Kedatangan Tentara NICA Belanda

A. Kedatangan Tentara NICA Belanda

Tanggal 15 Agustus 1945 Jepang menyerah, bertekuk lutut kepada Sekutu. Dengan demikian, Perang Dunia II yang melibatkan banyak Negara telah berahir. Jerman di Eropa telah menyerah kepada sekutu pada bulan Mei 1945, dan pada 15 Agustus 1945 itu terjadi perubahan tanggung jawab mandala perang Sekutu di

36 Kebumen Berdjuang, Op. Cit., hal. 7.

37 Ibid.

38 Ibid.

Asia Tenggara. Panglima SEAC (South East Asia Command) Laksamana Mountbatten memperluas tanggung jawabnya dengan mengambil alih SWPA (South West Paciffic Area) yang meliputi sebagian besar wilayah Hindia Belanda (Indonesia) dan kepulauan sebelah timur Sumatra yang semula dibawah komando

Jendral Mack Arthur. 39 Belanda ingin menduduki kembali Indonesia dan menghukum mereka

yang telah bekerja sama dengan pihak Jepang, tetapi pada tahun 1945 mereka tidak sanggup melakukan itu sendirian sehingga harapan mereka kini tertumpu pada pihak Inggris. Laksamana Mountbatten ternyata menunjukkan sikap diluar keinginan Belanda yaitu tidak berniat menaklukkan Indonesia untuk Belanda. Sikap Mountbatten ini dikarenakan dia tidak memiliki banyak serdadu untuk melakukan hal itu. Mountbatten hanya menetapkan sasarannya secara terbatas yaitu membebaskan para tawanan bangsa Eropa dan menerima penyerahan pihak Jepang sementara hal-hal lainnya terserah kepada pihak Belanda. Mountbatten memperlakukan pemerintahan Republik yang ada di daerah-daerah sebagai

kekuasaan de facto. 40 Atas dasar persetujuan Civil Affairs Agreement antara pemerintah Inggris

dan Belanda tanggal 24 Agustus 1945, yang boleh mendarat hanya tentara Inggrisakan tetapi kepada tentara itu dapat diperbantukan pegawai-pegawai sipil Belanda sebagai pegawai Netherlands Indies Civils Affairs (NICA). Batalyon Infanteri tempur Inggris yang pertama kali mendarat di Jakarta adalah batalyon

39 Himawan Soetanto, Yoyakarta 19 Desember 1948, Jendral Spoor versus Jendral Sudirman , (Gramedia Pustaka Utama: Jakarta). 2006. Hal. 1

40 M.C. Ricklefs,Op. Cit hal,453.

Seaforth Highlander dari Brigade Infanteri I, Divisi 23 Fighting Cock pada tanggal 29 September di Jakarta. Apa yang dikhawatirkan pihak Indonesia terjadi, pendaratan pasukan inggris diikuti oleh pendaratan pasukan Belanda, yaitu Satu Detasemen Marinir dari kapal perang HM Tromp. Minggu pertama bulan Oktober mendaratlah sisa Brigade I/Divisi 23 Fighting Cock, dua batalyon Infanteri dan dua Batalyon Artileri Medan. Pihak Belanda dalam kesempatan ini juga mulai mendaratkan pasukannya. Tanggal 4 Oktober 1945 lima kompi KNIL dari Balikpapan dan Tarakan tiba di Jakarta, yang kemudian diformasikan menjadi Batalyon Infanteri I/KNIL, disusul Oleh Batalyon infanteri II/Prins Bernhard KNIL dari Singapura yang seluruh personilnya adalah bekas tawanan perang. Tiba pula dari Australia perkapal 1000 personil Nica yang akan melaksanakan

administrasi pemerintahan Belanda di Indonesia. 41 Belanda, dengan kedok NICA inilah berhasil memasukkan orang-orangnya, tidak hanya pegawai sipil tetapi juga

pegawai militer. Sekutu membentuk suatu komado khusus yang diberi nama Allied Forces Netherlands East Indies (AFNEI). Tugas AFNEI di Indonesia adalah sebagai berikut:

1. Menerima penyerahan kekuasaan dari tangan Jepang

2. Membebaskan para tawanan perang dan inteniran sekutu

3. Melucuti dan mengumpulkan orang Jepang untuk kemudian dipulangkan

4. Menegakkan dan mempertahankan keadaan damai untuk kemudian diserahkan kepada pemerintahan sipil

41 Himawan Soetanto, Op.cit, hal. 15.

5. Menghimpun keterangan dan menuntut penjahat perang Pasukan sekutu yang tergabung dalam AFNEI mendarat di Jakarta pada tanggal

29 September 1945. Pasukan Inggris yang sebagian besar terdiri dari orang India bergerak memasuki pulau Jawa dan Sumatra. Pasukan pertama sampai Jakarta pada pertengahan kedua bulan September 1945. Letnan Jendral Sir Philip Christison sebagai Panglima Inggis untuk Indonesia berusaha ingin menghindari bentrokan- bentrokan dengan rakyat Indonesia. Atas dasar itu dia mengirimkan serdadu- serdadu lama tentara kolonial Belanda dan pasukan-pasukan Belanda yang baru tiba di Indonesia Timur, sehingga pendudukan kembali Belanda berlangsung dengan cepat. Letnan Gubernur Belanda J. Van Mook juga lebih senang memusatkan perhatian Belanda yang mula-mula pada Indonesia Timur, yang memiliki kepentingan ekonomi besar dan penduduknya diduga tidak begitu anti

Belanda. 42 Kedatangan pasukan Sekutu pada awalnya disambut dengan sikap terbuka

oleh pihak Indonesia. Baru setelah diketahui bahwa pasukan sekutu datang membawa orang-orang NICA (Belanda) yang hendak kembali menegakkan kekuasaan kolonial Hindia Belanda, sikap Indonesia berubah menjadi curiga dan kemudian bermusuhan. Situasi memburuk setelah NICA mempersenjatai bekas KNIL (tentara Belanda). Pasukan sekutu yang telah memasuki wilayah Indonesia meningkatkan ketegangan-ketegangan di Jawa dan Sumatra dengan melakukan provokasi-provokasi. Pada bulan Oktober meletus pertempuran-pertempuran di

42 M.C. Ricklefs, Op. Cit. hal. 454-470.

jalan-jalan antara pemuda RI dengan bekas tawanan Belanda, pasukan Indo-Eropa dan Jepang.

Di kota Semarang dan Pekalongan terjadi pertempuran hebat antara pemuda RI dan tentara Jepang pada tanggal 14 Oktober 1945. Sebanyak 130 tentara Jepang tewas dan 300 orang berhasil ditawan. Pihak Inggris tiba di Semarang enam hari kemudian dibawah pimpinan Brigadir Jendral Bethel ketika pihak Jepang sudah hampir berhasil merebut kekuasaan atas kota ini dengan membawa korban kira-kira 500 orang Jepang dan 2000 orang Indonesia. Kedatangan pasukan sekutu ini disambut baik oleh rakyat Semarang karena bertujuan untuk melucuti senjata tentara Jepang di Jawa Tengah dan mengurus para tawanan perang. Gubernur Jawa Tengah bahkan menawarkan bantuan bahan makanan dan keperluan lainnya. Pihak sekutu pun berjanji untuk tidak

mengganggu kedaulatan RI. 43 Kenyataan menjadi lain ketika Pihak Inggris memutuskan untuk

mengungsikan para tawanan Indo-Eropa dan Eropa secepat mungkin dari wilayah pedalaman Jawa yang bergolak. Detasemen-detasemen bergerak ke Magelang dan Ambarawa untuk membebaskan sekitar 10.000 tawanan, tetapi mereka menemui banyak perlawanan dari pihak Republik, sehingga harus menggunakan serangan udara terhadap RI. Pada tanggal 2 November 1945 Soekarno sebagai presiden pertama RI memerintahkan gencatan senjata atas permintaan pihak Inggris, tetapi

43 Wiyanto (dkk), Op. Cit . hal. 8-9.

pada akhir November pertempuran telah berkobar lagi dan pihak Inggris mundur ke Ambarawa pada tanggal 21 November 1945. 44

Resimen Kedu di bawah pimpinan Letnan Kolonel M. Sarbini segera mengadakan pengejaran. Gerakan mundur tentara sekutu tertahan di desa Jambu karena dihadang oleh pasukan Angkatan Muda di bawah pimpinan Sastrodiharjo yang diperkuat oleh pasukan gabungan dari Ambarawa, Suruh dan Surakarta.

Di desa Ngipik, tentara Sekutu dihadang oleh Batalyon I Surjosumpeno. Tentara Sekutu mencoba menguasai dua desa di sekitar Ambarawa. Letnan Kolonel Isdiman yang menjabat sebagai Komandan Resimen Banyumas gugur dalam pertempuran tersebut. Sehari sebelumnya terjadi insiden bersenjata antara rakyat dan sekutu di Ambarawa, yang kemudian meluas menjadi pertempuran. Pertempuran terjadi di sepanjang rel kereta api yang membelah kota Ambarawa. Pasukan RI membentuk jajaran pertahanan di utara rel, sedangkan tentara sekutu

di tangsi-tangsi militer selatan rel. 45 Kolonel Sudirman, Panglima Divisi Banyumas turun langsung ke medan

pertempuran Ambarawa setelah mengetahui gugurnya Letnan Kolonel Isdiman. Kehadiran pasukan di bawah pimpinan Kolonel Sudirman memberikan semangat baru kepada pasukan-pasukan RI. Koordinasi diadakan diantara kmandan- komandan sektor dan pengepungan terhadap musuh diperketat. Siasat yang dilakukan adalah serangan serentak di semua sektor pada saat yang sama. Bala

44 A.H. Nasution, Sekitar Perang Kemerdekaan, Jilid 3, (Dinas Sejarah Militer: Bandung), 1976, hal. 3-137.

45 Wiyanto (dkk), Op.Cit., hal. 9.

bantuan terus mengalir dari Yogyakarta, Surakarta, Salatiga, Purwokerto, Magelang, Semarang dan kota-kota lain. 46

Pada tanggal 23 November 1945 pasukan Indonesia mengadakan serangan serentak. Pada pertempuran yang berlangsung selama empat hari ini, pasukan Indonesia akhirnya mampu menghalau tentara Sekutu dari Ambarawa. Pasukan Sekutu mundur ke kota Semarang. Pada pertempuran di Ambarawa pasukan bantuan dari Kebumen terdiri dari 2 Batalyon BKR/TKR yaitu Batalyon 62 Gombong dan Batalyon 64 Kebumen serta dari badan-badan perjuangan terdiri dari Hizbullah, AMBI, Tentara Pelajar, BPRI, Laskar Rakyat. Terdapat dua orang yang gugur dalam pertempuran di Ambarawa ini yaitu Muzaki dari Kauman

Gombong serta satu lagi berasal dari kota Kebumen. 47 Pertentangan dan pertempuran yang berkepanjangan baru dapat diredam

setelah kedua belah pihak sepakat mengadakan gencatan senjata untuk berunding dalam konferensi Linggarjati. Perjanjian Linggarjatibaru dapat disepakati tanggal

15 Nopember 1946, dengan pokok-pokok persetujuannya adalah:

1. Belanda mengakui wilayah RI secara de facto atas Sumatra, Jawa dan Madura. Belanda sudah harus meninggalkan wilayah-wilayah tersebut paling lambat tanggal 1 Januari 1949.

2. RI dan Belanda akan bekerja sama untuk membentuk Republik Indonesia Serikat yang terdiri dari RI, Kalimantan dan Timur Besar.

3. Belanda dan RI akan bekerja sama membentuk Uni Indonesia-Belanda.

46 Ibid., hal. 10.

47 Ibid., hal. 11.

Dengan tercapainya persetujuan Linggarjati tanggal 15 November 1946 yang kemudian disyahkan tanggal 25 Maret 1947 di Jakarta, justru membuat suhu politik di Indonesia semakin keruh. Pertentangan antra partai-partai politik yang pro dan kontra persetujuan Linggarjati semakin meruncing, sehingga situasi yang demikian juga mempengaruhi situasi-situasi di daerah-daerah.

Mengantisipasi keamanan yang semakin kacau maka pada bulan Desember 1946 Inspektorat Biro Perjuangan dibentuk di Kebumen, kemudian disusul pula di kecamatan-kecamatan. Selanjutnya Inspektorat Biro Perjuangan ini

menjelma menjadi TNI Masyarakat. 48 Pada tanggal 27 Mei 1947 Belanda mengirimkan nota yang merupakan

ultimatum dan harus dijawab oleh pemerintah RI dalam waktu 14 hari. Pokok- pokok nota tersebut adalah:

1. Membentuk pemerintahan ad interim bersama

2. Mengeluarkan uang bersama dan mendirikan lembaga devisa bersama

3. RI harus mengirimkan beras untuk rakyat di daerah-daerah yang diduduki Belanda

4. Menyelenggarakan keamanan dan ketertiban bersama, termasuk daerah-daerah Republikyang memerlukan bantuan Belanda

5. 49 Menyelenggarakan penilikan bersama atas impor dan ekspor.

48 TNI Masyarakat merupakan badan-badan perjuangan yang tidak melebur menjadi TNI seperti Hizbullah, Angkatan Oemat Islam, GPII, Lasykar Rakyat, Laskar Merah dan lain-lain.

Sedangkan anggota TNI merupakan bekas anggota Peta, Heiho, Keisatsutai (polisi), Seinendan, Keibondan, dan lainnya yang pada tanggal 5 Oktober 1945 tergabung dalam Tentara Keamanan Rakyat (TKR).

49 Wiyanto (dkk), Op.Cit., hal. 22.

Nota yang bersifat mengultimatum itu mendapat reaksi yang keras dari rakyat Indonesia, termasuk di Kebumen. Berbagai persiapan menghadapi kemungkinan-kemungkinan buruk segera dilakukan. Golongan yang menentang dan mendukung Persetujuan Linggarjati segera bersatu untuk menghadapi Belanda. Selanjutnya di Kebumen dibentuk sebuah badan untuk mengatur siasat pertahanan. Badan ini bernama Badan Koordinasi Kabupaten Kebumen yang diketuai oleh Bupati Kebumen Sudjono. Seluruh badan perjuangan di Kebumen

masuk ke dalam wadah ini. 50 Badan ini juga merupakan Pimpinan Tertinggi dari Pemerintahan Daerah Kabupaten Kebumen.