling banyak adalah 2 kg dalam setiap kali pembelian, yaitu sebanyak 42 orang (43,75%). Pembelian kacang mete untuk konsumsi keluarga, responden menyesuaikan jumlah kacang mete yang dibeli dengan banyaknya jumlah anggota keluarga responden yang mengkonsumsi kacang mete. Selain itu, untuk sajian dalam sebuah acara yang akan diadakan, jumlah kacang mete yang dibeli disesuaikan dengan jumlah tamu yang akan datang. Semakin banyak jumlah anggota keluarga atau jumlah tamu yang mengkonsumsi kacang mete, maka jumlah pembelian juga akan semakin banyak karena menyesuaikan kebutuhan responden tersebut. Jumlah pembelian kacang mete sebanyak 2 kg sudah

commit to user

79

cukup untuk memenuhi konsumsi dalam sebuah acara, seperti acara keluarga atau saat hari raya. Kacang mete sebanyak 2 kg sudah memenuhi kebutuhan unruk suatu acara karena kacang mete biasanya dikemas dalam kemasan kecil sehingga dalam 1 kg dapat menghasilkan 70 kemasan kecil kacang mete atau lebih sesuai dengan keinginan konsumen.

5. Korelasi antara Bauran Pemasaran dengan Keputusan Pembelian Kacang Mete di Pasar Tradisional Kabupaten Wonogiri Menurut Simamora (2005), analisis faktor dapat digunakan untuk mengidentifikasikan

struktur

hubungan

antarvariabel ataupun antarresponden

antarvariabel atau antarresponden. Berdasarkan hasil penelitian tentang analisis perilaku konsumen dalam pembelian kacang mete di pasar tradisional Kabupaten Wonogiri, diketahui bahwa dalam proses pengambilan keputusan pembelian mempertimbangkan faktor bauran pemasaran. Pada penelitian ini,

bahwa konsumen mempertimbangkan empat faktor bauran pemasaran yaitu faktor tempat, faktor produk, faktor harga, dan faktor promosi bauran pemasaran dalam proses pengambilan keputusan konsumen dalam pemembelian kacang mete di pasar tradisional Kabupaten Wonogiri.

a. Faktor Tempat

Nilai factor loading dari variabel tempat yang telah dirotasi dapat dilihat pada Tabel 37. Tabel 33. Nilai Factor Loading untuk Variabel Tempat

Nama Faktor Inti

Variabel yang Terlibat pada Faktor

Inti

Nilai Korelasi

Tempat

Ketersediaan kacang mete

0,621

Kenyamanan pasar

0,695

Pelayanan pasar

0,332

Kebersihan pasar

0,711

Keamanan pasar

0,549

Sumber : Analisis Data Primer Tahun 2012

Faktor tempat merupakan faktor utama yang dipertimbangkan responden dalam membeli kacang mete di Pasar Kota Wonogiri, Pasar Kecamatan Ngadirojo, dan Pasar Kecamatan Jatisrono. Tabel 37.

commit to user

80

menunjukkan variabel yang terdapat pada faktor tempat adalah variabel ketersediaan kacang mete, kenyamanan pasar, pelayanan pasar, kebersihan pasar, dan keamanan pasar.

Berdasarkan Tabel 37. variabel pertama atau variabel yang paling dominan dipertimbangkan konsumen pada faktor tempat adalah variabel kebersihan pasar dengan factor loading sebesar 0,711. Konsemen pada umumnya menyukai berbelanja di pasar tradisional yang bersih. Sebagian besar konsumen menyatakan bahwa Pasar Kota Wonogiri, Pasar Kecamatan Ngadirojo, dan Pasar Kecamatan Jatisrono termasuk pasar yang bersih. Kebersihan pasar tersebut dapat tercipta dengan adanya kesadaran para penjual untuk selalu menjaga kebersihan tempat berjualannya, kesadaran konsumen juga sangat penting karena konsumen harus ikut membantu menjaga kebersihan pasar tradisional dengan membuang sampah pada tempat sampah yang telah banyak disediakan di pasar, selain itu petugas kebersihan pasar yang secara tertib dan teratur membersihkan area pasar dari sampah-sampah yang ada dan mengangkut sampah dari tempat sampah ke dalam penampungan yang kemudian diangkut oleh petugas kebersihan ke pembuangan akhir.

Variabel kedua yang dipertimbangkan konsumen pada faktor tempat adalah variabel kenyamanan pasar dengan factor loading 0,695. Hal ini menunjukkan bahwa konsumen menyukai suasana pasar tradisional yang nyaman. Kenyamanan pasar (penataan produk di pasar) dapat dirasakan oleh konsumen karena penataan tempat berdagang yang disesuaikan dengan jenis produk yang dijual sehingga menciptakan keteraturan di dalam pasar. Penataan tempat ini juga membantu mempermudah dalam menjaga kebersihan pasar karena sampah-sampah dari berbagai jenis produk tidak bercampur, sehingga kenyamanan pasar dapat terjamin. Selain itu, tidak banyak pengamen dan pedagang asongan yang berkeliling sehingga tidak mengganggu konsumen dalam berbelanja.

commit to user

81

Variabel ketiga yang dipertimbangkan konsumen pada faktor tempat adalah variabel ketersediaan kacang mete dengan factor loading sebesar 0,621. Ketersediaan kacang mete di pasar tradisional di Kabupaten Wonogiri dipertimbangkan oleh konsumen karena ketersediaan dan kemudahan dalam mendapatkan kacang mete yang lebih terjamin dibandingkan di tempat lain seperti di pasar modern.

Variabel keempat yang dipertimbangkan oleh konsumen pada faktor tempat adalah variabel keamanan pasar dengan factor loading sebesar 0,549. Keamanan pasar dipetimbangkan konsumen karena pada umumnya konsumen memilih berbelanja di pasar tradisional yang aman. Pasar Kota Wonogiri, Pasar Kecamatan Ngadirojo, dan Pasar Kecamatan Jatisrono adalah pasar tradisional yang aman jarang terjadi tindak kejahatan seperti pencurian, perampokan, atau tindak kejahatan lainnya. Selain itu, terdapat petugas keamanan (satpam) untuk menjaga keamanan di tradisional tersebut, serta di dekat pasar terdapat pos polisi yang menjaga keamanan lingkungan di sekitar pasar yang ramai.

Variabel pelayanan pasar (pedagang) merupakan variabel dengan factor loading di bawah 0,5 (factor loading 0,332), sehingga variabel tersebut dianggap hampir tidak dipertimbangkan oleh konsumen dalam kegiatan pembelian kacang mete. Hal ini dikarenakan pelayanan pedagang di Pasar Kota Wonogiri, Pasar Kecamatan Ngadirojo, dan Pasar Kecamatan Jatisrono menurut konsumen cukup baik dan memuaskan seperti halnya pelayanan di pasar tradisional lainnya yang berada di Kabupaten Wonogiri. Pelayanan yang diberikan pedagang adalah keramahan pedagang kepada konsumen. Menurut Rao dan Monroe dalam Yoo, et.al., (2000), toko dengan citra yang baik akan lebih menarik perhatian dan kunjungan dari konsumen potensial. Pada beberapa toko menyediakan kepuasan konsumen yang lebih besar dan mendorong komunikasi dari mulut ke mulut secara aktif dan positif diantara para konsumen.

commit to user

82

b. Faktor Produk

Nilai faktor loading dari variabel produk yang telah dirotasi dapat dilihat pada Tabel 38. Tabel 38. Nilai Factor Loading untuk Variabel Produk

Nama Faktor Inti

Variabel yang Terlibat pada Faktor

Inti

Nilai Korelasi

Produk

Kandungan gizi

Sumber : Analisis Data Primer Tahun 2012

Faktor produk merupakan faktor kedua yang dipertimbangkan konsumen dalam membeli kacang mete di Pasar Kota Wonogiri, Pasar Kecamatan Ngadirojo, dan Pasar Kecamatan Jatisrono. Variabel yang terdapat pada faktor produk adalah variabel kandungan gizi, keutuhan, warna, dan rasa kacang mete. Berdasarkan Tabel 38. variabel pertama atau variabel yang paling dominan dipertimbangkan konsumen pada faktor produk adalah variabel rasa kacang mete dengan factor loading sebesar 0,722. Sebagian besar konsumen menyatakan bahwa kacang mete memiliki rasa yang khas sehingga menjadi daya tarik utama. Rasa kacang mete Wonogiri dikenal lebih gurih daripada rasa kacang mete dari Sumbawa, karena getah yang terkandung dalam kacang mete Sumbawa lebih banyak dari kacang mete Wonogiri, sehingga saat dimakan menjadi lebih ulet. Konsumen akan memilih rasa kacang mete sesuai dengan selera masing-masing konsumen, kacang mete yang pernah dikonsumsi akan mempengaruhi keputusan pembelian. Rasa kacang mete dipengaruhi oleh bumbu dan proses menggoreng, bumbu yang kabanyakan garam ata bawang putih membuat kacang mete menjadi lebih asin atau terasa sedikit pahit. Hal ini mempengaruhi selera konsumen sehingga mempertimbangkan rasa kacang mete yang ditawarkan oleh pedagang. Selain itu, lama penyimpanan kacang mete juga mempengaruhi rasanya, kacang mete yang sudah lama akan memiliki bau yang tengik, sehingga ketersediaan kacang mete yang

commit to user

83

baru juga dapat mempengaruhi selera konsumen tentang rasa kacang mete.

Variabel kedua yang dipertimbangkan konsumen pada faktor produk adalah variabel warna kacang mete dengan factor loading sebesar 0,702. Warna kacang mete merupakan faktor yang penting karena mempengaruhi penampilan kacang mete dan kepuasan konsumen. Konsumen lebih menyukai kacang mete yang berwarna kuning keemasan daripada masih berwarna putih atau sudah berwarna cokelat. Kacang mete yang berwarna putih dinilai kurang matang, sedangkan yang berwarna cokelat dinilai terlalu matang sehingga mengurangi kenikmatannya.

Variabel ketiga yang dipertimbangkan konsumen pada faktor produk adalah variabel keutuhan kacang mete dengan factor loading sebesar 0,672. Selain variabel warna, keutuhan kacang mete juga mempengaruhi penampilan kacang mete dan kepuasan konsumen. Keutuhan kacang mete juga berpengaruh pada harga jual kacang mete tersebut. Dalam satu kemasan, kacang mete yang utuh dan besar atau sering disebut dengan kacang mete kualitas super dijual dengah harga yang lebih tinggi daripada dalam satu kemasan terdapat kacang mete yang utuh, belah dan pecah. Beberapa pedagang mensiasati keutuhan kacang mete dengan menempelkan kacang mete belah dengan tepung kanji sehingga terlihat utuh. Akan tetapi hal tersebut akan mengurangi kenikmatan kacang mete dan kepusan konsumen, sehingga konsumen akan berhati-hati dalam memilih kacang mete yang akan dibelinya.

Variabel keempat yang dipertimbangkan konsumen pada faktor produk adalah variabel kandungan gizi kacang mete dengan factor loading sebesar 0,546. Kandungan gizi yang yang dimaksud adalah kandungan karbohidrat, protein, dan lemak. Kandungan karbohidrat, protein, dan lemak kacang mete yang tinggi dapat memenuhi kebutuhan protein dan lemak yang diperlukan tubuh. Kandungan lemak pada kacang mete merupakan lemak tak jenuh yang merupakan lemak baik

commit to user

84

bagi tubuh. Akan tetapi, sebaiknya kacang mete dikonsumsi dalam batas wajar (tidak kebanyakan) karena akan berpengaruh pada kesehatan tubuh.

Menurut Carol O’Neil dalam Satriani (2012), mengungkapkan bahwa orang-orang yang mengkonsumsi beragam jenis kacang seperti almond, kacang mete, dan kacang kenari menunjukkan berat badan, body mass index (BMI), dan lingkar pinggang yang lebih rendah ketimbang mereka yang tidak mengkonsumsi kacang-kacangan tersebut. Para pengkonsumsi kacang ini juga berisiko lebih rendah terkena penyakit jantung, diabetes tipe 2, dan sindrom metabolisme. Para ahli merekomendasikan konsumsi 1,5 ons kacang per hari, atau tiga sendok makan kacang-kacangan sebagai bagian dari diet sehat.

c. Faktor Promosi

Nilai factor loading dari variabel promosi yang telah dirotasi dapat dilihat pada Tabel 39. Tabel 39. Nilai Factor Loading untuk Variabel Promosi

Nama Faktor Inti

Variabel yang Terlibat pada Faktor Inti

Nilai Korelasi

Promosi

Kesesuaian harga

Pengalaman pembelian

0,681

Sumber : Analisis Data Primer Tahun 2012

Faktor promosi merupakan faktor ketiga yang dipertimbangkan konsumen dalam membeli kacang mete di Pasar Kota Wonogiri, Pasar Kecamatan Ngadirojo, dan Pasar Kecamatan Jatisrono. Variabel yang terdapat pada faktor promosi adalah variabel kesesuaian harga, promosi penjualan, potongan harga, dan pengalaman pembelian kacang mete. Berdasarkan Tabel 39. variabel pertama atau variabel yang paling dominan dipertimbangkan konsumen pada faktor promosi adalah variabel kesesuaian haga kacang mete dengan factor loading sebesar 0,696. Kesesuain harga dengan mutu kacang mete menjadi variabel dari faktor promosi yang penting bagi konsumen karena harga kacang mete merupakan cerminan dari mutu kacang mete yang dijual. Konsumen

commit to user

85

akan memilih harga yang sedikit lebih tinggi dengan mutu kacang mete yang bagus daripada harga yang murah tetapi mutu kacang mete kurang bagus, karena hal tersebut akan berpengaruh pada kepuasan konsumen.

Variabel kedua yang dipertimbangkan konsumen pada faktor promosi adalah variabel pengalaman pembelian kacang mete dengan factor loading sebesar 0,681. Pengalaman pembelian oleh konsumen penting dalam proses keputusan pembelian kacang mete di pasar tradisional. Pengalaman pembelian ini dipertimbangkan karena konsumen ingin mendapatkan kacang mete dengan mutu yang baik dan sesuai dengan seleranya. Tidak jarang konsumen merasa tertipu karena pedagang mencampur kacang mete bermutu baik dengan kacang mete yang kurang bagus, atau kacang mete belah dilem menggunakan tepung kanji sehingga terlihat utuh. Hal tersebut membuat konsumen lebih hati- hati dan cermat dalam membeli kacang mete.

Variabel ketiga yang dipertimbangkan konsumen pada faktor promosi adalah variabel promosi penjualan kacang mete dengan factor loading sebesar 0,524. Terdapat beberapa promosi dalam penjualan kacang mete, yaitu promosi dari mulut ke mulut yang dilakukan konsumen satu kepada konsumen yang lainnya, kemasan kacang mete yang menggunakan label, dan adanya beberapa artikel di surat kabar lokal mengenai kacang mete yang di jual di salah satu kios pasar tradisional.

Menurut undang-undang no. 7 tahun 1996 tentang pangan, label pangan adalah setiap keterangan mengenai pangan yang berbentuk gambar, tulisan, kombinasi keduanya, atau bentuk lain yang disertakan pada pangan, dimasukkan ke dalam, ditempelkan pada, atau merupakan bagian kemasan pangan. Sekuang-kurangnya dalam label memuat: a) nama produk, b) bahan yang digunakan, c) berat atau isi besih, d) nama dan alamat produsen, e) keterangan halal, f) tanggal, bulan dan tahun kadaluwarsa. Namun selain hal tersebut pemerintah dapat menetapkan keterangan lain yang dapat dicantumkan dalam label, mengenai tata

commit to user

86

cara penggunaan, kandungan gizi pangan, ataupun efek samping pangan bagi kelompok masyarakat tertentu, seperti lanjut usia, pengidap penyakit tertentu, atau mereka yang sedang menjalani program diet.

d. Faktor Harga Nilai faktor loading dari variabel promosi yang telah dirotasi dapat dilihat pada Tabel 40. Tabel 40. Nilai Factor Loading untuk Variabel Promosi

Nama Faktor Inti

Variabel yang Terlibat pada Faktor

Inti

Nilai Korelasi Harga

Harga 0,597 Sumber : Analisis Data Primer Tahun 2012

Faktor terakhir yang dipertimbangkan konsumen dalam pembelian kacang mete di Pasar Kota Wonogiri, Pasar Kecamatan Ngadirojo, dan Pasar Kecamatan Jatisrono adalah faktor harga. Menurut Wahyudi dalam Darmayanti (2009), untuk meningkatkan citra produk dapat dilakukan dengan menggunakan strategi harga yang tepat, karena terdapat hubungan positif antara tingkat harga dengan kualitas merek persepsian. Hal ini menyebabkan semakin tinggi nilai yang dipersepsikan terhadap suatu produk maka akan semakin tinggi pula kemungkinan seseorang untuk membeli produk. Oleh karena itu, harga menjadi faktor yang terakhir dipertimbangkan oleh konsumen. Faktor harga terdiri dari variabel harga dengan factor loading sebesar 0,597. Variabel harga dipertimbangkan oleh konsumen dalam membeli kacang mete di pasar tradisional di Kabupaten Wonogiri. Walaupun harga kacang mete tergolong tinggi dibandingkan dengan harga kacang- kacangan yang lain, tetapi harga kacang mete di pasar tradisional cenderung lebih murah dibandingkan harga kacang mete yang dijual di toko oleh-oleh di luar pasar tradisional. Perbedaan harga kacang mete di pasar tradisional dengan harga di luar pasar tradisional tidak mempengaruhi mutu kacang mete yang dijual.

Pada saat penelitian terdapat perbedaan harga kacang mete di pasar tradisional Kabupaten Wonogiri. Harga kacang mete di pasar

commit to user

87

tradisional Kabupaten Wonogiri termasuk dalam harga yang wajar karena Kabupaten Wonogiri merupakan daerah produksi kacang mete, selain itu harga kacang mete pada setiap pasar tradisional tidak jauh berbeda. Setiap pedagang kacang mete di Pasar Kota Wonogiri, Pasar Kecamatan Ngadirojo, dan Pasar Kecamatan Jatisrono memiliki harga jual yang berbeda-beda. Harga kacang mete yang tertinggi adalah Rp 85.000 dan terendah adalah Rp 65.000, dengan fluktuasi harga kacang mete mencapai Rp 20.000. Hal ini dipengaruhi oleh waktu pembelian dan tempat pembelian kacang mete. Waktu pembelian kacang mete berpengaruh terhadap harga, saat penelitian dimulai adalah setelah Hari Raya Idul Fitri sehingga harga kacang mete masih tinggi karena masih banyak konsumen yang membeli kacang mete dan belum musim panen kacang mete, akan tetapi harga kacang mete berangsur- angsur turun. Turunnya harga mete ini dipengaruhi dengan semakin berkurangnya konsumen yang membeli kacang mete dan musim panen kacang mete telah dimulai. Tempat pembelian kacang mete juga berpengaruh terhadap harga, kacang mete yang dijual di Pasar Kota Wonogiri memiliki harga yang lebih tinggi daripada harga kacang mete di Pasar Kecamatan Ngadirijo dan Pasar Kecamatan Jatisrono. Pasar Kota Wonogiri berada jauh dari daerah produksi kacang mete sehingga memerlukan biaya distribusi yang lebih besar dari Pasar Kecamatan Ngadirojo dan Pasar Kecamatan Jatisrono yang berada di dekat daerah produksi kacang mete.