Hakikat Analisis Wacana Tekstual

4. Hakikat Analisis Wacana Tekstual

a. Teks dan Koteks

Ricoeur dalam Sobur (2009:53) menyatakan bahwa teks adalah wacana (berarti lisan) yang difiksasikan ke dalam bentuk tulisan. Dalam definisi tersebut secara implisit terlihat bahwa terdapat hubungan antara tulisan dengan teks. Apabila tulisan adalah bahasa lisan yang difiksasikan, maka teks adalah wacana yang difiksasikan ke dalam bentuk teks.

Banyak orang mempertukarkan is tilah “teks” dan “ wacana”. Sebenarnya, istilah teks lebih dekat pemaknaannya dengan bahasa tulis, dan wacana pada bahasa lisan. Guy Cook dalam Eriyanto (2009:9) berpendapat bahwa teks adalah semua bentuk bahasa, bukan hanya kata-kata yang tercetak di lembar kertas, tetapi juga semua jenis ekspresi komunikasi, ucapan, musik, gambar, efek suara, citra, dan sebagainya. Lebih lanjut dijelaskan bahwa titik perhatian dari analisis wacana adalah menggambarkan teks dan konteks secara bersama-sama dalam suatu proses komunikasi.

Dalam tradi si tulis, teks bersifat „monolog noninteraksi‟, dan wacana lisan bersifat „dialog interaksi‟. Dalam konteks ini, teks dapat disamakan

dengan naskah, yaitu semacam bahasa tulisan yang berisi materi tertentu, seperti naskah materi kuliah, pidato, atau lainnya. Sebenarnya teks adalah esensi wujud bahasa. Dengan kata lain, teks direalisasi (diucapkan) dalam

bentuk „wacana‟. Mengenai hal ini Van Dyk dalam Nababan (1987:64) mengatakan bahwa teks lebih bersifat konseptual. Dari sinilah kemudian berkembang pemahaman mengenai teks lisan dan teks tulis, istilah-istilah yang sama persis dengan wacana lisan dan wacana tulis berkaitan dengan teks, didapati pula istilah koteks (co-text), yaitu teks yang bersifat sejajar, koordinatif, dan memiliki hubungan dengan teks lainnya. Teks lain tersebut bisa berada di depan (mendahului) atau di belakang (mengiringi).

Wacana yang utuh adalah wacana yang lengkap, yaitu mengandung beberapa aspek yang terpadu dan menyatu. Aspek-aspek yang dimaksud antara lain adalah kohesi, koherensi, topik,wacana, aspek leksikal, aspek Wacana yang utuh adalah wacana yang lengkap, yaitu mengandung beberapa aspek yang terpadu dan menyatu. Aspek-aspek yang dimaksud antara lain adalah kohesi, koherensi, topik,wacana, aspek leksikal, aspek

commit to user

gramatikal, aspek fonologis, dan aspek semantis. Brown dan Yule (1996:6-9) berpendapat bahwa wacana terealisasikan dalam bentuk teks, sehingga kata eks dipakai sebagai istilah teknis yang mengacu pada rekaman verbal tindak komunikasi. Halliday (1992:13) menyatakan bahwa teks adalah bahasa yang berfungsi, yaitu bahasa yang sedang melaksanakan tugas tertentu dalam konteks situasi tertentu pula. Hal ini tentunya berbeda dengan kata-kata atau kalimat-kalimat lepas. Oleh karena itu, bahasa yang diambil dari konteks situasi tertentu dapat pula disebut teks. Media penyampaiannya dapat berupa tuturan atau tulisan. Jadi teks adalah satuan bahasa yang memiliki keutuhan makna yang bersifat fungsional dan kontekstual.

Berkaitan dengan teks, didapati pula istilah koteks (co-text), yaitu teks yang bersifat sejajar, koordinatif, dan memiliki hubungan dengan teks lainnya, teks yang memiliki hubungan dengan teks lainnya (Mulyana, 2005:10). Teks lain tersebut bisa berada di depan (mendahului) atau di belakang (mengiringi). Koordinat antarwacana atau ko-teks sangat penting dalam menentukan penafsiran makna ujaran. Hal ini disebabkan dalam wacana, makna sebuah teks atau bagian-bagiannya sering ditentukan oleh pengertian yang diberikan oleh teks lain. Teks di sini dapat berwujud ujaran (kalimat), paragraf, atau pun wacana. Memang benar bahwa ujaran yang berurutan saling menopang dalam penafsiran maknanya. Hal itu mungkin sekali disebabkan oleh sifat linearitas bahasa. Oleh karena itu pasangan berdekatan menunjukkan pentingnya sebuah koteks dalam memahami dan menganalis wacana.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa gambaran keutuhan wacana itu adalah gambaran berbagai aspek yang terealisasikan di dalam kotes dan konteks yang perlu dikaji secara mendalam. Aspek-aspek teks antara lain adalah ragam dan bentuk bahasa, pola kalimat, dan paragraf, relasi antarkalimat dan antarparagraf, bentuk dan cirri setiap alenia, bentuk-bentuk ungkapan persuasi, dan sebagainya. Aspek-aspek teks tersebut memiliki ciri dan keragaman yang bervariasi, tergantung pada koteks dan konteks yang melingkupi wacana tersebut.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

b. Analisis Wacana Tekstual

Sebagaimana telah dikaji oleh para ahli linguistik bahwa wacana adalah satuan terlengkap. Sementara itu, dalam hierarki gramatikal wacana merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar. Sementara itu, Stuubs (1983: 1) mengatakan bahwa analisis wacana merujuk pada upaya mengaji pengaturan bahasa di atas kalimat atau di atas klausa, dan karenanya mengkaji satuan-satuan kebahasaan yang lebih luas, seperti pertukaran percakapan atau teks tulis. Konsekuensinya, analisis wacana juga memperhatikan bahasa pada waktu digunakan dalam konteks sosial, dan kususnya interaksi antar dialog antarpenutur.

Dengan demikian, definisi ini mencakup istilah yang ruang lingkupnya pada wacana lisan sehingga lebih sempit. Dede Oetomo (1993:5) lebih jauh menjelaskan bahwa analisis teks; hanya saja, istilah ini digunakan dalam tradisi Eropa tertentu, seperti dicontohkan oleh karya-karya Petfi, Van Dijk dan ahli-ahli lainnya tentang gramatika teks. Ahli kebahasaan seperti Halliday yang membahas teks dan konteks lebih mendalam cenderung menyamakan antara teks dan wacana. Pendapat ini tersirat pada saat ia membahas tentang konteks; menurut Halliday dan Hasan (1992:6), dalam kehidupan sesungguhnya konteks mendahului teks, situasinya ada lebih dahulu dari wacana yang berhubungan dengan situsi itu.

Analisis tekstual adalah analisis wacana yang bertumpu secara internal pada teks yang dikaji (Sumarlam, et. al, 2010). Analisis wacana tekstual mempunyai dua lingkup penganalisisan yakni analisis aspek gramatikal dan leksikal. Aspek gramatikal wacana menitikberatkan pada segi bentuk dan struktur lahir sebuah wacana. Aspek gramatikal wacana meliputi pengacuan (reference), penyulihan (subtitution), pelesapan (ellipsis), dan perangkaian (conjungtion). Pengacuan atau referensi adalah salah satu jenis kohesi gramatikal yang berupa satuan lingual lain yang mendahului atau mengikutinya (Sumarlam, et. al, 2010). Sedangkan aspek leksikal wacana menitikberatkan pada segi makna atau struktur batin sebuah wacana. Dalam Analisis tekstual adalah analisis wacana yang bertumpu secara internal pada teks yang dikaji (Sumarlam, et. al, 2010). Analisis wacana tekstual mempunyai dua lingkup penganalisisan yakni analisis aspek gramatikal dan leksikal. Aspek gramatikal wacana menitikberatkan pada segi bentuk dan struktur lahir sebuah wacana. Aspek gramatikal wacana meliputi pengacuan (reference), penyulihan (subtitution), pelesapan (ellipsis), dan perangkaian (conjungtion). Pengacuan atau referensi adalah salah satu jenis kohesi gramatikal yang berupa satuan lingual lain yang mendahului atau mengikutinya (Sumarlam, et. al, 2010). Sedangkan aspek leksikal wacana menitikberatkan pada segi makna atau struktur batin sebuah wacana. Dalam

commit to user

hal ini, aspek leksikal wacana bertumpu pada hubungan secara semantis. Aspek leksikal wacana meliputi repetisi (pengulangan), sinonimi (padan kata), kolokasi (sanding kata), hiponimi (hubungan atas bawah), antonimi (lawan kata), dan ekuivalensi (kesepadanan). Berikut akan dijelaskan satu persatu kedua aspek tersebut: