Ketertiban Mahasiswa FISIP UNS dalam Berpakaian

D. Ketertiban Mahasiswa FISIP UNS dalam Berpakaian

Membicarakan ketertiban mahasiswa, ketertiban dalam berpakaian merupakan salah satu didalamnya. Sebagian besar mahsiswa FISIP UNS memang sudah berpakaian sesuai dengan etika yang berlaku dan dianggap tertib, namun sebagian lain masih kurang sesuai etika dan dianggap kurang tertib. Yang dianggap kurang tertib adalah mahasiswa yang memakai kaos oblong dan atau sandal saat berada di lingkungan kampus untuk mengikuti kegiatan akademik. Hal ini jelas tidak sesuai dengan Surat Keputusan Rektor tentang tata tertib kehidupan mahasiswa dan beberapa tulisan peringatan mengenai gaya pakaian yang ada di FISIP UNS.

Apabila membicarakan masalah ketertiban, maka akan sangat erat kaitannya dengan hukum. Ketertiban merupakan salah saatu indikator berfungsinya hukum dalam suatu masyarakat. Agar suatu kaedah hukum atau peraturan tertulis benar-benar berfungsi, senantiasa dapat dikembalikan dengan empat faktor sebagai berikut:

Untuk mengatur kehidupan mahasiswa, Universitas Sebelas Maret mempunyai tata tertib. Tata tertib kehidupan mahasiswa adalah ketentuan yang mengatur kehidupan mahasiswa yang dapat menciptakan suasana kondusif dan menjamin keberlangsungannya proses belajar mengajar secara terarah dan teratur. Tata tertib kehidupan mahasiswa ini telah diatur dalam Surat Keputusan Rektor No. 487A/J27/KM/2005. Peraturan kehidupan mahasiswa juga mengatur tata tertib berbusana yakni sebagai berikut:

a. Setiap mahasiswa harus berpakaian sopan dan rapi sesuai dengan norma-norma yang berlaku.

b. Jenis dan macam pakaian disesuaikan dengan kegiatan yang sedang dilakukan.

c. Mahasiswa dilarang mengenakan kaos oblong dan sandal pada saat kegiatan kulikurel di dalam ruang kuliah.

Berpedoman dari peraturan yang ditetapkan Universitas, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik juga menjalankan peraturan itu dengan merealisasikan dalam bentuk tulisan-tulisan peringatan di tempat-tempat strategis seperti di loby gedung satu, di depan jurusan, di loby gedung dua, di ruang dekanat, di ruang TU, dan di tata tertib ujian. Realisasi tata tertib berpakaian mahasiswa dalam bentuk tulisan-tulisan peringatan diharapkan menciptakan ketertiban

tata tertib berpakaian mahasiswa banyak sekali tujuannya. Tata tertib berpakaian adalah hukum sebagai kewajiban mahasiswa. Dosen dan pegawai menilai tata tertib berpakaian sangat baik untuk mahasiswa sendiri. Dengan adanya tata tertib berpakaian, mahasiswa diharapkan menjadi sumber daya manusia disiplin, inlektual dan bercitra positif. Namun pada kenyataannya sebagian besar mahasiswa belum mengindahkan tata tertib tersebut. Banyak mahasiswa terkesan berpakaian seenaknya sendiri saat mengikuti kegiatan akademik di kampus. Banyak sekali mahasiswa yang memakai kaos oblong dan atau sandal saat berada di kampus.

Setiap masyarakat senantiasa mempunyai lembaga-lembaga sosial, yang merupakan himpunan norma-norma dari segala tingkatan yang menyangkut kebutuhan pokok manusia. Lembaga- lembaga sosial tersebut sebagai pedoman perilaku, sebagai dasar integrasi masyarakat serta sebagai pegangan untuk mengadakan sosial kontrol atau pengendalian sosial. Seperti perguruan tingggi, memberikan pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat berupa kebutuhan rohani yakni kebutuhan akan pendidikan.

Sebagai perangkat norma dan perilaku yang teratur, maka hukum merupakan suatu lembaga sosial. Di dalam prosesnya maka hukum sebagai lembaga sosial memenuhi kebutuhan pokok manusia

menjadi bagian dari suatu lembaga sosial. Untuk menjadi bagian dari suatu lembaga sosial, maka norma-norma harus mengalami proses- proses pelembagaan. Proses pelembagaan tersebut dimulai dengan adanya pengetahuan terhadap norma-norma tertentu. Taraf tersebut kemudian diikuti dengan proses pemahaman dan penataan, serta mencapai puncaknya pada proses penghargaan terhadap norma- norma. Proses penghargaan mungkin diikuti dengan proses penjiwaan, sehingga norma-norma tersebut membudaya dalam masyarakat (Soekanto dan Mustafa Abdullah, 1981: 91-92)

Proses pelembagaan tata tertib berpakaian mahasiswa FISIP UNS juga memalui proses diketahui, diakui, dihargai, serta tahap yang paling penting adalah ditaati. Mahasiswa FISIP UNS sebagian belum mengenal tata tertib berpakaian yang ada dalam buku pedoman akademik yang dimiliki setiap mahasiswa S1 Reguler. Sedangkan tata tertib berpakaian mahsiswa yang terdapat dalam tulisan-tulisan peringatan di beberapa tempat di FISIP UNS sebagian besar mahasiswa sudah mengetahui. Sebagian mahasiswa juga sudah mengakui dan menghargai tata tertib berpakaian, sebagian besar mahasiswa sudah berpakaian sesuai dengan tata tertib yang berlaku di FISIP UNS.

Namun, sebagian mahasiswa lain belum sampai pada tahap Namun, sebagian mahasiswa lain belum sampai pada tahap

2. Petugas yang menegakkan tata tertib berpakaian di FISIP UNS

Dosen maupun pegawai administrasi FISIP UNS adalah petugas penegak tata tertib berpakaian mahasiswa. Dosen dan pegawai administrasi FISIP UNS mempunyai pedoman hukum untuk menegakkan tata tertib berpakaian mahasiswa. Pedoman yang dipakai ialah Surat Keputusan Rektor No. 487A/J27/KM/2005 mengenai tata tertib kehidupan mahasiswa termasuk mengatur busana atau pakaian yang dikenakan mahasiswa saat mengikuti kegiatan akademik. Selain itu, dosen dan pegawai administrasi mempunyai acuan lain sebagai pedoman berpakaian mahasiswa yaitu norma atau etika kesopanan dan kaidah agama.

Mahasiswa FISIP UNS mempunyai pandangan terhadap siapa yang seharusnya menjadi penegak tata tertib berpakaian. Sebagian mahasiswa menginginkan semua unsur sivitas akademika Mahasiswa FISIP UNS mempunyai pandangan terhadap siapa yang seharusnya menjadi penegak tata tertib berpakaian. Sebagian mahasiswa menginginkan semua unsur sivitas akademika

Dosen dan pegawai pelaksana administrasi FISIP UNS juga mempunyai pandangan mengenai siapa yang seharusnya menjadi petugas penegeak tata tertib berpakaian di FISIP UNS. Sebagian dosen dan pegawai administrasi menganggap bahwa semua unsur sivitas akademika FISIP UNS sangat berperan dalam mengawal tata tertib berpakaian mahasiswa FISIP UNS. Sebagian dosen dan pegawai administrasi lain menganggap dosenlah yang paling dekat dengan keseharian mahasiswa sehingga dosen yang dianggap paling cocok sebagai petugas penegak tata tertib berpakaian mahasiswa. Sebagian kecil dosen dan pegawai administrasi menganggap petugas yang seharusnya menegakkan tata tertib berpakaian mahasiswa adalah bagian kemahasiswaan karena kemahasiswaan sangat erat kaitannya dengan kehidupan mahasiswa.

berfungsinya hukum. Kalau peraturan sudah baik, akan tetapi kualits petugas kurang baik, maka akan ada masalah. Demikian pula, apabila peraturannya buruk sedangkan kualitas petugas baik, maka mungkin pula timbul masalah-masalah. Petugas penegak hukum mencakup ruang lingkup yang sangat luas, oleh karena menyangkut petugas-petugas pada strata atas, menengah, dan bawah. Yang jelas adalah, bahwa di dalam melaksanakan tugas-tugasnya, maka petugas seyogianya harus mempunyai suatu pedoman, antara lain, peraturan tertulis tertentu yang mencakup ruang lingkup tugas-tugasnya (Soekanto dan Mustafa Abdullah, 1981:13-18)

Dosen dan pegawai administrasi FISIP UNS sebagian besar sudah menjalankan kewajibannya dengan baik. Seringkali dosen dan pegawai administrasi menegur mahasiswa yang gaya pakaiannya dianggap kurang sesuai dengan etika di lingkungan kampus. Namun, masih ada beberapa dosen dan pegawai administrasi membiarkan mahasiswa karena menganggap mahasiswa sudah dewasa dan tidak perlu diatur-atur lagi.

3. Fasilitas penegak hukum

FISIP UNS mempunyai fasilitas penegak tata tertib berpakaian berupa tulisan-tulisan peringatan yang ditempet di FISIP UNS mempunyai fasilitas penegak tata tertib berpakaian berupa tulisan-tulisan peringatan yang ditempet di

Untuk menciptakan tercapainya tujuan hukum juga diperlukan fasilitas atau media yang mendukung berfungsinya suatu hukum. Fasilitas merupakan media yang bisa digunakan untuk mensosialisasikan kaidah hukum atau menjalankan fungsi hukum itu sendiri. Kalau peralatan tersebut sudah ada, maka faktor-faktor pemeliharaanya juga harus memegang peranan yang sangat penting memang seringkali terjadi, bahwa suatu peraturan sudah diperlakukan padalah fasilitasnya belum tersedia lengkap. Peraturan yang semula bertujuan untuk memperlancar proses, malahan mengakibatkan terjadinya kemacetan. Mungkin ada baiknya pada waktu hendak menterapkan suatu peraturan secara resmi ataupun memberikan tugas kepada petugas, dipikirkan mengenai fasilitas- fasilitas yang berpatokan pada hal-hal sebagai berikut: apa yang sudah ada dipelihara terus agar setiap saat berfungsi; apa yang belum ada, perlu diadakan dengan memperhitungkan jangka waktu pengadaanya; apa yang kurang perlu dilengkapi; apa yang telah rusak diperbaiki atau diganti ; apa yang macet, dilancarkan ;apa yang telah mundur, ditingkatkan (Soekanto dan Mustafa Abdullah, 1981: 17-18)

fasilitas yang dimiliki FISIP UNS untuk menciptakan tertib berpakaian mahasiswa. Dosen dan pegawai menilai bahwa fasilitas yang dimiliki FISIP UNS sementara ini belum begitu efektif dalam mengawal mahasiswa untuk tertib berpakaian. Masih ada sebagian mahsiswa yang tidak mengindahkan tata tertib itu. Dan tulisan peringatan yang sudah ditempel di berbagai tempat sekakan hanya akan menjadi tulisan saja. Dosen dan pegawai administrasi FISIP UNS juga memiliki pandangan bahwa untuk meningkatkan efektifitas fasilitas atau media yang digunakan sebaiknya adalah melakukan sosialisasi secara serentak dan teratur kepada mahasiswa mengenai segala tata tertib termasuk tata tertib berpakaian. Media lain yang mungkin bisa meningkatkan efektifnya tata tertib berpakaian adalah poster, leaflet, ataupun pamflet.

Mahasiswa juga mengurai mengenai kurang efektifnya tata tertib berpakaian di FISIP UNS. Mahasiswa menginginkan bentuk tata tertib yang leib menarik dengan visualisasi dan gambar yang menarik. Bentuk media atau fasilitas yang dimaksud mahasiswa adalah poster, simbol atau rambu-rambu, pamflet, maupu slogan- slogan yang jelas dan ditempatkan di tempat-tempat strategis.

Solusi untuk meningkatkan efektifitas fasilitas tata tertib berpakaian bisa dilakukan dengan berbagai cara. Sebagaian besar Solusi untuk meningkatkan efektifitas fasilitas tata tertib berpakaian bisa dilakukan dengan berbagai cara. Sebagaian besar

4. Warga masyarakat yang terkena ruang lingkup peraturan tersebut.

Dilingkungan Universitas Sebelas Maret, warga masyarakat yang terkena ruang lingkup tata tertib kehidupan mahasiswa tentunya adalah mahasiswa itu sendiri. Begitu pula dengan tata tertib berpakaian bagi mahasiswa. Mahasiswa FISIP UNS adalah masyarakat yang terkena tata tertib kehidupan mahasiswa termasuk tata tertib berpakaian. Berfungsinya tata tertib berpakaian dapat dilihat melalui gaya pakaian yang dikenakan mahasiswa saat kuliah.

Menurut penuturan dosen, pegawai administrasi, maupun mahasiswa sendiri masih ada mahasiswa yang memakai kaos oblong atau sandal saat kuliah dan jumlahnya cukup banyak yang melanggar. Berarti tata tertib sebagai hukum yang harus ditaati

mahasiswa, tidak memakai kaos oblong misalnya. Seluruh dosen dan pegawai administrasi menurut pengamatan penulis juga sudah memberikan teladan yang baik dengan pakaian yang digunakan saat berada di lingkungan kampus. Seluruh dosen dan pegawai sudah berpakaian sangat rapi, sopan, dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Hal ini seharusnya menjadi teladan bagi mahasiswa secara tidak langsung. Sedangkan tata tertib berpakaian sebenarnya sudah terlembaga, namun sedikit kurang terarah karena belum ada kekompakan antar seluruh sivitas akademika dalam menegakkan tata tertib berpakaian bagi mahasiswa FISIP UNS.

Mahasiswa sebagai masyarakat yang terkena ruang lingkup tata tertib berpakaian sebagian besar justru tidak mengetahui tata tertib berpakaian dari Surat Keputusan Rektor. Padahal semua mahasiswa S1 Reguler mendapatkan buku pedoman yang berisis hak dan kewajiiban mahasiswa, termasuk kewajiban untuk tertib berpakaian. Tetapi untuk bentuk implementasi peraturan sebagian besar mahasiswa tahu. Kurangnya minat membaca dan keacuhan mahasiswa terhadap tata tertib membuat mahasiswa tidak mengetahui apalagi memahami tata tertib yang berlaku. Namun masih banyak mahasiswa yang mengetahui dan memahami bagaimana seharusnya pakaian yang pantas dikenakan saat kuliah.

“memukul”, dan seterusnya. Sebetulnya disini ada hal yang lebih mendalam lagi,

yakni

menanamkan kemampuan untuk mengendalikan diri. Kemampuan untuk mengendalikan diri tidak perlu ditanamkan secara memaksa atau dengan rangsangan yang berupa ancaman-ancaman (misalnya sanksi negatif). Dalam bidang hukum, ketertiban biasanya dikaitkan dengan kewajiban (sebagai peranan atau “role”). Kewajiban disini diartikan sebagai suatu beban atau tugas yang harus dilaksanakan. Akan tetapi seringkali dilupakan, bahwa kewajiban tersebut senantiasa dilingkupi dengan baik. Hak tersebut, merupakan suatu hak untuk tidak diganggu dalam melaksanakan kewajiban. (Soekanto dan Mustafa Abdullah, 1981: 26-27)

Mahasiswa yang memakai kaos oblong atau sandal saat mengikuti kegiatan akademik sebenarnya merupakan pelanggaran terhadap tata tertib berpakaian yang sudah ditetapkan Universitas. Masalah ketertiban merupakan masalah disiplin, dengan demikian mahasiswa yang tidak berpakaian sesuai aturan merupakan bentuk ketidakdisiplinan. Disiplin mempunyai peranan yang sangat penting dalam mengarahkan kehidupan manusia untuk mencapai cita- citanya. Tanpa adanya disiplin, maka seseorang tidak mempunyai patokan tentang apa yang baik dan buruk dalam tingkah lakunya.

tertib berpakaian mahasiswa FISIP UNS dosen menanamkan kemampuan mahasiswa untuk mengendalikan diri melalui teguran atau peringatan. Selain itu hal lain yang biasa dosen lakukan adalah melakukan sosialisasi atau membuat kontrak kuliah bahwa mahasiswa tidak diperkenankan memaki kaos oblong atau sandal saat kuliah. Untuk “memaksakan” pengendalian diri bagi mahasiswa untuk berpakaian rapi dosen atau pegawai administrasi FISIP UNS juga memberikan “sanksi’ seperti tidak diperkenankan mengikuti kuliah atau mengurus administrasi. Hal ini sangat mendukung terciptanya tertib berpakain mahasiswa FISIP UNS.