ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENANAMAN MODAL ASING DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERIODE 1986 2011

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENANAMAN MODAL ASING DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERIODE 1986 2011 SKRIPSI DIAJUKAN UNTUK MELENGKAPI SYARAT UNTUK MENCAPAI GELAR SARJANA EKONOMI JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA OLEH:

F0105038

H. LUKMAN ARIF FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi dengan judul:

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENANAMAN MODAL ASING DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERIODE 1986 2011

HALAMAN PENGESAHAN

Telah disetujui dan diterima dengan baik oleh tim penguji skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta guna memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan pada Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Surakarta, 22 Oktober 2012

Tim Penguji Skripsi

1. DRS. SUPRIYONO, M.Si NIP. 196002211986011001

Ketua

2. DRS. SUTANTO, M.Si NIP. 195611291986011001

( ……………………) Sekretaris

3. DR. AM SOESILO, M.S NIP. 195903281988031001

( ……………………) Anggota

MOTTO

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu terdapat kemudahan, maka apabila kami telah selesai (dari suatu urusan) kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan lain dan hanya Allah lah hendaknya kamu berharap. (Q.S. Al Insyirah: 6-8)

Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sampai mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. (Q.S. Ar Ra’d: 11)

Orang-orang yang sukses telah belajar membuat diri mereka melakukan hal yang harus dikerjakan ketika hal itu memang harus dikerjakan, entah mereka menyukainya atau tidak. (Copyright 2012 MutiaraCinta.Info)

Jadilah seperti karang di lautan yang kuat dihantam ombak dan kerjakanlah hal yang bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain, karena hidup hanyalah sekali. Ingat hanya pada Allah apapun dan di manapun kita berada kepada Dia-lah

tempat meminta dan memohon. (Copyright 2011-2012 Design By Dadang Herdiana)

Tidak ada masalah yang tidak bisa diselesaikan selama ada komitmen bersama untuk menyelesaikannya.

If you want something you’ve never had, you must be willing to do something you’ve never done. Success is a journey, not a destination.

Don’t look the book by it’s cover.

PERSEMBAHAN

Karya ini aku persembahkan kepada:

Allah SWT yang selalu memberikan anugerah, berkah, nikmat, dan karunia kepada kita semua sebagai umatnya.

Nabi Muhammad SAW yang selalu memberikan suri teladan bagi kita semua sebagai umatnya, serta doanya yang tidak pernah putus dari awal hingga akhir jaman kepada umatnya.

Ayah dan Ibuku tercinta, yang selalu mencurahkan segala perhatian dan kasih sayangnya tanpa mengenal lelah.

PT Kereta Api Indonesia (Persero) yang selalu komit dalam meningkatkan pelayanan dan kapasitas angkut baik KA penumpang maupun KA barang.

Redaksi MKA dan KATV Group yang selalu memberikan ilmu perkeretaapiannya baik dalam negeri maupun luar negeri setiap bulannya tanpa kenal lelah dan tak pernah kehabisan topik untuk diulasnya.

Kelompok pecinta kereta api seluruh belahan dunia yang selalu membantu memberikan kontribusinya terhadap dunia perkeretaapian tanpa lelah, tanpa pamrih.

Log Zhelebour Production yang selalu memberikan kontribusinya terhadap perkembangan musik rock & metal di Indonesia tanpa kenal lelah dan tahan banting dari segala perubahan trend musik.

My lovely brother yang selalu memberikan dorongan, semangat, dan kasih sayang.

All of my friends

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi mengenai “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penanaman Modal Asing di Daerah Istimewa Yogyakarta Periode 1986-2011”, sebagai tugas akhir guna memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Universitas Sebelas Maret Sukarta.

Disusunnya penelitian skripsi ini tidak lepas dari peran dan bantuan beberapa pihak dan sumber. Karena itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih dan apresiasi setinggi-tingginya kepada:

1. Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat dan karunia kepada kita semua.

2. Nabi Muhammad SAW yang selalu memberikan suri teladan bagi semua umat-umatnya hingga akhir jaman/dunia, serta safaatnya.

3. Pemimpin Fakultas : Dekan (Dr. Wisnu Untoro, M.S.), Pembantu Dekan I (Drs. Muh Agung Prabowo, M.S.i., AK), Pembantu Dekan II (Drs. Harmadi, M.M.), Pembantu Dekan III (Lukman Hakim, S.E., M.S.i). Terima kasih atas semua

berikan kepada mahasiswa-mahasiswi dalam menempuh pendidikan.

4. Senat : Ketua (Dr. Wisnu Untoro, M.S.), Sekretaris (Dr. Bandi, M.S.i, AK).

5. Jurusan Ekonomi Pembangunan : Ketua (Drs. Supriyono, M.S.i), Sekretaris (Izza Mafruhah, S.E., M.S.i.), Sekretaris Program Swadana Transfer (Drs. Sutanto, M.S.i).

6. Nurul Istiqomah, SE, M..Si., selaku pembimbing akademis yang telah memberikan bimbingan dan nasehat dalam proses pengambilan mata kuliah.

7. Dr. AM Soesilo, M.S. , selaku pembimbing skripsi yang selalu memberikan motivasi, bimbingan dan kontribusi yang berarti bagi penulis.

8. Bapak dan Ibu dosen pengajar beserta staff dan karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah banyak memberikan bekals ilmu, bimbingan, dan pelayanan bagi peneliti selama ini.

9. Ayah dan Ibunda tercinta, yang memberikan motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini.

10. Mas Ipung (Hoest), Mas Pipin, Mas Alma, dan Gilang, terima kasih atas ilmu yang kau berikan kepada saya sehingga penulis bisa tahu tentang permusikan di Indonesia dan Mancanegara. Serta bisa memainkan alat musik yang baik dan benar.

11. Bude Par dan keluarga, terima kasih atas bantuannya dalam mensupport saya, serta mencarikan saya tempat kost.

12. Pak Budi dan keluarga & Mas Agus dan keluarga, selaku pemilik tempat kost terima kasih atas memberikan saya tumpangannya selama saya ngekost.

13. Kawan-kawanku The Kost “Wisma Annisa” Pucang Sawit (Mas Bagyo, Mas Ipung/Indro, Mas Ginanjar, Mas Agung, Mas Khamem N, Mas Eko, Mas Gembos/Dody, Mas Fani, Mas Rahmat, Mas Kelly, Mas Zacky, Mas Ntik/Triyanto, Mas Heri/Noto, Putra, Khoirul, Kisworo, Rian, Farid, Iwan, Hafid, Anto, Kurnia, Krisna, Dede, Hendrik, Gery, Andriyanto, Amin, Edi, dll). Terima kasih atas suportnya, kebersamaannya selama ini.

14. Pak Pardi, Bu Mamik & keluarga, selaku pemilik warung makan terima kasih atas pelayanannya yang diberikan kepada saya dalam hal pemenuhan kebutuhan lahiriah, serta Pak Hono pemilik warung HIK.

15. PT Kereta Api Indonesia (Persero) dan PT KAI Commuter Jabodetabek, selaku operator transportasi darat terima kasih atas pelayanannya yang diberikan kepada saya dalam menjalankan aktivitas perekonomian sehari-hari.

16. Redaksi Majalah KA dan KATV Group, selaku media cetak media massa terima kasih atas ilmu perkeretaapian baik dalam negeri maupun luar negeri yang diberikan kepada saya sehingga pengtahuanku bertambah, serta menumbuhkan kepada saya untuk rasa cinta akan kereta api.

17. Kompak, Edan Sepur, Komunitas Sejarah Perkeretaapian Indonesia (KSPI), Indonesian Railways Preservation Society (IRPS), Peka Matra, KRL-Mania, GM Marka, Maska, Pramekers, dll, selaku wadah komunitas pecinta kereta

api terima kasih atas persahabatan kita selama ini dan terima kasih telah memberi support luar biasa hebat bagi penulis.

18. BPPI dan HMJ Ekonomi Pembangunan, selaku unit kegiatan mahasiswa terima kasih atas kebersamaan persahabatannya dalam berorganisasi selama itu bagi penulis.

19. Mas Dody Ariyanto & Bapak Drs. Mamiek, SR., terima kasih atas bantuanya dalam menysun tugas skripsi ini dari awal hingga akhir berjalan dengan lancar. Dan penulis belajar banyak hal dari anda dan semua itu telah membuat penulis semakin kuat.

20. Railshop Bale Mangganti Solo Balapan, terima kasih atas pelayanannya yang diberikan kepada saya dalam membeli Majalah KA dan pernak-pernik KA

yang lain.

21. Bonanza, Popeye, Bulletin, Disc Tarra, Harapan Musik Solo, dll. Selaku toko kaset, cd, vcd, dvd, dll. Terima kasih atas pelayanannya yang diberikan kepada saya dalam mencari dan membeli barang dagangan yang saya butuhkan.

22. Dan semua pihak yang telah membatu dalam proses penyusunan skripsi ini. Semoga amal baik serta budi luhur secara ikhlas yang telah diberikan kepada penulis, yang dapat atau pun belum dapat penulis sebutkan, mendapatkan imbalan yang semestinya dari Allah SWT.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini belum sempurna. Mengingat keterbatasan biaya dan pengetahuan penulis, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis butuhkan agar lebih sempurnanya skripsi ini.

Boyolali, 22 Oktober 2012

Penulis

Arif Lukman H.

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN .......................................... 115

A. Penanaman Modal Asing di DIY ......................................................... 115

B. Pendapatan Domestik Regional Bruto DIY ......................................... 116

C. Penanaman Modal Dalam Negeri di DIY ............................................ 117

D. Catatan Inflasi Indonesia Periode 1986-2011 ...................................... 118

E. Kondisi Suku Bunga (LIBOR) Periode 1986-2011 ............................. 120

F. Analisis Deskriptif ............................................................................... 121

G. Analisis dan Pembahasan ..................................................................... 122

H. Pengujian Hipotesis .............................................................................. 123

I. Interpretasi Ekonomi ............................................................................ 129

BAB V PENUTUP .............................................................................................. 133

A. Kesimpulan .......................................................................................... 133

B. Implikasi ............................................................................................... 133

C. Saran ..................................................................................................... 134

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 136 LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Contoh Menghitung Indeks Harga Konsumen......................................86 Tabel 2.2 Eclectic Theory.....................................................................................90 Tabel 2.3 Teori Tentang Eclectic Theory..............................................................91 Tabel 3.1 Pengukuran Autokorelasi .................................................................... 114 Tabel 4.1 Nilai Invetasi Asing DIY Periode 1986-2011 ..................................... 115 Tabel 4.2 Perkembangan PDRB DIY Periode 1986-2011 .................................. 117 Tabel 4.3 Penanaman Modal Dalam Negeri DIY Periode 1986-2011 ............... 118 Tabel 4.4 Perkembangan Inflasi di Indonesia Periode 1986-2011 ..................... 119 Tabel 4.5 Tingkat Suku Bunga (LIBOR) Periode 1986-2011 ............................ 120 Tabel 4.6 Analisis Deskriptif .............................................................................. 121 Tabel 4.7 Hasil Estimasi Regresi Linier Berganda ............................................. 123 Tabel 4.8 Uji Multikolinieritas ............................................................................ 127 Tabel 4.9 Uji Heterokedastisitas (Uji Park) ........................................................ 127 Tabel 4.10 Pengukuran Autokorelasi .................................................................. 128

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Model Siklus Vernon.........................................................................31 Gambar 2.2 Model Baru........................................................................................31 Gambar 2.3 Fungsi Investasi dan Tingkat Bunga.................................................60 Gambar 2.4 Efisiensi Modal Marginal..................................................................65 Gambar 2.5 Tingkat Bunga dan Tingkat Investasi................................................67 Gambar 2.6 Investasi Terpengaruh.......................................................................68 Gambar 2.7 Hubungan Invetasi dan Pertumbuhan Ekonomi...............................70 Gambar 2.8 Pandangan Klasik dan Keynes Mengenai Penentuan Tabungan.......77 Gambar 2.9 Kurva Fungsi Investasi (MEC)..........................................................94 Gambar 2.10 Pengeluaran Investasi Sebagai Fungsi Tingkat Bunga....................95 Gambar 2.11 Demand Inflation and Supply Inflation..........................................87 Gambar 3.1 Grafik Uji F.....................................................................................110 Gambar 3.2 Grafik Uji t......................................................................................111

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN I

Hasil Uji Statistik Deskriptif

LAMPIRAN II

Model Summary

LAMPIRAN III

Hasil Uji Kolinieritas

LAMPIRAN IV

Hasil Uji Autokorelasi

LAMPIRAN V

Hasil Uji Heterokedastisitas

LAMPIRAN VI

Adjusted R 2

LAMPIRAN VII

Hasil Uji Pengaruh Simultan (F Hitung)

LAMPIRAN VIII

Hasil Uji Pengaruh Parsial (t Hitung)

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENANAMAN MODAL ASING DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERIODE 1986 2011

Arif Lukman H.

F 0105038

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendapatan domestic regional bruto (PDRB), penanaman modal dalam negeri (PMDN), inflasi dan suku bunga terhadap penanaman modal asing di Daerah Istimewa Yogyakarta periode 1986-2011. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder dari variabel PDRB, PMDN, inflasi, dan suku bunga dari periode 1986-2011 yang penulis peroleh dari berbagai sumber. Model regreasi Ordinary Least Square digunakan untuk pengujian hipotesis, dengan menggunakan metode analisis baik metode kualitatif dan kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan analisis regresi variabel PDRB dan PMDN memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penanaman moda asing di Daerah Istimewa Yogyakarta pada periode 1986-2011, sedangkan variabel inflasi dan suku bunga tidak berpengaruh signifikan.

Sehingga diharapkan pemerintah meningkatkan lini terkait PDRB dan PMDN untuk memacu peningkatan investasi asing di DIY.

Kata Kunci: PDRB, PMDN, Inflasi, Suku Bunga, dan PMA.

FACTOR ANALYSIS OF FACTORS AFFECTING FOREIGN INVESTMENT IN THE AREA PARTIES YOGYAKARTA 1986 2011

Arif Lukman H.

F 0105038

This study aimed to determine the effect of regional gross domestic income (GDP), domestic investment (DCI), inflation and interest rates on foreign investment in the period 1986-2011 Yogyakarta. The data used in this study is a secondary data of the variables GDP, domestic investment, inflation, and interest rates of the period 1986-2011 the authors obtained from various sources. Regreasi Model Ordinary Least Square is used for hypothesis testing, using both analytical methods of qualitative and quantitative methods.

The results showed that based on regression analysis of GDP and domestic variables have a significant impact on foreign investment modes in Yogyakarta Special Region in the period 1986-2011, while inflation and interest rate variables are not significant.

It is expected that the government increase the GDP and domestic related lines to spur an increase in foreign investment in the province.

Keywords: GDP, Domestic Investment, Inflation, Interest Rates, and PMA.

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Terbatasnya sumber daya modal adalah salah satu masalah yang dihadapi oleh kebanyakan negara berkembang dalam melaksanakan pembangunan ekonomi. Minimnya modal membawa pada rendahnya produktivitas yang berakibat pada rendahnya pendapatan masyarakat. Hal ini berarti akan terjadi keterbatasan modal untuk investasi. Keadaan ini akan terus berlangsung sampai ada upaya untuk meningkatkan investasi dalam mendongkrak pertumbuhan ekonomi sampai pada tingkat yang tinggi. Negara berkembang cukup identik dengan rendahnya kualitas sumber daya manusia yang ada, hal ini berarti kemampuannya untuk mengakses segala macam peluang sektor ekonomi menjadi terbatas. Rata-rata negara berkembang hanya mengandalkan devisanya hanya dari jenis retribusi (pungutan, pajak) dan belum mampu mengelola semua kekayaan sumber daya alam yang dimilikinya secara optimal. Pada dasarnya, yang harus dibenahi terlebih dahulu pada suatu negara yang mengandalkan hal tersebut adalah meningkatkan kemampuan sumber daya manusianya dengan membuka akses jenjang pendidikan, keahlian dan keterampilan setinggi-tingginya.

Dalam kondisi lain, salah satu upaya yang dapat ditempuh dalam pemenuhan kebutuhan akan investasi adalah dengan penanaman modal asing. Untuk negara-negara yang masih berkembang seperti Indonesia, penanaman modal asing memiliki kelebihan jika dibandingkan dengan pinjaman komersil untuk pembiayaan pembangunan. Penanaman modal asing merupakan salah satu sumber dana dan jasa pembangunan di negara sedang berkembang berkat sifat khususnya berupa paket modal, teknologi, dan keahlian manajemen yang selektif sertas pemanfaatannya dapat disinkronkan dengan tahapan pembangunan negara yang bersangkutan (Sumantoro, 1983:9).

Pada umumnya ada terdapat 5 (lima) tujuan investasi yaitu:

1. Untuk berjaga-jaga. Banyak orang mengatakan bahwa salah satu kepastian dalam hidup ini adalah ketidakpastian. Hidup manusia selalu dikelilingi dengan resiko, baik kecil maupun besar. Untuk tujuan berjaga-jaga inilah kita melakukan investasi sehingga diharapkan jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan secara tiba2 dalam hal keuangan, kita masih memiliki cadangan untuk mengatasinya.

2. Mendapatkan keuntungan. Kita melakukan investasi untuk mendapatkan keuntungan jangka pendek berupa kenaikan nilai dari jumlah dana yang diinvestasikan.

3. Mengalahkan inflasi. Harapan kita adalah mendapatkan hasil investasi yang jauh di atas angka inflasi.

4. Memiliki kehidupan yang lebih layak. Setiap orang menginginkan kemajuan dalam hidupnya, termasuk dalam hal materi. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, salah satu cara yang bisa ditempuh adalah melakukan investasi sedini mungkin.

5. Mempersiapkan dana pensiun. Jika seseorang memasuki usia pensiun, berarti dia tidak bisa lagi mengharapkan pendapatan dari kantor tempat ia bekerja. Karena itu mau tak mau kita harus mempersiapkan sendiri dana- dana yang dibutuhkan pada saat2 masuk pensiun. Untuk mencukupi kebutuhan dana tersebut, kita harus memulai investasi sejak dini.

Ciri negara terbelakang ialah “modal kurang” atau “tabungan rendah” dan “investasi rendah”. Tidak hanya persediaan modal yang sangat kecil tetapi juga laju pembentukan modal uang sangat rendah. Rata-rata investasi kotornya hanya 5 sampai 6% dari pendapatan nasional kotor, sedangkan di negara maju berkisar antara 15 sampai 20%. Laju tabungan yang rendah seperti itu hampir tidak cukup untuk menghadapi pertumbuhan penduduk yang cepat dengan laju

2 sampai 2,5% per tahun, apalagi menginvestasi di proyek-proyek modal baru. Sebenarnya, dengan laju tabungan yang ada, mereka hampir tidak dapat menutup penyusutan modal dan bahkan untuk mengganti peralatan modal yang ada. Usaha memobilisasi tabungan domestik melalui perpajakan dan pinjaman masyarakat hampir tidak cukup untuk menaikkan laju pembentukan 2 sampai 2,5% per tahun, apalagi menginvestasi di proyek-proyek modal baru. Sebenarnya, dengan laju tabungan yang ada, mereka hampir tidak dapat menutup penyusutan modal dan bahkan untuk mengganti peralatan modal yang ada. Usaha memobilisasi tabungan domestik melalui perpajakan dan pinjaman masyarakat hampir tidak cukup untuk menaikkan laju pembentukan

Negara berkembang adalah Negara yang dicekam kemiskinan seperti yang tercermin didalam pendapatan perkapita yang rendah. Pendapatan perkapita yang rendah ini lebih jauh tercermin pula dalam standard kehidupan rakyatnya yang rendah. Dinegara seperti ini makanan merupakan jenis konsumsi utama dan sekitar 75 % dari pendapatan dibelanjakan untuk makanan, dibandingkan dengan Negara maju yang hanya 20 %. Karena tiadanya makanan yang bergizi seperti daging, telur, ikan dan susu, kebanyakan rakyat menggantinya dengan biji-bijian atau tepung. Rakyat hidup dalam kondisi yang nyaris tidak sehat. Penduduk tidak memiliki air minum bersih, tidak memiliki pembuangan sampah yang memenuhi kesehatan. Kematian anak pada usia muda disebabkan oleh kekurangan gizi, air minum tidak sehat, sanitasi buruk, kebodohan orang tua, dan langkanya imunisasi. Pelayanan seperti pendidikan dan kesehatan sangat minim. Pada umumnya, negara terbelakang memiliki komposisi dua per tiga atau lebih penduduknya tinggal di daerah pedesaan dan mata pencaharian utama adalah pertanian. Pemusatan yang berlebihan pada pertanian merupakan salah satu tanda kemiskinan. Pertanian sebagai mata pencaharian pokok kebanyakan tidak bersifat produktif, terutama karena ia dilakukan dengan cara kuno dan dengan metodeproduksi usang serta ketinggalan jaman. Hampir semua Negara berkembang mempunyai perekonomian yang dualistis. Disatu pihak berekonomi pasar dan dipihak lain berekonomi pertanian. Yang pertama berpusat dan di dekat kota sedang yang lain didaerah pedesaaan yang satu maju dan yang lain kurang maju. Dengan berpusat dikota ekonomi pasar berciri ultra modern sedangkan ekonomi pertanian sangat terbelakang dan berorientasi pada pertanian.

Sumber alam suatu Negara terbelakang disebut kurang terolah dalam arti sumber tersebut tidak atau kurang dimanfaatkan. Suatu Negara mungkin saja kekurangan sumber alam, tetapi tidak dalam arti relatifnya. Meskipun suatu Negara miskin dalam sumber alam tetapi ada kemungkinan di masa depan Negara itu akan berubah menjadi pemilik sumber alam yang besar sebagai hasil penemuan sumber yang sekarang belum diketahui atau karena penggunaan sumber yang ada dengan cara baru. Negara terbelakang sangat mengemukakan satu sama lainnya. Karena posisi demografi dan kecenderungannya. Hal mana disebabkan oleh luas, kepadatan, struktur usia dan laju pertumbuhan pnduduk yang beragam. Namun demikian ada satu kesamaan ciri yaitu pertambahan penduduk yang cepat. Bersamaan dengan tingkat pendapatan yang rendah dan nihilnya tingkat pemupukan modal, maka kian lengkaplah kesulitan bagi Negara seperti itu menopang pertambahan penduduknya. Dan pada saat yang sama output akan meningkat sebagai hasil perbaikan teknologi dan pemupukan modal yang berakibat pada tak adanya perbaikan taraf hidup yang cukup berarti.

Sebagian besar Negara terbelakang mempunyai potensi pertumbuhan penduduk yang tinggi serta memiliki tingkat kematian (mortalitas) yang cenderung menurun. Kepadatan penduduk di daerah pertanian begitu tinggi dibandingkan dengan luas tanah yang dapat ditanami. Kelangkaan tanah dalam kaitannya dengan besar penduduk menyebabkan penanaman berlebihan dan penggarapan tanah tanpa sela dengan demikian berarti justru menghambat kemajuan ekonomi. Di Negara terbelakang dijumpai pengangguran dan pengangguran tersembunyi dalam jumlah besar. Pengangguran di kota membengkak seiring dengan urbanisasi dan meningkatnya pendidikan. Akan tetapi sector industri tidak berkembang sejalan dengan pertumbuhan tenaga kerja, sehingga memperbesar pengangguran. Disamping itu ada pula penganggur yang berpendidikan. Mereka gagal mendapatkan pekerjaan karena tegarnya struktur dan tiadanya perencanaan tenaga kerja. Dengan tingkat pertumbuhan rata-rata tahunan penduduk kota sebesar 4,5 %, 20 % adalah penganggur.

Adapula jenis pengangguran tersembunyi lainnya dinegara seperti ini umpama apabila seseorang karena menganggur terpaksa melakukan pekerjaan yang menurutnya tidak sesuai dengan keinginannya atau tidak sepadan dengan pendidikannya. Lebih jauh ada pula yang bekerja sehari penuh tetapi dengan imbalan yang sangat sedikit hanya cukup untuk bangkit dari batas kemiskinan. Mereka adalah pedagang keliling, pedagang kecil, pekerja hotel dan restaurant dan bengkel-bengkel reparasi dikota. Mereka ini juga terhitung penganggur tersebunyi. Keterbelakangan ekonomi berupa efisiensi tenaga kerja yang rendah berbagai sector yang tidak mobil, terbatasnya spesialisasi dalam jenis pekerjaan, dan dalam perdagangan, kebodohan serta struktur nilai dan sosial yang memperkecil kemungkinan perubahan ekonomi. Sebab utama keterbelakangan adalah defisiensi atau produktifitas tenaga buruh yang rendah dibandingkan dengan Negara maju. Efisiensi tenaga buruh yang rendah umumnya berasal dari kemiskinan yang terlihat dari standar gizi yang tidak mencapai kuantum, kesehatan yang buruk, buta huruf, dan tiadanya mobilitas pekerjaan dan pendidikan.

Ciri khas lain Negara terbelakang adalah tidak adanya kemampuan wiraswasta yang memadai. Kewiraswastaan terhalang oleh sistem sosial yang menutup daya cipta. Kekuatan adat istiadat, ketegaran status dan kecurigaan pada gagasan baru dan kecurigaan pada keinginan intelektual, kesemuanya menciptakan iklim yang tidak menunjuang eksperimen dan inovasi. Pasar yang sempit, ketiadaan modal, ketiadaan milik pribadi, ketiadaan kebebasan berkontrak, ketiadaan hokum dan ketertiban, semuanya merintangi prakarsa dan usaha. Pada kebanyakan Negara terbelakang tidak saja perusahaan swasta tetapi juga perusahaan Negara sulit tumbuh karena mekanisme administrasi tidak bekerja secara efisien. Kelangkaan alat modal merupakan ciri umum lain dari Negara terbelakang. Negara terbelakang diartikan sebagai perekonomian yang miskin modal atau dengan tabungan dan investasi yang rendah bukan saja persediaan modal yang sangat kecil tetapi pemupukan modalnya sangat rendah. Investasi bruto hanya sekitar 5 – 6 % dari pendapatan nasional bruto. Sedangkan dinegara industri adalah kira-kira 15-20%.

Di sisi lain, Negara terbelakang juga berada pada tingkat teknologi yang amat tidak efisien. Keterbelakangan teknologi pertama tercermin pada ongkos produksi rata-rata yang tinggi meski upah buruh rendah; kedua pada tingginya rasio buruh – output dan modal – output pada umumnya factor harga yang konstan mencerminkan produktivitas buruh dan modal yang rendah; ketiga pada besarnya jumlah tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih dan yang terakhir pada besarnya barang-barang modal yang diperlukan untuk menghasilkan suatu output nasional. Orientasi perdagangan luar negeri terlihat pada ekspor barang-barang primer dan impor barang-barang konsumsi dan mesin. Peranan minyak, barang tambang, logam, dan barang primer lainnya dalam mata dagang ekspor. Perekonomian hanya terpusat pada produksi barang primer untuk ekspor, akibatnya sector ekonomi lainnya terabaikan. Perekonomian menjadi rentang terhadap fluktuasi harga internasional barang- barang ekspor tersebut. Depresi dunia akan menjatuhkan permintaan dan harga sebagai akibatnya keseluruhan perekonomian akan terkena efek buruk. Karena tergantung pada mata dagang ekspor perekonomian akan menjadi sangat tergantung pada impor. Impor biasanya terdiri dari bahan baker, barang pabrik, mata dagang primer, alat-alat transport dan mesin, dan bahkan makanan. (Ilhami, 2000)

Pada konsep yang lain, tabungan-rendah dan investasi-rendah mencerminkan kurangnya modal dan bersama dengan itu negara terbelakang mengalami keterbelakangan teknologi. Keterbelakangan teknologi terlihat pada biaya rata-rata produksi yang tinggi dan produktivitas buruh dan modal yang rendah-lantaran tenaga buruh yang tidak terampil dan usangnya peralatan modal. Yang ter-penting, keterbelakangan itu terlihat pada rasio output modal yang tinggi, yaitu untuk membuat satu unit output diperlukan modal yang lebih banyak. Peng-gunaan modal asing tidak hanya mengatasi kekurangan modal tetapi juga keterbelakangan teknologi. Bersamaan dengan modal uang dan modal fisik, modal asing juga membawa serta keterampilan teknik, tenaga ahli, pengalaman organisasi, informasi pasar, teknik-teknik produksi maju, pembaharuan produk, dan lain-lain. Ia juga melatih tenaga kerja setempat pada keahlian baru. Semua ini mempercepat pembangunan ekonomi.

Dewasa ini teknologi informasi berperan sangat penting. Dengan menguasai teknologi dan informasi, kita memiliki modal yang cukup untuk menjadi pemenang dalam persaingan global. Teknologi Informasi (TI) dan multimedia telah memungkinkan diwujudkannya pembelajaran yang efektif dan menyenangkan, yang melibatkan siswa secara aktif. Kemampuan TI dan multimedia dalam menyampaikan pesan dinilai sangat besar. Dalam bidang pendidikan, TI dan multimedia telah mengubah paradigma penyampaian materi pelajaran kepada peserta didik. Computer Assisted Instruction (CAI) bukan saja dapat membantu guru dalam mengajar, melainkan sudah dapat bersifat stand alone dalam memfasilitasi proses belajar.

Penekanan penting akan memaksimumkan sumber daya manusia di semua sektor, berarti kita akan membutuhkan sistem komunikasi yang sangat efektif. Apabila kita merespons pada kebutuhan fokus awal seharusnya lebih berdasarkan penerimaan informasi daripada penyebaran informasi. Hal ini hampir memutarbalikan peran jika dibandingkan dengan peran komunikasi administrasi pendidikan yang dulu. Perbedaan utama antara negara maju dan negara berkembang adalah kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kemajuan yang pesat di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi di negara- negara maju karma didukung oleh sistem informasi yang mapan. Sebaliknya, sistem informasi yang lemah di negara-negara berkembang mengakibatkan keterbelakangan dalam penguasaan. Ilmu pengetahuan.dani teknologi. Jadi jelaslah bahwa maju atau tidaknya suatu negara sangat di tentukan oleh penguasaan teirhadap informasi, karena informasi merupakan modal utama dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan.teknologi yang menjadi senjata pokok untuk membangun negara. Sehingga apabila satu negara ingin maju dan tetap eksis dalam persaingan global, maka negara tersebut harus menguasai informasi. Di era globalisasi dan informasi ini penguasaan terhadap informasi tidak cukup harnya sekedar menguasai, diperlukan kecepatan dan ketepatan. Sebab hampir tidak ada guna menguasai informasi yang telah usang, padahal perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat mengakibatkan usia informasi menjadi sangat pendek, dengan kata lain, informasi lama akan diabaikan dengan adanya informasi yang lebih baru.

Masukan (input) dan kontribusi langsung dari para pemegang peran (stakeholders) yang lain; siswa, orang tua dan anggota masyarakat juga memberikan informasi yang sangat membantu dan meningkatkan dukungan masyarakat bagi pengembangan sekolah. Jika obyektifitas utamanya adalah memaksimalkan pendidikan sumber daya manusia maka hal itu telah meningkatkan hubungan komunikasi kita dengan seluruh sektor lingkungan pendidikan dan para pemegang peran (stakeholders). Lagipula kunci utama untuk meningkatkan komunikasi harus terfokus pada saling berbagi komunikasi terbuka dan meningkatkan kesempatan untuk mendapatkan dukungkan dari segala bidang.

Kehidupan kita sekarang perlahan lahan mulai berubah dari dulunya era industri berubah menjadi era informasi di balik pengaruh majunya era globalisasi dan informatikamenjadikan computer, internet dan pesatnya perkembangan teknologi informasi sebagai bagian utama yang harus ada atau tidak boleh kekurangan dikehidupan kita. Aktifitas network globalisasi ekonomi yang disebabkan oleh kemajuan dari teknologi informasi bukan hanya mengubah pola produktivitas ekonomi tetapi juga meningkatkan tingkat produktivita dan pada saat bersamaan juga menyebabkan perubahan structural dalam kehidupan politik, kebudayaan, kehidupan sosial masyarakat dan juga konsep waktu dalam dalam berbagai lapisan masyarakat.

Tanggung jawab sekolah dalam memasuki era globalisasi baru ini yaitu harus menyiapkan siswa untuk menghadapi semua tantangan yang berubah sangat cepat dalam masyarakat kita. Kemampuan untuk berbicara bahasa asing dan kemahiran komputer adalah dua kriteria yang biasa diminta masyarakat untuk memasuki era globalisasi baik di Indonesia maupun di seluruh dunia. Maka dengan adanya komputer yang telah merambah di segala bidang kehidupan manusia hal itu membutuhkan tanggung jawab sangat tinggi bagi sistem pendidikan kita untuk mengembangkan kemampuan berbahasa siswa dan kemahiran komputer.

Negara terbelakang sangat kekurangan modal overhead ekonomi yang secara langsung diperlukan untuk lebih mempermudah investasi. Proyek jalan kereta api, jalan raya, kanal dan sumber tenaga merupakan infrastruktur yang Negara terbelakang sangat kekurangan modal overhead ekonomi yang secara langsung diperlukan untuk lebih mempermudah investasi. Proyek jalan kereta api, jalan raya, kanal dan sumber tenaga merupakan infrastruktur yang

Salah satu syarat penting yang perlu dilakukan dalam mengembangkan suatu perekonomian adalah mewujudkan modernisasi dalam segala bidang ekonomi yaitu modernisasi disektor pertanian sendiri, mengembangkan kegiatan industri dan modernisasi dalam pemerintahan. Kekurangan modal adalah satu ciri penting dari setiap negara yang memulai pembangunannya dan kekurangan ini bukan saja mengurangi kepesatan pembangunan perekonomian yang dapat dilaksanakan, tetapi juga menyebabkan kesukaran kepada Negara tersebut untuk keluar dari keadaan kemiskinan. Perkembangan dan modernisasi suatu perekonomian memerlukan modal yang sangat banyak. Infrastruktur harus dibangun, sistem pendidikan harus dikembangkan dan kegiatan pemerintahan harus diperluas. Dan yang lebih penting lagi berbagai jenis kegiatan perusahaan dan industri modern harus dikembangkan . Ini berarti pihak pemerintah dan swasta memerlukan modal yang banyak untuk mewujudkan modernisasi diberbagai kegiatan ekonomi. (Miftachul Ulum. 2011)

Modal (capital) yang dimaksud adalah semua bentuk kekayaan yang dapat digunakan, langsung maupun tidak langsung, dalam produksi untuk menambah output. Modal sangat diperlukan dalam mendirikan sebuah usaha. Besar kecilnya modal yang dibutuhkan tergantung dari besar kecilnya usaha yang akan didirikan. Banyak orang bilang bahwa modal tidak hanya melulu uang. Modal bisa berupa keahlian, kemauan dan niat yang kuat, dan lain-lain. Lebih khusus dapat dikatakan bahwa kapital terdiri dari barang-barang yang dibuat untuk penggunaan produksi pada masa yang akan datang. Hal ini meliputi pabrik-pabrik dan alat-alat, bangunan-bangunan dan sebagainya. Capital sebagai alat pendorong perkembangan ekonomi meliputi investasi dalam pengetahuan teknik, perbaikan-perbaikan dalam pendidikan, kesehatan dan keahlian. Selain itu juga termasuk sumber-sumber yang menaikan tenaga produksi, yang semuanya membutuhkan kepandaian penduduknya. Dengan Modal (capital) yang dimaksud adalah semua bentuk kekayaan yang dapat digunakan, langsung maupun tidak langsung, dalam produksi untuk menambah output. Modal sangat diperlukan dalam mendirikan sebuah usaha. Besar kecilnya modal yang dibutuhkan tergantung dari besar kecilnya usaha yang akan didirikan. Banyak orang bilang bahwa modal tidak hanya melulu uang. Modal bisa berupa keahlian, kemauan dan niat yang kuat, dan lain-lain. Lebih khusus dapat dikatakan bahwa kapital terdiri dari barang-barang yang dibuat untuk penggunaan produksi pada masa yang akan datang. Hal ini meliputi pabrik-pabrik dan alat-alat, bangunan-bangunan dan sebagainya. Capital sebagai alat pendorong perkembangan ekonomi meliputi investasi dalam pengetahuan teknik, perbaikan-perbaikan dalam pendidikan, kesehatan dan keahlian. Selain itu juga termasuk sumber-sumber yang menaikan tenaga produksi, yang semuanya membutuhkan kepandaian penduduknya. Dengan

Perusahaan membutuhkan modal dalam menjalankan aktifitasnya. Modal merupakan faktor yang sangat penting dalam perusahaan. Terdapat tiga jenis badan usaha, yaitu perusahaan dagang, perusahaan jasa, dan perusahaan manufaktur. Perusahaan memiliki kebutuhan modal yang berbeda-beda tergantung jenis usaha yang dijalankan. Pengertian modal menurut Brigham (2006:62) “modal ialah jumlah dari utang jangka panjang, saham preferen, dan ekuitas saham biasa, atau mungkin pos-pos tersebut plus utang jangka pendek yang dikenakan bunga”. Definisi modal dalam Standar Akuntansi Keuangan (IAI, 2007:9) ”modal adalah hak residual atas asset perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban”.

Beberapa faktor yang diduga mempunyai pengaruh yang besar terhadap besar kecilnya investasi asing disuatu negara adalah stabilitas pemilikan tanah dan mata uang asing. Pengawasan terhadap perusahaan asing, berbagai bantuan dan fasilitas dari pemerintah, size dan pertumbuhan pasar, ongkos produksi dan biaya tenaga kerja. Faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya suatu investasi adalah 1) Ramalan masa depan, suatu uinvestasi akan dilakukan, jika diramalkan bahwa pada masa yang akan dating akan member manfaat, 2) Tingkat bunga, semakin tinggi tingkat bunga, maka kegiatan investasi cenderung mengalami penurunan, 3) Perubahan dan perkembangan teknologi, untuk mengadakan perubahan dan mengembangkan suatu teknologi, maka juga diperlakukan suatu investasi, 4) Tingkat Pendapatan Nasional, semakin tinggi tingkat pendapatan nasional, maka investasi cenderung mengalami peningkatan.

Berpangkal dari keadaan tersebut, pemerintah kemudian mengeluarkan kebijakan makro ekonomi yang pada dasarnya berupaya agar sumber pembiayaaan baru digunakan untuk mengurangi distorsi dalam perekonomian, baik itu deregulasi di sektor riil maupun di sektor moneter. Undang-Undang No.1 tahun 1967 tentang penanaman modal asing adalah kebijakan yang Berpangkal dari keadaan tersebut, pemerintah kemudian mengeluarkan kebijakan makro ekonomi yang pada dasarnya berupaya agar sumber pembiayaaan baru digunakan untuk mengurangi distorsi dalam perekonomian, baik itu deregulasi di sektor riil maupun di sektor moneter. Undang-Undang No.1 tahun 1967 tentang penanaman modal asing adalah kebijakan yang

Peranan pemerintah dalam ekonomi makro memiliki porsi yang relatif besar. Kajian terhadap seberapa besar peranan pemerintah diwujudkan dalam kebijakan moneter, kebijakan Lemahnya sisi permintaan dan penawaran agregat menyebabkan perekonomian negara sedang berkembang seolah-olah berada dalam lingkaran permasalahan tanpa ujung pangkal. Oleh karena itu campur tangan pemerintah, baik melalui kebijakan ekonomi dan nonekonomi, sangat diperlukan untuk memutuskan mata rantai permasalahan tersebut. Kebijakan moneter, kebijakan dapat digunakan pemerintah untuk memperbaiki kondisi perekonomian.

a. Kebijakan Moneter

Kebijakan moneter adalah kebijakan yang mengarahkan perekonomian makro ke kondisi yang lebih baik (diinginkan) dengan cara mengubah (menambah atau mengurangi) jumlah uang beredar di masyarakat. Kebijakan moneter dapat memperbesar kemampuan penawaran agregat melalui pemberian kredit, khususnya kepada kelompok Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Di Indonesia hal ini telah dilakukan, misalnya melalui pemberian kredit pertanian. Kebijakan moneter juga dapat memperbesar permintaan agregat, khususnya untuk kebutuhan pokok yang sangat penting, seperti perumahan. Di Indonesia hal ini telah dilakukan misalnya melalui program Kredit Pemilikan Rumah (KPR).

b. Kebijakan Fiskal

Kebijakan makro pada kondisi yang lebih baik dengan cara mengubah penerimaan dan pengeluaran pemerintah melalui pajak. Kebijakan

melalui subsidi dapat meningkatkan daya beli atau daya investasi masyarakat yang berpenghasilan rendah dan tetap. Misalnya subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) pada masa lalu sangat menolong masyarakat yang menggunakan minyak tanah untuk keperluan memasak atau penerangan.

Demikian juga subsidi pendidikan, telah memungkinkan anak-anak dari keluarga kurang mampu untuk menikmati investasi Sumber Daya Manusia (SDM) bersekolah. Di sisi lain, kebijakan laju perilaku konsumtif masyarakat kaya dan berpendapatan tinggi. Hal ini dilakukan melalui kebijakan Pajak Penghasilan (PPh) progresif dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN), khususnya untuk barang mewah (PPn-BM). Selain untuk mengelola permintaan agregat, kebijakan untuk pengelolaan sisi penawaran agregat. Misalnya, pengenaan pajak progresif akan mengendalikan keinginan individu atau perusahaan yang mencoba terus meningkatkan keuntungan mereka. Dengan demikian kesempatan kerja dan usaha akan lebih merata. Jika penawaran agregat perlu ditingkatkan, pemerintah juga dapat menggunakan instrumen pajak dan subsidi. Misalnya, subsidi pendidikan yang diberikan kepada pengelola pendidikan swasta akan meningkatkan penawaran jasa pendidikan. Demikian juga subsidi BBM dan listrik yang diberikan kepada industri akan dapat meningkatkan ouput yang ditawarkan.

c. Kebijakan Ekonomi Internasional

Umumnya negara sedang berkembang lebih memilih kebijakan ekonomi terbuka, yaitu melakukan hubungan ekonomi dengan luar negeri. Kebijakan ini akan membuka akses pasar ekspor bagi produk-produk mereka, sekaligus membuka sumber pengadaan barang modal dan bahan baku industri dari negara-negara lain. Secara teoretis, jika pengelolaan baik dan transparan, kebijakan ekonomi terbuka dapat mempercepat pembangunan ekonomi. Kebijakan perdagangan internasional terdiri atas kebijakan promosi ekspor, kebijakan substitusi impor, dan kebijakan proteksi industri.

1) Kebijakan Promosi Ekspor

Selain menghasilkan devisa, kebijakan promosi ekspor dapat melatih dan meningkatkan daya saing atau produktivitas para pelaku ekonomi domestik. Umumnya, negara sedang berkembang mengekspor hasil-hasil sektor primer (pertanian dan pertambangan) atau hasil-hasil industri yang telah ditinggalkan negara-negara yang Selain menghasilkan devisa, kebijakan promosi ekspor dapat melatih dan meningkatkan daya saing atau produktivitas para pelaku ekonomi domestik. Umumnya, negara sedang berkembang mengekspor hasil-hasil sektor primer (pertanian dan pertambangan) atau hasil-hasil industri yang telah ditinggalkan negara-negara yang

2) Kebijakan Substitusi Impor

Kebijakan substitusi impor adalah kebijakan untuk memproduksi barang-barang yang diimpor. Tujuan utamanya adalah penghematan devisa. Di Indonesia, pengembangan industri tekstil pada awalnya adalah substitusi impor. Jika tahap substitusi impor terlampaui biasanya untuk tahap selanjutnya menempuh strategi promosi ekspor.

3) Kebijakan Proteksi Industri

Kebijakan proteksi industri umumnya bersifat sementara, sebab tujuannya untuk melindungi industri yang baru berkembang, sampai mereka mampu bersaing. Jika industri tersebut sudah berkembang, maka perlindungan dicabut. Perlindungan yang diberikan biasanya adalah pengenaan tarif dan atau pemberian kuota untuk barang-barang produk negara lain yang boleh masuk ke pasar domestik. Kebijakan-kebijakan pemerintah baik deregulasi di sektor riil maupun

di sektor moneter dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing (Lembaran Negara tahun 1967 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2818) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor

11 Tahun 1970 (Lembaran Negara Tahun 1970 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2943);

2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri (Lembaran Negara Tahun 1968 Nomor 33, Tambahan Lembaran

Negara Nomor 2853) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1970 (Lembaran Negara Tahun 1970 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2944);

3. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1994 tentang Pemilikan Saham Dalam Perusahaan Yang Didirikan Dalam Rangka Penanaman Modal Asing.

4. Keputusan Presiden Nomor 26 Tahun 1980 tentang Pembentukan Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah;

5. Keputusan Presiden Nomor 25 Tahun 1991 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Susunan Organisasi Badan Koordinasi Penanaman Modal;

6. Keputusan Presiden Nomor 97 Tahun 1993 tentang Tata Cara Penanaman Modal;

Dari fenomena inilah yang mendorong peneliti untuk mengamati lebih lanjut tentang faktor-faktor yang mempengaruhi penanaman modal asing daerah (DIY). Mahkamah Konsitusi (MK) menyatakan bahwa sebagian ketentuan Pasal 22 UU No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (UU PM) bertentangan dengan konstitusi. Hal tersebut disampaikan dalam sidang pengucapan putusan perkara 21-22/PUU-V/2007, Selasa (25/3), di Ruang Sidang MK.

Bagian dari Pasal 22 UU PM yang bertentangan dengan UUD 1945, yaitu Pasal 22 ayat (1) sepanjang menyangkut kata-kata “di muka sekaligus” dan “berupa: a. Hak Guna Usaha dapat diberikan dengan jumlah 95 (sembilan puluh lima) tahun dengan cara dapat diberikan dan diperpanjang di muka sekaligus selama 60 (enam puluh) tahun dan dapat diperbarui selama 35 (tiga puluh lima) tahun; b. Hak Guna Bangunan dapat diberikan dengan jumlah 80 (delapan puluh) tahun dengan cara dapat diberikan dan diperpanjang di muka sekaligus selama 50 (lima puluh) tahun dan dapat diperbarui selama 30 (tiga puluh) tahun; dan c. Hak Pakai dapat diberikan dengan jumlah 70 (tujuh puluh) tahun dengan cara dapat diberikan dan diperpanjang di muka sekaligus selama 45 (empat puluh lima) tahun dan dapat diperbarui selama 25 (dua puluh lima) tahun”.

Selain itu, Pasal 22 ayat (2) sepanjang menyangkut kata-kata “di muka sekaligus” dan Pasal 22 ayat (4) sepanjang menyangkut kata-kata “sekaligus di muka” juga dinyatakan bertentangan dengan UUD 1945. Perkara 21/PUU- V/2007 yang diajukan Diah Astuti merupakan permohonan pengujian Penjelasan Pasal 3 ayat (1) huruf d, Pasal 4 ayat (2) huruf a, Pasal 8 ayat (1), Pasal 12 ayat (4), dan Pasal 22 ayat (1) huruf a, b, dan c UU PM. Sedangkan Daipin, dkk. dalam perkara 22/PUU-V/2007 mengajukan permohonan pengujian Pasal 1 ayat (1), Pasal 4 ayat (2) huruf a, Pasal 8 ayat (1) dan (3) Pasal 12 ayat (1) dan (3) Pasal 21, Pasal 22 ayat (1) dan (2) UU PM.

Menurut MK, dari keseluruhan ketentuan yang dimohonkan untuk diuji, ternyata hanya sebagian ketentuan Pasal 22 UU PM bertentangan dengan konstitusi. Argumentasi MK terkait dengan sebagian ketentuan tersebut adalah meskipun terhadap Hak Guna Usaha (HGU), Hak Guna Bangunan (HGB), dan Hak Pakai—yang dapat diperpanjang di muka sekaligus itu—negara dikatakan dapat menghentikan atau membatalkan sewaktu-waktu, namun alasan tersebut telah ditentukan secara limitatif dalam Pasal 22 ayat (4) UU PM.

Dengan kata lain, kewenangan negara untuk menghentikan atau tidak memperpanjang HGU, HGB, dan Hak Pakai tersebut tidak lagi dapat dilakukan atas dasar kehendak bebas negara. Padahal, perusahaan penanaman modal dapat mempersoalkan secara hukum keabsahan tindakan penghentian atau pembatalan hak atas tanah itu. Sehingga, bagi MK, pemberian perpanjangan hak-hak atas tanah sekaligus di muka tersebut telah mengurangi dan bahkan melemahkan kedaulatan rakyat di bidang ekonomi.

Pasal 22 UU No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal pasca Putusan MK menjadi berbunyi: (1) Kemudahan pelayanan dan/atau perizinan hak atas tanah sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 21 huruf a dapat diberikan dan diperpanjang dan dapat diperbarui kembali atas permohonan penanam modal.