Penyimpangan Mahasiswa terhadap tata tertib berpakaian yang berlaku di FISIP UNS.

E. Penyimpangan Mahasiswa terhadap tata tertib berpakaian yang berlaku di FISIP UNS.

Adanya tata tertib berpakaian yang mengatur mahasiswa tidak sepenuhnya diindahkan. Masih ada bahkan banyak penyimpangan- penyimpangan yang dilakukan mahasiswa dari tata tertib tersebut. Ini dapat dilihat dari gaya pakaian kuliah yang dipakai mahasiswa kurang sesuai dengan peraturan yang berlaku. Banyak mahasiswa FISIP UNS masih memakai kaos oblong, sandal, celana robek, maupun pakaian yang kekat atau sedikit terbuka saat mengikuti kegiatan akademik di kampus.

Penyimpangan mahasiswa FISIP UNS merupakan suatu bentuk Penyimpangan mahasiswa FISIP UNS merupakan suatu bentuk

Banyak mahasiswa dianggap menyimpang terhadap tata tertib berpakaian karena gaya pakaian yang dikenakan saat kuliah tidak sesuai. Banyak faktor pula yang melatar belakangi penyimpangan gaya pakaian mahasiswa. Seperti, mahasiswa asal mengikuti trend pakaian ketat dan sedikit terbuka tanpa menyesuaikannya dengan etika yang berlaku di kampus. Hal lain adalah mahasiswa lebih suka dengan suasana santai, sehingga banyak mahasiswa yang memakai kaos oblong dan sandal saat kuliah. Selain itu, faktor rendahnya minta membaca juga menjadi penyebab mahasiswa meyimpang dari tata tertib. Mahasiswa tidak pernah membaca buku pedoman mahsiswa yang di dalamnya berisis tata tertib kehidupan mahasiswa. Mahasiswa juga tidak pernah membaca tulisan-tulisan peringatan yang sudah ditempel di beberapa tempat strategis di FISIP UNS sehingga mahasiswa tidak mengetahui bagaimana seharusnya gaya pakaian yang sebaiknya dikenakan saat kuliah atau mengikuti kegiatan akademik di kampus.

Mahasiswa tidak suka ataupun malas membaca tata tertib berpakaian yang berlaku di FISIP UNS dapat disebabkan karena rendahnya disiplin pribadi mahasiswa itu sendiri. Hal demikian yang membuat mahasiswa Mahasiswa tidak suka ataupun malas membaca tata tertib berpakaian yang berlaku di FISIP UNS dapat disebabkan karena rendahnya disiplin pribadi mahasiswa itu sendiri. Hal demikian yang membuat mahasiswa

Baik hukum maupun moral mengatur tingkah laku manusia, namun hukum membatasi diri pada tingkah laku lahiriah saja, sedangkan moral menyangkut juga sikap batin seseorang. Perbedaan lain bagi adalah bahwa sanksi yang berkaitan dengan hukum berlainan dari sanksi yang berkaitan dengan moralitas. Menjalankan paksaan di bidang etis tidak akan efektif juga, sebab paksaan hanya dapat menyentuh bagian luar, sedangkan perbuatan-perbuatan etis justru berasal dari dalam. Satu-satunya sanksi di bidang moralitas adalah hati nurani yang tidak tenang, karena menuduh si pelaku tentang perbuatannya yang kurang baik. (Bertenz, 2007: 44)

Untuk menegakkan tata tertib berpakaian dan memperkecil penyimpangan mahasiswa terhadap tata tetib berpakaian, dosen biasanya memberikan sanksi moral kepada mahasiswa. Bentuk sanksi moral yang diberikan berupa teguran maupun sanksi tidak boleh mengikuti kuliah atau konsultasi, dan tidak boleh mengurus administrasi oleh pegawai administrasi. Sanksi moral dianggap lebih efektif untuk membatasi Untuk menegakkan tata tertib berpakaian dan memperkecil penyimpangan mahasiswa terhadap tata tetib berpakaian, dosen biasanya memberikan sanksi moral kepada mahasiswa. Bentuk sanksi moral yang diberikan berupa teguran maupun sanksi tidak boleh mengikuti kuliah atau konsultasi, dan tidak boleh mengurus administrasi oleh pegawai administrasi. Sanksi moral dianggap lebih efektif untuk membatasi

Perbedaan mengenai sanksi itu berkaitan dengan suatu perbedaan lain lagi. Hukum didasarkan atas kehendak masyarakat dan akhirnya atas kehendak negara. Moralitas didasarkan pada norma-norma moral yang melebihi para individu dan masyarakat. Dengan cara demokratis ataupun dengan cara lain masyarakat dapat mengubah hukum, tapi tidak pernah masyarakat dapat mengubah atau memebatalkan suatu norma moral. Masalah etika tidak bisa diputuskan dengan suara terbanyak. Moral menilai hukum dan tidak sebaliknya (Bertenz, 2007: 45)

Sanksi yang diberikan dosen maupun pegawai adninistrasi terhadap mahasiswa yang melanggar tata tertib berpakaian pada umumnya adalah sanksi moral. Sanksi moral, berupa teguran sudah dianggap bisa membuat malu mahasiswa sehingga mahasiswa tidak akan mengulangi lagi melanggar tata tertib berpakaian. Sanksi moral diberikan dengan suasana kekeluargaan, dengan ditegur atau diberi nasehat karena mahasiswa sudah dianggap dewasa dan mahasiswa sudah dapat memilih mana ayang baik dan benar Sanksi yang diberikan dosen maupun pegawai adninistrasi terhadap mahasiswa yang melanggar tata tertib berpakaian pada umumnya adalah sanksi moral. Sanksi moral, berupa teguran sudah dianggap bisa membuat malu mahasiswa sehingga mahasiswa tidak akan mengulangi lagi melanggar tata tertib berpakaian. Sanksi moral diberikan dengan suasana kekeluargaan, dengan ditegur atau diberi nasehat karena mahasiswa sudah dianggap dewasa dan mahasiswa sudah dapat memilih mana ayang baik dan benar

Selain itu dosen juga seringkali tidak memperbolehkan mahasiswa mengikuti kuliah atau konsultasi jika gaya pakaian mahasiswa dianggap kurang sopan. Sedangkan pegawai administrasi memberikan sanksi dengan tidak memberi pelayanan administrasi sebelum mahasiswa berpakaian rapi dan sopan. Dengan danya sanksi tersebut maka mahasiswa akan merasa rugi karena tidak mengikuti kuliah atau terhampat proses administrasinya. Maka mahasiswa diharapkan tidak akan mengulangi perbuatannya lagi mengenakan pakaian yang tidak sesuai dengan etika di kampus.