Aspek Leksikal Wacana

2. Aspek Leksikal Wacana

Sumarlam (2010:35) berpendapat bahwa kohesi leksikal ialah hubungan antarunsur dalam wacana secara semantik. Dalam hal ini untuk menghasilkan wacana yang padu pembicara atau penulis dapat menempuhnya dengan cara memilih kata-kata sesuai dengan isi kewacanaan yang dimaksud. Hubungan kohesif yang diciptakan atas dasar aspek leksikal, dengan pilihan kata yang serasi, menyatakan hubungan makna atau relasi semantik antara satuan lingual yang satu dengan yang lain dalam wacana. Hal tersebut sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Kusharyati (2009:98) yang menyatakan bahwa kohesi leksikal adalah hubungan semantik antarunsur pembentuk wacana dengan memanfaatkan unsur leksikal atau kata.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Aspek leksikal dalam wacana dapat dibedakan menjadi enam macam, yaitu repetisi (pengulangan), sinonimi (padan kata), kolokasi (sanding kata), hiponimi (hubungan atas bawah), antonimi (lawan kata), dan ekuivalensi (kesepadanan).

a) Repetisi (pengulangan)

Repetisi adalah pengulangan bunyi, suku kata, kata atau bagian kalimat yang dianggap penting untuk memberi tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai. Berdasarkan tempat satuan lingual yang diulang dalam baris, klausa atau kalimat, repetisi dapat dibedakan menjadi delapan macam, yakni (1) repetisi epizeuksis, repetisi tautotes, repitisi anafora, repitisi epistrofa, repetisi simploke, repetisi mesodiplosis, repetisi epanalepsis, repetisi anadiplosis (Keraf, 1990:127-128). Berikut ini adalah penjelasan dan contoh-contoh mengenai kedelapan jenis repetisi tersebut. (1) Repetisi Epizeuksis

Repetisi yaitu pengulangan satuan lingual (kata) yang dipentingkan beberapa kali secara berturut-turut. Contoh repitisi semacam itu dapat diperhatikan pada tuturan berikut ini:

(16) Sebagai orang beriman, berdoalah selagi ada kesempatan, selagi diberi kesehatan, dan selagi diberi umur panjang. Berdoa selagi kita sehat tentu lebih baik daripada berdoa

selagi kita butuh. Mari kita berdoa bersama-sama selagi

Allah mencintai umat-Nya (Sumarlam, et. al, 2010:34-35).

Pada tuturan di atas, kata selagi diulang beberapa kali secara berturut- turut untuk menekankan pentingnya kata tersebut dalam konteks tuturan itu.

(2) Repetisi Tautotes Repetisi tautotes yaitu pengulangan satuan lingual (sebuah kata) beberapa kali dalam sebuah konstruksi. Agar lebih jelas, berikut ini contohnya:

(17) Aku dan dia terpaksa harus tinggal berjauhan, tetapi aku sangat mempercayai dia, dia pun sangat mempercayai aku. Aku dan dia saling mempercayai (Sumarlam, et. al, 2010:35) (17) Aku dan dia terpaksa harus tinggal berjauhan, tetapi aku sangat mempercayai dia, dia pun sangat mempercayai aku. Aku dan dia saling mempercayai (Sumarlam, et. al, 2010:35)

commit to user

(3) Repitisi Anafora Repetisi anafora yaitu pengulangan satuan lingual berupa frasa pertama pada tiap baris atau kalimat berikutnya. Pengulangan pada tiap baris biasanya terjadi dalam puisi, sedangkan pengulangan pada tiap kalimat terdapat dalam prosa. Berikut ini contohnya:

(18) Bukan nafsu, bukan wajahmu, bukan kakimu, bukan tubuhmu, Aku mencintai karena hatimu (Sumarlam, et. al, 2010:35)

Pada penggalan puisi di atas terjadi repetisi anafora berupa pengulangan kata bukan pada baris pertama sampai keempat. Repetisi semacam itu dimanfaatkan oleh penulis puisi untuk menyampaikan maksud bahwa aku (tokoh pertama pada puisi itu) mencintai seseorang benar-benar karena hatinya, bukan karena wajah, bukan karena kaki, dan bukan karena tubuhnya.

(4) Repitisi Epistrofa Repetisi epistrofa ialah pengulangan satuan lingual kata/frasa pada akhir baris (dalam puisi) atau akhir kalimat (dalam prosa) secara berturut-turut. Berikut ini merupaka contohnya:

(19) Bumi yang kudiami, laut yang kulayari, adalah puisi. Udara yang kauhirup, air yang kauteguki, adalah puisi. Kebun yang kautanami, bukit yang kaugunduli adalah

puisi.

Gubuk yang kauratapi, gedung yang kautinggali adalah

puisi

(Gorys Keraf, 1990:128) Tampak pada bait puisi di atas satuan lingual adalah puisi yang diulang empat kali pada tiap baris secara berturut-turut .

(5) Repetisi Simploke Repetisi simploke ialah pengulangan satuan lingual pada awal dan akhir beberapa baris/kalimat berturut-turut, seperti tampak pada contoh berikut ini.

(20) Kamu bilang hidup ini brengsek. Biarin (20) Kamu bilang hidup ini brengsek. Biarin

commit to user

Kamu bilang hidup ini nggak punya arti. Biarin Kamu bilang nggak punya kepribadian. Biarin Kamu bilang nggak punya pengertian. Biarin

(Gorys Keraf, 1990:128) Pada bait puisi tersebut terdapat pengulangan satuan lingual “kamu bilang hidup ini” pada baris pertama dan kedua, dan satuan lingual “kamu bilang nggak punya” pada baris ketiga dan keempat,

masing-masing terdapat pada awal baris. Sementara itu, satuan lingual yang berupa kata “biarin” diulang empat kali pada tiap akhir baris

pertama sampai dengan keempat. (6) Repetisi Mesodiplosis Repetisi mesodiplosis yaitu pengulangan satuan lingual di tengah-tengah baris kalimat secara berturut-turut.

(21) Pegawai kecil jangan mencuri kertas karbon. Babu-babu jangan mencuri tulang-tulang ayam goreng Para pembesar jangan mencuri bensin Para gadis jangan mencuri perawannya sendiri

(Keraf, 1990:128)

(7) Repetisi Epanalepsis Repetisi epanalepsis adalah pengulangan satuan lingual yang kata/frasa terakhir dari baris/kalimat itu merupakan pengulangan kata/frasa pertama. Repetisi jenis ini dapat diamati pada contoh berikut.

(22) Minta maaf kepadanya sebelum dia dating minta maaf. Kamu mengalah bukan berarti dia mengalahkan kamu. Berbuat baiklah kepada semua selagi bisa berbuat baik

(Sumarlam, et. al, 2010:37)

Pada tuturan di atas terdapat repetisi epanalepsis, yaitu frasa minta maaf pada akhir baris merupakan pengulangan frasa yang sama pada awal baris pertama. Kata kamu pada akhir baris merupakan pengulangan kata yang sama pada awal baris kedua. Selanjutnya, frasa berbuat baik pada akhir baris merupakan pengulangan frasa yang sama pada awal baris ketiga. Pengulangan seperti itu berfungsi untuk Pada tuturan di atas terdapat repetisi epanalepsis, yaitu frasa minta maaf pada akhir baris merupakan pengulangan frasa yang sama pada awal baris pertama. Kata kamu pada akhir baris merupakan pengulangan kata yang sama pada awal baris kedua. Selanjutnya, frasa berbuat baik pada akhir baris merupakan pengulangan frasa yang sama pada awal baris ketiga. Pengulangan seperti itu berfungsi untuk

commit to user

menekankan pentingnya makna satuan lingual yang diulang, yaitu minta maaf, kamu, dan berbuat baik.

(8) Repetisi Anadiplosis Repetisi anadiplosis yaitu pengulangan satuan lingual kata/frasa terakhir dari baris/kalimat berikutnya (Sumarlam, et .al, 2010:35-38). Berikut merupakan contoh repetisi anadiplosis:

(23) Dalam hidup ada tujuan