Persetujuan New York

4. Persetujuan New York

Kesungguhan yang dilakukan oleh Indonesia dalam perjuangan mengembalikan Irian Barat mengundang simpati diplomat Amerika Serikat, yaitu Ellsworth Bunker. Ia mengajukan usul yang kemudian terkenal dengan nama Rencana Bunker pada bulan Maret 1962. Isi Rencana Bunker, antara lain sebagai berikut :

a. Pemerintahan Irian Barat harus diserahkan kepada RI melalui badan PBB yang disebut United Nations Temporary Excecutive Authority (UNTEA).

Perjuangan bangsa Indonesia merebut Irian Barat

New York diadakan perjanjian antara Indonesia dan Belanda yang disebut Perjanjian New York. Penandatanganan Perjanjian New York dilakukan oleh Menteri Luar Negeri Subandrio mewakili RI dengan Van Royen dan Schurmann yang mewakili Belanda. Sedangkan Sekjen PBB U Thant dan Bunker menyaksikan penandatanganan tersebut.

Isi perjanjian New York adalah sebagai berikut :

a. Setelah pengesahan persetujuan antara Indonesia dan Belanda, paling lambat 1 Oktober 1962 UNTEA akan berada di Irian Barat, dan bendera Belanda diganti bendera PBB.

b. Pasukan-pasukan Indonesia yang sudah berada di Irian Barat tetap tinggal di Irian Barat, tetapi berstatus di bawah kekuasaan pemerintah sementara PBB.

c. Angkatan perang Belanda secara berangsur-angsur dikembalikan, bagi yang belum pulang di tempatkan di bawah pengawasan PBB dan tidak boleh dipakai untuk operasi-operasi militer.

d. Antara Irian Barat dan daerah Indonesia lainya berlaku lalu lintas bebas.

e. Pada tanggal 31 Desember 1962 bendera Indonesia mulai berkibar di samping bendera PBB.

f. Pemulangan anggota-anggota sipil dan militer Belanda harus sudah selesai pada tanggal 1 Mei 1963, dan selambat-lambatnya pada hari itu juga Pemerintah RI secara resmi menerima pemerintahan di Irian Barat dari Pemerintahan sementara (UNTEA)

Selanjutnya untuk menjamin keamanan di wilayah Irian Barat, dibentuk pasukan keamanan PBB yang dinamakan United Nations Security Forces (UNSF) di bawah Pimpinan Brigjen Said Uddin Khan dari Pakistan.

Pemerintah Sementara PBB berada di bawah pimpinan Jalal Abdoh dari Iran. Hal ini memperlancar kegiatan pemerintahan, sehingga tepat 1 Mei 1963 UNTEA menyerahkan Irian Barat kepada RI. Sebagai gubernur Irian Barat yang pertama di angkat putra Irian Barat asli, yaitu E. J. Bonay.

Bersamaan dengan kembalinya Irian Barat secara resmi ke pangkuan Republik Indonesia, maka pada tanggal 1 Mei 1963 Komando Mandala di bubarkan oleh Presiden Soekarno. Operasi terakhir yang dilaksanakan oleh Komando Mandala adalah operasi Wisnumurti yang bertugas dalam pengamanan penyerahan kekuasaan pemerintahan di Irian Barat dari UNTEA kepada Pemerintah RI.

Usaha-usaha yang dilakukan oleh Pemerintah RI untuk memajukan kesejahteraan rakyat Irian Barat, antara lain :

a. Dalam bidang pendidikan, dengan mengirim guru-guru.

b. Dalam bidang sosial, mengakhiri cara hidup yang terlalu sederhana atau

primitif dengan menyelenggarakan operasi Busana.

IPS Terpadu 9 untuk Kelas IX IPS Terpadu 9 untuk Kelas IX

d. Membangun industri dan pertambangan, yaitu Pertamina dan Pertambangan Tembaga.

Usaha-usaha tersebut ternyata memberikan nilai lebih tersendiri bagi masyarakat Irian Barat, sehingga dalam penyelenggaraan Pepera menghasilkan pendapat rakyat Irian Barat tetap bersatu dengan Republik Indonesia.

Gambar 11.6 Pengibaran bendera Merah Putih dalam upacara penyerahan Irian Barat dari UNTEA kepada Indonesia. Sumber : 30Tahun Indonesia Merdeka 1950-1964

Cakrawala

Tokoh-tokoh yang besar jasanya dalam pembebasan Irian Barat adalah Mayjen Soeharto, Komodor Yos Sudarso, Kapten Laut Wiratno, Kolonel Sudomo, dan Kolonel Udara Wattimena. Selain itu juga sukarelawati “Srikandi” Herlina yang banyak jasanya dalam pembinaan Teritorial. Herlina mendapat hadiah Pending Emas dari Pemerintah dalam pembebasan Irian Barat secara heroik. Pengalamannya dibukukan dalam karya tulis yang berjudul Pending Emas.