Identifikasi Faktor Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman

2. Identifikasi Faktor Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman

Berdasarkan hasil analisis faktor internal dan eksternal maka dapat diidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang berpengaruh terhadap pemasaran keripik belut di Kabupaten Sukoharjo. Adapun faktor-faktor tersebut dapat dilihat pada Tabel 23.

Tabel 23.Identifikasi Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman dalam

Pemasaran Keripik belut di Kabupaten Sukoharjo

Faktor Internal

Kekuatan

Kelemahan

Sumber Daya Manusia - Pengalaman produksi

- Kontinyuitas produksi

Pemasaran

-Kualitas keripik belut

- Promosi terbatas

-Saluran Distribusi yang

- Kemasan kurang menarik

lancar

- Harga fluktuatif

- Kemitraan/kerjasama

- Harga keripik belut mahal

antar produsen.

Manajemen - Manajemen keuangan/pembukuan belum tersusun secara rapi

Faktor Eksternal

Peluang

Ancaman

Cuaca - Perbedaan Musim Kondisi Perekonomian - Perluasan akses pasar

Pemasok - Pemasok tidak dapat memenuhi kebutuhan sesuai permintaan

lxxii i

Sosial dan Budaya

- Meningkatnya kesadaran -

masyarakat

akan

kandungan gizi belut

Politik dan Hukum

- Perhatian pemerintah

- Pemerintah kurang berperan

- Kebijakan Promosi

optimal dalam membantu pemberian modal/kredit

Teknologi

- Adanya teknologi internet

Persaingan - Persaingan di dalam - Adanya pemasaran keripik lain

Kabupaten

Sukoharjo

relatif kecil

Konsumen - Daya beli konsumen terhadap keripik belut rendah

Sumber : Analisis Data Primer

a. Identifikasi Faktor Kekuatan

1) Pengalaman Produksi Untuk menghasilkan keripik belut yang berkualitas dan memiliki rasa enak serta mempunyai ciri khas membutuhkan waktu lama yaitu bisa mencapai puluhan tahun. Pengalaman produksi dalam mengolah sangat diperlukan untuk menunjang rasa agar keripik belut yang dihasilkan memiliki rasa yang enak. Dari hasil penelitian mengenai keripik belut di Kabupaten Sukoharjo bahwa salah satu kekuatan yang membuat rasa keripik belut di Sukoharjo memiliki rasa yang enak adalah pengalaman produksi. Semakin lama mereka mengusahakan keripik belut semakin membuat mereka mahir dalam mempertahankan rasa supaya tidak berubah.

2) Kontinyuitas produksi Keripik belut di Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo memiliki kontinyuitas produksi yang stabil. Setiap ada permintaan pengusaha selalu dapat memenuhi permintaan itu. Para pengusaha memasok bahan baku dari daerah Jawa Timur yaitu dari daerah Kediri, Malang dan Bojonegoro serta dari daerah Sukoharjo sendiri. Setiap harinya keripik belut di Kecamatan Baki Kabupaten

Sukoharjo dihasilkan sekitar 2 kuintal dan siap dipasarkan.

Konsumen atau pedagang besar tidak perlu menunggu, jadi

lxxi v lxxi v

3) Kualitas Keripik Belut Kualitas keripik belut yang baik sangat tergantung pada kualitas belut. Belut yang memiliki kualitas baik berasal dari tangkapan alam dan bukan berasal dari budidaya. Adapun ciri-ciri belut yang berkualitas baik adalah sebagai berikut :

- Ang g o ta tub uh utuh d a n mulus ya itu tid a k a d a luka

g ig ita n. - G e ra ka n linc a h d a n a g re sif. - Pe na mp ila n se ha t ya ng d ic irika n tub uh ya ng ke ra s d a n tid a k le ma s ma na ka la d ip e g a ng . - Tub uh b e rukura n ke c il d a n b e rwa rna kuning ke c o kla ta n.

- Umur a nta ra 2-4 b ula n. - Be lut b uka n b e ra sa l d a ri b ud id a ya me la inka n b e ra sa l d a ri ta ng ka p a n d i a la m.

Keripik belut dapat dikatakan memiliki kualitas baik apabila telah memiliki persyaratan sebagai berikut :

a. Higienis, renyah, kering, dan tanpa bahan pengawet.

b. Utuh seluruh badan dalam pengemasan dan tidak mudah putus.

c. Tahan lama hingga beberapa bulan.

d. Rasanya gurih dan lezat.

4) Saluran distribusi yang lancar Distribusi merupakan proses penyampaian barang dan jasa dari produsen ke konsumen. Adanya ketersediaan alat pengangkutan dan pedagang pengumpul maupun tenaga penjual lainnya membuat produk sampai ke tangan konsumen tepat waktu sehingga dapat membantu dalam penyaluran keripik belut dari produsen ke konsumen.

lxxv

Saluran distribusi yang digunakan oleh pengusaha keripik belut dalam menjual produknya terdiri dari pedagang pengumpul, pengecer, dan eksportir. Kemudian untuk pemasarannya sangat luas mulai dari pasar-pasar lokal hingga di kota besar seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Klaten, Kalimantan serta Malaysia dan Singapura. Penjualan keripik belut biasanya dilakukan langsung kepada pengusaha di toko mereka masing-masing atau melalui kelompok-kelompok yang sudah terorganisir.

5) Kemitraan/kerjasama antar produsen Kemitraan yang terjalin antar produsen sangat baik. Hal ini merupakan salah satu kekuatan dalam usaha keripik belut di Kabupaten Sukoharjo. Jika salah satu pengusaha kekurangan bahan baku belut maka pengusaha lain akan memberikan stoknya untuk menutupi kekurangan itu dan sebaliknya.

Bentuk kerjasama lain yang telah dilakukan selama ini adalah melakukan promosi secara bersama-sama yaitu dengan mengadakan pameran-pameran, pemasangan papan nama sentra keripik belut di Kabupaten Sukoharjo, pelatihan budidaya belut secara bersama-sama.

b. Identifikasi Faktor Kelemahan

1) Promosi terbatas Promosi keripik belut selama ini dilakukan oleh pengusaha, konsumen dan pemerintah. Pemerintah daerah setempat diantaranya dengan pembuatan papan nama sentra industri keripik belut di Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo, mengarahkan tamu untuk kunjungan ke sentra keripik belut, pembuatan brosur/leaflet profil tentang industri kecil keripik belut mengadakan pameran- pameran. Promosi yang dilakukan pemerintah daerah sangat kurang efektif karena sangat terbatasnya dana untuk pembuatan papan nama, kurangnya minat tamu yang berkunjung ke daerah

lxxv i lxxv i

2) Kemasan kurang menarik Sebagian besar kemasan yang digunakan untuk keripik belut di Kabupaten Sukoharjo kurang menarik perhatian konsumen jika dibandingkan dengan pengusaha yang berasal dari Klaten dan Yogyakarta. Pengusaha keripik belut di Kabupaten Sukoharjo juga belum memberikan nama merek pada produknya. Serta tidak adanya kepastian dari pengusaha itu sendiri mengenai kemasan. Hal dikarenakan hampir seluruh pengusaha keripik belut di Kabupaten Sukoharjo adalah penjual keripik belut secara grosiran dan untuk dijual lagi sehingga kemasan yang diminta pedagang pengumpul adalah kemasan tanpa merek. Kemudian pedagang pengumpul akan membungkus lagi keripik tersebut tentunya dengan merek yang berasal dari pedagang pengumpul itu.

3) Harga fluktuatif Harga keripik belut di pasaran sangat dipengaruhi oleh kondisi permintaan dan penawaran. Kondisi permintaan biasanya relatif stabil dalam setahun, meskipun kadang-kadang terjadi peningkatan yang signifikan dalam bulan-bulan tertentu. Oleh karena itu, kestabilan harga yang terbentuk sangat dipengaruhi kondisi ketersediaanya di pasaran. Pada bulan-bulan sepanjang musim hujan saat jumlah belut alam meningkat, harga keripik belut di pasaran relatif murah dengan harga mencapai Rp10.000,00- Rp15.000,00/Kg. Sebaliknya pada musim kemarau, harga jual keripik belut perkilogramnya dapat melonjak secara signifikan, yaitu antara Rp20.000,00-Rp30.000,00/Kg.

lxxv ii

4) Harga keripik belut mahal. Saat ini keripik belut dianggap produk yang harganya relatif lebih mahal, walaupun keripik belut menjanjikan kesehatan. Keripik belut juga belum menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Untuk mengatasi hal tersebut, diperlukan cara agar keripik belut dapat dinikmati oleh kalangan menengah ke bawah yaitu dengan cara membuat kemasan keripik belut dengan ukuran lebih kecil lagi yaitu ukuran 1 ons, 2 ons ataupun yang yang dibuat dalam plastik-plastik kecil dengan harga Rp 2000,00.

5) Manajemen keuangan yang kurang baik Kondisi keuangan pengusaha keripik belut masih terbatas pada sumber modal sendiri. Selain itu para pengusaha keripik belut tersebut juga belum bisa mengendalikan keuangan mereka, bahkan sering tercampur untuk kebutuhan rumah tangga sehingga saat untuk memenuhi kebutuhan usaha keripik belut terkadang menjadi kesulitan sendiri, misalnya pengusaha memperoleh kredit dari dinas perikanan namun digunakan untuk konsumsi atau membeli kebutuhan lain dan ketika untuk memenuhi kebutuhan usaha keripik belut harus meminjam lagi kepada pihak lain.

Di awal usaha pengusaha keripik belut mencatat pembukuan mereka mengenai pengeluaran, pemasukan dan keuntungan. Namun seiring dengan semakin berkembangnya usaha keripik belut pengusaha enggan mencatat lagi keuntungan yang mereka peroleh di pembukuan. Mereka menganggap bahwa usaha ini untung dan tidak perlu perhitungan yang lebih detail lagi.

c. Identifikasi Faktor Peluang

1) Perluasan akses pasar dengan membangun jaringan Kondisi perluasan akses pasar dengan membentuk jaringan sangat diharapkan. Melalui pembentukan jaringan pelaku usaha yang punya produk sama bisa memenuhi kebutuhan pasar secara

lxxv iii lxxv iii

2) Meningkatnya kesadaran masyarakat akan kandungan gizi belut Bentuknya yang seperti ular membuat sebagian orang enggan untuk melihatnya. Padahal, dagingnya sangat lezat dan dapat diolah menjadi berbagai makanan yang bergizi tinggi. Selain itu, belut juga memiliki berbagai khasiat untuk kesehatan. Dilihat dari komposisi gizinya, belut mempunyai nilai energi yang cukup tinggi, yaitu 303 kkal per 100 gram daging. Nilai energi belut jauh lebih tinggi dibandingkan telur (162 kkal/100 g tanpa kulit) dan daging sapi (207 kkal per 100 g). Hal itulah yang menyebabkan belut sangat baik untuk digunakan sebagai sumber energi.

Protein belut juga kaya akan beberapa asam amino yang memiliki kualitas cukup baik, yaitu leusin, lisin, asam aspartat, dan asam glutamat. Leusin dan isoleusin merupakan asam amino esensial yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan anak-anak dan menjaga kesetimbangan nitrogen pada orang dewasa.

Tingginya kadar asam glutamat pada belut menjadikan belut berasa enak dan gurih. Dalam proses pemasakannya tidak perlu ditambah penyedap rasa berupa monosodium glutamat (MSG).

Belut kaya akan zat besi (20 mg/100 g), jauh lebih tinggi dibandingkan zat besi pada telur dan daging (2,8 mg/100g).

lxxi x

Konsumsi 125 gram belut setiap hari telah memenuhi kebutuhan tubuh akan zat besi, yaitu 25 mg per hari. Zat besi sangat diperlukan tubuh untuk mencegah anemia gizi, yang ditandai oleh tubuh yang mudah lemah, letih, dan lesu.

Belut juga kaya akan fosfor. Nilainya dua kali lipat fosfor pada telur. Tanpa kehadiran fosfor, kalsium tidak dapat membentuk massa tulang. Karena itu, konsumsi fosfor harus berimbang dengan kalsium, agar tulang menjadi kokoh dan kuat, sehingga terbebas dari osteoporosis. Di dalam tubuh, fosfor yang berbentuk kristal kalsium fosfat umumnya (sekitar 80 persen) berada dalam tulang dan gigi.

Kandungan vitamin A yang mencapai 1.600 SI per 100 g membuat belut sangat baik untuk digunakan sebagai pemelihara sel epitel. Selain itu, vitamin A juga sangat diperlukan tubuh untuk pertumbuhan, penglihatan, dan proses reproduksi.

Belut juga kaya akan vitamin B. Vitamin B umumnya juga sangat penting bagi otak untuk berfungsi normal, membantu membentuk protein, hormon, dan sel darah merah.

3) Perhatian pemerintah Perhatian yang telah dilakukan pemerintah terhadap usaha keripik belut di Kabupaten Sukoharjo ditunjukan dengan memfasilitasi pengusaha dalam memperoleh sertifikasi PIRT (Pangan Industri Rumah Tangga). Pemerintah juga melakukan pembinaan-pembinaan terhadap pemasaran keripik belut antara lain dengan memberikan bimbingan kualitas produk makanan bagi industri kecil keripik belut, memfasilitasi hubungan kerjasama dengan swalayan ataupun mini market serta pemberian pinjaman modal dengan bunga yang ringan.

4) Kebijakan Promosi disertai dengan adanya teknologi internet Kebijakan promosi adalah aktivitas pemasaran dengan berusaha menyebarkan informasi, mempengaruhi dan atau

lxxx lxxx

Dengan perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi kegiatan pemasaran dapat dilakukan dengan bantuan komunikasi dunia maya. Adanya internet memungkinkan para konsumen keripik belut untuk mengakses sejumlah informasi terkait dengan proses perdagangan keripik belut. Melalui teknologi ini, kini produsen belut dapat menawarkan produknya secara online kepada para pembeli di seluruh kawasan Nusantara hingga mancanegara, sehingga semakin memperluas jaringan pemasaran dan akses pasar.

5) Persaingan di dalam Kabupaten Sukoharjo relatif kecil Persaingan yang ada diantara pengusaha keripik belut di Kabupaten Sukoharjo relatif kecil dan tidak banyak mempengaruhi penjualan keripik belut di Kabupaten Sukoharjo. Pengusaha yang ada telah mempunyai konsumen dan pasar keripik belut masing-masing. Antar sesama pengusaha keripik belut di Kabupaten Sukoharjo mereka anggap bukan sebagai saingan tapi justru dijadikan mitra dagang. Jika salah satu pengusaha kekurangan bahan baku maka pengusaha lain akan berusaha membantu untuk memberikan kelebihan bahan bakunya kepada pengusaha yang membutuhkan ataupun sebaliknya.

d. Identifikasi Faktor Ancaman

1) Perbedaan musim Perbedaan musim selama ini sangat mempengaruhi pemasaran keripik belut di Kabupaten Sukoharjo. Hal ini akan membawa dampak pada penawaran yang tidak stabil. Pada bulan- bulan sepanjang musim hujan saat jumlah belut alam meningkat, harga belut dipasaran relatif murah, yakni berkisar Rp 10.000,00-

lxxx i

Rp 15.000,00/Kg. Sebaliknya pada musim kemarau, harga jual belut per kilogramnya dapat melonjak secara signifikan, yaitu antara Rp 20.000,00-Rp30.000,00/Kg. Akibat hal tersebut membuat pengusaha semakin kesulitan dalam menjamin kestabilan harga jual keripik belutnya.

2) Pemasok tidak dapat memenuhi kebutuhan sesuai permintaan Untuk mencukupi permintaan pasar pengusaha keripik belut di Kabupaten Sukoharjo belum mampu membudidayakan belut sendiri. Untuk memenuhi bahan baku pengusaha sangat tergantung dari pemasok yang berasal dari daerah Jawa Timur. Keripik belut yang dibudidayakan dengan belut yang ditangkap dialam akan menghasilkan rasa yang berbeda ketika belut digoreng. Selama ini belut yang mempunyai rasa yang enak berasal dari tangkapan di alam.

3) Pemerintah kurang berperan optimal dalam pemberian modal/kredit Selama ini pengusaha sangat kesulitan untuk mendapatkan akses modal. Misalnya untuk mendapatkan pinjaman modal dari lembaga keuangan pengusaha sering dipersulit oleh urusan jaminan. Diharapkan dengan adanya jaminan kelangsungan usaha keripik belut dari pemerintah daerah Kabupaten Sukoharjo dapat mempermudah pengusaha keripik belut memperoleh modal/kredit terutama dalam memperluas jaringan pemasaran dan akses pasar

4) Adanya pemasaran keripik lain Adanya pemasaran dari keripik lain berupa keripik paru , keripik rambak cakar, keripik kulit sapi dapat menjadi ancaman bagi pemasaran keripik belut di Kabupaten Sukoharjo. Pendapatan produsen menjadi menurun karena jumlah yang dijual menjadi berkurang. Kualitas keripik belut tetap menjadi primadona namun dengan adanya perkembangan teknologi yang lebih baik tidak tertutup kemungkinan keripik lain akan dapat lebih berkembang

lxxx ii lxxx ii

5) Daya beli konsumen terhadap keripik belut rendah Minat konsumen dalam membeli keripik belut rendah. Salah satu penyebabnya yaitu harganya yang mahal sehingga saat ini hanya kalangan tertentu yang mampu membeli keripik belut. Biasanya berasal dari kalangan menengah ke atas.