METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Dasar Penelitian

Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis, yaitu penelitian yang memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada masa sekarang, pada masalah-masalah aktual. Data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis, karena itu metode ini sering disebut metode analisis (Surakhmad, 1994). Teknik penelitian yang digunakan adalah penelitian survei. Penelitian survei adalah pengumpulan data dari individu dari suatu populasi dalam jangka waktu tertentu dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data (Singarimbun dan Effendi, 1995).

B. Metode Pengumpulan Data

1. Metode Penentuan Daerah dan Lokasi Penelitian Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive), yaitu sesuai dengan tujuan penelitian, sehingga daerah penelitian yang diambil adalah Kabupaten Wonogiri. Peneliti memilih Kabupaten Wonogiri sebagai daerah penelitian dengan pertimbangan karena Kabupaten Wonogiri memiliki produksi jambu mete yang besar sehingga ketersediaan kacang mete dari Kabupaten Wonogiri banyak dan selalu terjaga. Hal ini mempengaruhi permintaan konsumen dalam membeli kacang mete yang semakin meningkat.

Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive), yaitu di pasar tradisional di Kabupaten Wonogiri. Pasar tradisional tersebut terdapat di masing-masing Kecamatan di Kabupaten Wonogiri. Peneliti memilih pasar tradisional di Kabupaten Wonogiri sebagai lokasi penelitian dengan pertimbangan masyarakat Kabupaten Wonogiri umumnya membeli kacang mete di pasar tradisional karena pasar modern yang terdapat di Kabupaten Wonogiri hanya menjual kacang mete pada saat menjelang hari raya Idul Fitri, sehingga konsumen tidak selalu dapat membeli kacang

commit to user

mete di pasar modern yang terdapat di Kabupaten Wonogiri. Pasar tradisional tersebut terdapat di masing-masing Kecamatan di Kabupaten Wonogiri.

Pasar tradisional yang dipilih sebagai lokasi penelitian adalah pasar Kota Wonogiri, pasar Kecamatan Ngadirojo, dan pasar Kecamatan Jatisrono. Ketiga pasar tradisional tersebut dipilih karena berada di lokasi yang strategis, yaitu dekat dengan jalan raya dan terminal angkutan umum atau bus. Selain itu, ketiga pasar tradisional tersebut berada di dekat sentra produksi mete yang berada di Kecamatan Jatisrono. Masyarakat Kabupaten Wonogiri lebih cenderung berbelanja di pasar tradisional daripada di pasar modern, dan kebiasaan ini sudah membudaya di Kabupaten Wonogiri. Seperti yang dikemukakan oleh Kotler (1999), bahwa budaya merupakan salah satu yang mempengaruhi perilaku konsumen.

2. Metode Penentuan Sampel Responden Sampel responden yang digunakan dalam penelitian adalah sampel konsumen kacang mete di pasar tradisional Kabupaten Wonogiri. Menurut Slamet (2001), pengambilan sampel untuk besarnya populasi yang tidak diketahui, besarnya sampel dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

n = (Z) 2 p.q

(SE) 2

Dimana: n

= besarnya sampel yang akan ditarik

= besarnya satuan standar deviasi p dan q = proporsi sub-sub sampel SE

= standar error Untuk menerapkan rumus di atas, confident interval ditentukan sebesar 95%, maka besarnya Z = 1,96. Bila besarnya proporsi pada sub- sub sampel ditentukan p : q = 0,5 : 0,5 dan SE = ± 10% maka:

n = (1,96) 2 0,5 (0,5)

(10) 2

= 96,4

= 96 (dibulatkan)

commit to user

Jumlah sampel yang akan dijadikan responden dalam penelitian ini adalah 96 responden yang tersebar di tiga wilayah lokasi pasar tradisional di Kabupaten Wonogiri. Penyebaran kuesioner ataupun wawancara dilakukan terhadap setiap konsumen di Pasar Kota Wonogiri, Pasar Kecamatan Ngadirojo, dan Pasar Kecamatan Jatisrono yang membeli kacang mete dan berkenan untuk diwawancarai tanpa menetapkan ketentuan atau karakteristik tertentu dari konsumen tersebut. Penelitian ini menggunakan quota sampling, jumlah responden dibagi pada masing- masing pasar tradisional adalah pada pasar tradisional Kecamatan Wonogiri adalah 32 responden, pasar tradisional Kecamatan Nadirojo adalah 32 responden, dan pada pasar Kecamatan Jatisrono adalah 32 responden. Quota sampling digunakan karena jumlah populasi konsumen kacang mete tidak diketahui. Menurut Supranto (2007), quota sampling digunakan untuk memastikan bahwa kelompok dalam populasi telah terwakili dengan berbagai karakteristik sampel sampai jumlah yang telah ditentukan. Menurut Kinnear dan Taylor (2006) dalam pengambilan sampel non-probabilitas, setiap unsur dalam populasi terpilih, sama sekali tidak memiliki kesempatan yang diketahui. Sehingga peneliti tidak dapat menghitung perbedaan nilai sampel dengan nilai populasi penarikan sampel yang timbul.

Metode penentuan sampel yang digunakan adalah accidental sampling . Metode accidental sampling yaitu pengambilan sampel dengan pertimbangan yang tidak dirancang pertemuannya terlebih dahulu (Arikunto, 2006). Accidental Sampling merupakan teknik pengambilan sampel berdasarkan kebetulan yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti (mudah ditemui) bisa dijadikan sampel bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data (Sugiyono, 2005). Metode tersebut digunakan karena populasi dari responden tidak dapat diketahui jumlahnya dan tidak ada kerangka sampel yang dapat dibuat. Beberapa sampel yang dipilih diharapkan dapat memberikan informasi berdasarkan pertimbangan yaitu responden yang dipilih adalah responden yang membeli kacang mete di pasar tradisional Kabupaten Wonogiri.

commit to user

C. Jenis dan Sumber Data

1. Data Primer Data primer adalah data yang diambil secara langsung dari responden yang membeli kacang mete di pasar tradisional Kabupaten Wonogiri, data primer digunakan untuk analisis faktor-faktor yang dipertimbangkan konsumen dalam pengambilan keputusan pembelian kacang mete di pasar tradisional Kabupaten Wonogiri. Data primer diperoleh melalui wawancara, kuisioner, dan observasi. Sumber data primer adalah konsumen kacang mete di pasar tradisional Kabupaten Wonogiri yaitu Pasar Kota Wonogiri, Pasar Kecamatan Ngadirojo, dan Pasar Kecamatan Jatisrono.

2. Data Sekunder Data sekunder merupakan data jadi yang diperoleh dengan cara mengutip data laporan maupun dokumen dari instansi-instansi pemerintah atau lembaga-lembaga yang terkait dengan penelitian ini. Sumber data sekunder diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan Dinas Perindagkop dan UKM Kabupaten Wonogiri, serta pencarian melalui komputer secara on-line. Data sekunder dalam penelitian ini meliputi data keadaan umum daerah penelitian, keadaan perekonomian, keadaan penduduk dan data-data lain yang berkaitan dengan penelitian ini.

D. Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi Teknik ini dilakukan dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap obyek yang akan diteliti, sehingga didapatkan gambaran yang jelas mengenai keadaan daerah yang diteliti.

b. Wawancara Teknik ini digunakan untuk mendapatkan data primer dengan cara mengajukan pertanyaan kepada responden (konsumen kacang mete) dengan bantuan kuisioner yang telah dipersiapkan sebelumnya.

commit to user

c. Pencatatan Teknik ini dilakukan dengan cara mencatat data, baik data dari responden maupun data dan publikasi yang sudah ada pada lembaga- lembaga atau instansi-instansi yang terkait dengan permasalahan dalam penelitian.

E. Metode Analisis Data

1. Analisis Deskriptif Analisis dekriptif digunakan karena analisis ini dapat mendeskripsikan dan menjelaskan data hasil penelitian yang telah dikumpulkan. Analisis deskriptif digunakan untuk:

a. Mendeskripsikan karakteristik konsumen kacang mete di pasar tradisional Kabupaten Wonogiri.

b. Mendeskripsikan persepsi dan atau penilaian konsumen terhadap bauran pemasaran kacang mete di pasar tradisional Kabupaten Wonogiri.

c. Mendeskripsikan faktor-faktor yang dipertimbangkan dan variabel- variabel dominan yang dipertimbangkan konsumen dalam keputusan pembelian kacang mete di pasar tradisional Kabupaten Wonogiri

d. Mendeskripsikan perilaku konsumen dalam proses pengambilan keputusan pembelian kacang mete di pasar tradisional Kabupaten Wonogiri.

2. Pengukuran Variabel Perilaku merupakan variabel kualitatif, maka pengukuran variabel dalam penelitian ini memerlukan penyekalaan (scaling) untuk mengurangi subyektifitas responden. Skala yang dipakai adalah skala likert. Skala likert merupakan teknik pengukuran sikap yang paling luas digunakan dalam riset pemasaran. Skala ini memungkinkan responden untuk mengekspresikan intensitas perasaan mereka. Pertanyaan yang diberikan kepada responden adalah pertanyaan tertutup. Pilihan dibuat berjenjang mulai dari intensitas paling rendah hingga paling tinggi (Simamora, 2004). Dalam penelitian ini dibuat lima pilihan jawaban, maka untuk tidak bagus

commit to user

diberi skor 1, kurang bagus diberi skor 2, cukup diberi skor 3, bagus diberi skor 4, dan sangat bagus diberi skor 5.

3. Lebar Interval Lebar interval digunakan untuk mendeskripsikan indikator dari variabel-variabel bauran pemasaran termasuk dalam kategori-kategori yang telah ditentukan. Menurut Akbar dan Usman (2003) rumus lebar interval adalah:

Lebar interval =

Keterangan: Jangkauan

= nilai terbesar – nilai terkecil

Nilai terbesar = jumlah pertanyaan x skor tertinggi Nilai terkecil = jumlah pertanyaan x skor terendah

4. Analisis Faktor Metode analisis yang digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang dipertimbangkan konsumen dalam pengambilan keputusan pembelian digunakan analisis faktor. Analisis faktor menganalisis interaksi antar variabel. Semua variabel berstatus sama, tidak ada variabel independen yang menjadi prediktor bagi variabel independen. Analisis faktor digunakan untuk mengetahui faktor-faktor dominan dalam menjelaskan suatu masalah (Simamora, 2005). Analisis faktor dapat mengidentifikasi struktur dari hubungan antar variabel atau responden- responden dengan menguji korelasi antar variabel atau responden. Faktor bauran pemasaran dapat digambarkan sebagai kombinasi linier dari variabel yang diteliti, sebagai berikut:

F j =b j1 X s1 +b j2 X s2 +…+b jk X sk

Dimana:

F j = Skor faktor ke-j

b j = Koefisien skor faktor bauran pemasaran kacang mete yang

terbentuk

X sk = Variabel bauran pemasaran kacang mete yang telah distandarisasi Variabel bauran pemasaran yang diamati, terdiri dari:

commit to user

a. Faktor Produk

X 1 : kandungan gizi kacang mete

X 2 : keutuhan kacang mete

X 3 : warna kacang mete

X 4 : rasa kacang mete

b. Faktor Harga

X 5 : harga kacang mete

X 6 : kesesuaian harga kacang mete

c. Faktor Promosi

X 7 : promosi

X 8 : potongan harga

X 9 : pengalaman pembelian

d. Faktor Tempat

X 10 : jarak pasar

X 11 : lokasi pasar

X 12 : ketersediaan kacang mete

X 13 : kenyamanan pasar

X 14 : pelayanan pedagang

X 15 : kebersihan pasar

X 16 : keamanan pasar Pengolahan data yang diperoleh dari kuisioner kemudian diolah secara komputerisasi dengan analisis faktor menggunakan program SPSS. Hair et al. (1998) dalam Oktaviastui (2011) mengemukakan tahap-tahap dalam analisis faktor sebagai berikut:

a. Pengolahan matriks korelasi atas semua variabel. Pada tahap ini untuk memperoleh analisis faktor yang akurat, semua variabel harus berkorelasi. Uji statistik yang digunakan Measure of Sampling Adequacy (MSA).

b. Mencari dan meringkas variabel menjadi faktor-faktor inti. Prosedur ini dilakukan agar dapat meringkas informasi yang terkandung dalam variabel-variabel asli secara tepat. Faktor ditetapkan berdasarkan nilai

commit to user

eigenvalue , yaitu yang bernilai di atas 1. Eigenvalue menunjukkan varians yang dijelaskan oleh faktor. Dengan ini diketahui faktor-faktor yang dapat dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan pembelian.

c. Melakukan rotasi untuk penyelesaian akhir. Rotasi faktor diperlukan untuk menyederhanakan matrik faktor sehingga mudah untuk diinterpretasikan. Variabel dianggap paling penting jika memiliki loading tertinggi, sedangkan variabel lain dapat dimasukkan dalam faktor jika memiliki kriteria signifikan. Dengan cara ini diketahui variabel yang terkandung di dalam faktor variabel yang paling dipertimbangkan dalam keputusan pembelian.

d. Menguji tingkat signifikan dari faktor loading dan menamai faktor. Kriteria signifikan yang ditetapkan adalah signifikasi praktis dimana loading di atas 0,5 adalah signifikan secara praktis. Loading di atas 0,5 juga menunjukkan instrument yang digunakan untuk mengukur variabel valid. Sedangkan variabel dengan loading di bawah 0,5 menunjukkan bahwa variabel hampir tidak dipertimbangkan. Variabel dengan loading tertinggi dianggap lebih penting dan memiliki kontribusi terbesar untuk menamai faktor. Penamaan faktor bisa dilakukan dengan melihat variabel-variabel yang diwakili oleh faktor.

5. Analisis Variabel yang Dominan Dipertimbangkan oleh Konsumen

Untuk mengetahui variabel yang dominan dipertimbangkan oleh konsumen dalam keputusan membeli kacang mete di pasar tradisional di Kabupaten Wonogiri adalah dengan melihat faktor loading tertinggi dari suatu variabel. Cara ini merupakan bagian dari tahapan yang dilakukan dalam analisis faktor. Menurut Simamora (2005), faktor loading menunjukkan besarnya korelasi antara suatu variabel dengan faktor, dimana semakin besar nilai faktor loading maka suatu variabel dan faktor tersebut semakin dipertimbangkan konsumen dalam keputusan pembelian. Faktor loading dibatasi antara 0,5 sampai dengan 1. Semakin mendekati satu, semakin besar peranan variabel terhadap faktor.

commit to user

44