Kebijakan Pemerintah Pendudukan Jepang

1. Kebijakan Pemerintah Pendudukan Jepang

Dalam menjalankan kebijakannya, pemerintah pendudukan Jepang berpegang pada tiga prinsip utama, yaitu sebagai berikut : ♦ Menggalang dukungan rakyat untuk memenangkan perang dan mempertahankan ketertiban umum. ♦ Memanfaatkan sebanyak mungkin struktur pemerintahan yang telah ada. ♦ Mengusahakan agar wilayah yang bersangkutan dapat memenuhi kebutuhannya sendiri.

Selama berkuasa di Indonesia, pemerintah pendudukan Jepang menempuh berbagai kebijakan sebagai berikut :

a. Eksploitasi Sumber Alam

1) Mengawasi dan memonopoli penjualan hasil perkebunan teh, karet, kina, dan kopi.

2) Memperbesar produksi pangan (untuk keperluan Jepang) dengan membuka areal baru, sehingga terjadilah pengrusakan hutan.

3) Memusnahkan jenis perkebunan yang dianggap tidak menunjang usaha perang.

4) Melaksanakan percobaan penanaman kapas di berbagai daerah

5) Memerintah rakyat untuk menanam jarak yang digunakan sebagai pelumas mesin-mesin perang.

6) Mewajibkan rakyat menyerahkan 80% hasil panen, dengan perincian 30% untuk pemerintah dan 50% disimpan di lumbung desa.

7) Melakukan penebangan hutan secara liar untuk menunjang kegiatan perang.

b. Eksploitasi Sumber Daya Manusia

Selain melakukan pemerasan dalam bidang ekonomi, Jepang juga melakukan pemerasan terhadap tenaga rakyat dengan berbagai bentuk kerja paksa. Hal itu dilakukan demi kepentingan Jepang dalam menghadapi tentara Sekutu. Bentuk eksploitasi tenaga rakyat yang dilakukan Jepang, antara lain:

1) Pengerahan Romusha (Barisan Prajurit Kerja)

Romusha merupakan bentuk pengerahan tenaga rakyat untuk melakukan kerja paksa. Beribu-ribu anggota Romusha (barisan prajurit kerja) dari Pulau Jawa dikerahkan untuk membangun pangkalan-pangkalan militer, kubu-kubu pertahanan, pembuatan jalan, dan jembatan di daerah-daerah pendudukan Jepang di Asia Tenggara, seperti Malaya, Burma, dan lain-lain. Dalam bekerja

48 IPS Terpadu 9 untuk Kelas IX 48 IPS Terpadu 9 untuk Kelas IX

Gambar 2.9 Para pekerja Romusha

perang Jepang.

Sumber: Atlas dan Lukisan SNI

2) Kinrohosi

Kinrohosi adalah kerja bakti yang mengarah pada kerja paksa, diberlakukan bagi para pamong desa dan pegawai rendahan.

3) Pembentukan Organisasi Semi Militer Selain menjalankan praktek kerja paksa (Romusha), Jepang juga menyiapkan tenaga rakyat Indonesia untuk kepentingan perangnya menghadapi Sekutu melalui berbagai latihan seperti berikut :

a) Syuinsintai atau Barisari Pelopor

Suisyintai ( Barisan Pelopor) dibentuk pada tanggal 14 September 1944 dan diresmikan pada tanggal 25 Septem- ber 1944. Barisan ini merupakan bagian dari Jawa Hokokai yang bertugas meningkatkan kesiapsiagaan rakyat. Yang diserahi memimpin barisan ini adalah Ir. Sukarno, dibantu Otto Iskandardinata, R.P. Suroso, dan dr. Buntaran Martoatmojo.

b) Heiho atau Pembantu Prajurit Jepang Heiho (pembantu polisi Jepang), dibentuk pada bulan April 1943, beranggotakan oleh para pemuda yang berusia 18-

25 tahun dan berpendidikan paling rendah sekolah dasar.

c) PETA (Pembela Tanah Air)

Peta dibentuk pada tanggal 3 Oktober 1943. Anggota Peta terdiri atas orang-orang Indonesia yang dididik militer. Peta adalah tentara Indonesia yang dididik oleh Jepang. Tokoh- tokoh keluaran Peta yang terkenal, antara lain Supriyadi, Jenderal Sudirman, Jenderal Gatot Subroto, Jenderal Achmad Yani, dan Jenderal Suharto (Presiden RI kedua). PETA (merupakan pasukan tempur dalam rangka mempertahankan tanah air.

Perang Dunia II dan pengaruhnya terhadap Indonesia Perang Dunia II dan pengaruhnya terhadap Indonesia

Gakutotai (Seinendan Gakko)merupakan barisan pelajar pada sekolah tinggi lanjutan.

e) Kaibodan atau Barisan Pembantu Polisi Keibodan (Barisan Pembantu Polisi), dibentuk pada tanggal

29 April 1943, beranggotakan para pemuda yang berusia 23-25 tahun. Barisan ini di Sumatra disebut Bogodan, dan di Kalimantan disebut Borneo Konen Hokokudan.

f) Seinendan atau Barisan Pemuda

Seinendan (barisan pemuda) dibentuk pada tanggal 9 Maret 1943, beranggotakan para pemuda yang berusia 14-22 tahun. Tujuannya adalah melatih dan mendidik para pemuda Indonesia agar mampu menjaga dan mempertahankan tanah airnya. Akan tetapi sebenarnya mereka dipersiapkan untuk dikirim ke medan perang menghadapi Sekutu.

g) Fujinkai atau Barisan Wanita

Fujinkai (Barisan Wanita) dibentuk pada bulan Agustus 1943, beranggotakan para wanita yang berusia di atas 15 tahun.

h) Jawa Hokokai atau Perhimpunan Kebaktian Rakyat

Jawa) Jawa Hokokai (Perhimpunan Kebaktian Rakyat Jawa) dibentuk pada tanggal 1 Maret 1944. Tujuannya menggerakkan seluruh rakyat Indonesia agar berbakti kepada Jepang untuk mencapai kemenangan dalam perang Asia Timur Raya. Anggota Jawa Hokokai adalah pemuda- pemuda yang telah berumur 14 tahun ke atas. Perhimpunan ini juga diserahi tugas untuk mengerahkan rakyat agar mengumpulkan padi, permata, berbesi tua, dan barang- barang berharga lainnya untuk diserahkan kepada Jepang demi kemenangan perang, sebab pada saat itu, yaitu tahun 1944, Jepang makin terdesak oleh Sekutu dan harapan dapat menang perang sangat kecil.

Cakap Ilmu

Ayo saatnya kalian melakukan penelitian sejarah lisan. Carilah keterangan mengenai penderitaan rakyat Indonesia pada masa pendudukan Jepang di daerah kalian. Tanyakanlah keadaan masyarakat di daerah kalian pada masa penjajahan Jepang pada sanak keluarga atau saksi sejarah masa pendudukan Jepang. Tulislah hasil wawancara kalian dalam bentuk laporan singkat untuk dikumpulkan pada guru.

50 IPS Terpadu 9 untuk Kelas IX 50 IPS Terpadu 9 untuk Kelas IX

Untuk menjalankan kekuasannya di Indonesia, Jepang membagi wilayah Indonesia menjadi tiga pemerintahan pendudukan, sebagai berikut :

1) Pemerintahan atas Jawa dan Madura, di jalankan oleh Tentara

XVI yang berpusat di Jakarta.

2) Pemerintahan atas Sumatera, dijalankan oleh Tentara XXV yang berpusat di Bukit Tinggi.

3) Pemerintahan atas Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Irian Jaya dilakukan oleh Armada Selatan yang berpusat di Ujung Pandang.

Pada tanggal 5 Agustus 1942 pemerintah Jepang mengeluarkan UU No. 27 tentang Perubahan Tata Pemerintahan Daerah dan UU No. 28 tentang Aturan Pemerintahan Syu (Karesidenan). Dengan dikeluarkannya UU tersebut, maka berakhirlah pemerintahan sementara dan berlakulah pemerintahan pendudukan Jepang di Indonesia. Berdasar UU No. 27 tentang Perubahan Tata Pemerintah Daerah, pemerintahan di Jawa memiliki struktur sebagai berikut :

a. Syu (Karesidenan) dipimpin Sucho,

b. Si (Kotamadya) dipimpin Sicho

c. Ken (Kabupaten) dipimpin Kencho

d. Gun (Kawedanan) dipimpin Guncho,

e. Son (Kecamatan) dipimpin Soncho

f. Ku (Desa/Kelurahan) dipimpin Kuncho.